"Bab 480 Lei Tingyu yang Terjadi Sekali dalam Sepuluh Ribu Tahun"
"Hidup bagai bayangan putih yang berlalu, kemewahan hanyalah asap yang menghilang. Kekayaan dan kejayaan bisa lenyap seketika, namun bencana justru menjadi ujian paling jujur untuk ketulusan hati."
"Dia sekali lagi mempertaruhkan nyawa untuk melindungi Lan Xin."
"Lan Xin juga membalas cintanya dengan tindakan nyata. Bencana tak berperasaan, tapi manusia punya kasih. Perasaan mereka mengalami sublimasi sejati, baru sekarang menyadari tak ada apapun yang bisa memisahkan mereka."
"Bahkan kematian sekalipun."
"Suamiku, bagaimana perasaanmu sekarang?" Lan Xin mengamati wajah boss yang sudah lebih segar, tapi tetap bertanya tak henti karena belum percaya sepenuhnya.
Boss mengangguk, "Sudah jauh lebih baik, hanya agak lelah."
Lan Xin segera menekan bahunya dengan gugup, menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Suami! Jangan sampai tertidur! Pikirkan aku dan anak kita!"
Dalam alam bawah sadarnya, tidur berarti takkan pernah bangun lagi.
Boss baru saja hendak menutup mata untuk relaksasi, langsung tersadar karena goyangannya.
Dokter di samping mereka menggaris-garis hitam di dahi.
"Nyonya Lei, CEO hanya mengalami kelelahan biasa. Istirahat yang cukup justru akan mempercepat pemulihan fisiknya..."
"Ibu menggoyang-goyang suami sendiri sampai tak bisa tidur, ini baru benar-benar menyeramkan dong!"
"Tadi memang tidak boleh tidur, itu benar karena kehilangan banyak darah. Jika kesadarannya ikut kabur, benar-benar tidak akan bisa bangun."
Tapi suaminya sekarang, transfusi darah sudah dilakukan dan pengobatan juga dijalani, wajar jika merasa lelah. Tidak membiarkan pasien beristirahat, bagaimana bisa baik!
Boss tersadar karena digoyang-goyangnya, tak disangka justru menyunggingkan senyum hangat. Kemudian, orang-orang di sekitar mendengar tawa ringan CEO.
Ya ampun!
CEO ternyata bisa tertawa!
Bukan tawa sinis, melahirkan suara tawa yang wajar!
Mungkinkah ini efek samping pascagempa?
Tapi harus diakui, senyuman CEO sungguh mempesona. Beberapa tenaga medis sampai memerah wajahnya.
Tapi dalam pandangan boss, yang terlihat hanyalah Lan Xin.
"Baik, kalau kau tak mau aku tidur, akan kutemani kau."
Lan Xin membuat kesalahan konyol, wajahnya memerah karena malu.
"Kalau begitu tidurlah, aku tak akan mengganggumu lagi."
"Kemarilah."
Lan Xin mendekatkan kepalanya. Boss mengulurkan tangan. Dia menutup mata, diam-diam menunggu pukulan kepala kebiasaannya.
Tapi, tidak!
Boss hanya mengulurkan tangan, menyeka noda darah di pipinya, lalu dengan senyum manja mengelus wajahnya.
Seluruh tenaga medis di sekitar, ditambah para elit Grup Lei yang bergegas menyelamatkan CEO, membeku kaku.
Teknik menggoda wanita CEO ini sungguh... tingkat dewa!
Di reruntuhan seperti ini pun bisa menciptakan gelembung-gelembung pink yang membuat jantung berdebar!
'Makanan anjing' hidup-mati ini yang dipaksakan ke semua orang, benar-benar patut dikagumi.
"Kau ini, seharian cuma bisa kikuk. Setelah pulang nanti, kuhukum kau mempelajari prosedur tanggap darurat dan dasar-dasar medis dengan teliti!"
boss selesai mengusap wajah, sepertinya menyadari tindakannya di hadapan bawahan terlalu manis.
Maka dengan menipu diri sendiri, menambahkan hukuman untuk berpura-pura tetap menjadi bos gunung es yang berwibawa.
Lan Xin menjulurkan lidah, "Oh..."
Saat itu dia tidak berpikir panjang, meski sekarang sudah tenang dan merasa agak bodoh, tapi jika waktu diulang, dia tetap akan melakukannya.
Cinta sejati sulit ditukar emas, Lei Tingyu langka sepuluh ribu tahun.
"Tapi tindakan Nyonya dalam hal tertentu telah memicu CEO, memberikan kontribusi luar biasa untuk menjaga kewarasannya." Dokter menyela.
Pasutri yang saling mencintai seperti ini sangat jarang, apalagi status mereka begitu khusus.
"Kontribusi 'luar biasa' seperti ini maukah kalian terima di istri kalian?" boss yang jarang bercanda bertanya.
Mengocok gelak tawa semua orang.
Benar, wanita berpola pikir unik seperti Nyonya Lei, hanya CEO yang bisa menaklukkannya. Orang biasa pasti tak sanggup.
"Apa sih, baru sembuh sudah menginjak-injakku, kembalikan darahku yang kau minum!" Lan Xin mengatupkan mulut protes.
"Mengembalikan mustahil... Tapi darah bisa diganti cairan tubuh lain, mau?" Ucapan boss membuat suasana hening, wajah Lan Xin memerah.
“Lei Tingyu! Kamu sangat menyebalkan!” Dia mengayunkan tinju, enggan memukulnya yang baru saja terluka, hanya bisa menggerakkan tangan di udara, pura-pura menyerang。
“CEO, Anda benar-benar seperti masinis kereta api, biasanya diam saja...” Qi Lei memberanikan diri, membuka lelucon tentang CEO。
Semua orang bingung, bersama-sama menatapnya, Lan Xin bertanya。
“Maksudnya apa ya?”
“Artinya, ketika CEO mulai mengemudi, langsung wu wu wu wu wu!”
Perumpamaan hidup ini membuat mereka yang tegang pasca bencana menemukan sedikit kelegaan。
Boss mengetuk kepala Lan Xin, “Lihat, gara-gara pengaruhmu, wibawa CEO-ku hampir habis。”
Lan Xin mengedipkan mata padanya, lalu bertanya pada Qi Lei dan yang lain, “Kalian lebih suka boss seperti ini atau yang dulu?”
Qi Lei cepat-cepat melambaikan tangan dengan panik。
“Boss lebih baik tetap menjadi milik Anda, kami cukup memandang tinggi saja, memandang tinggi ha ha!”
Boss tersenyum kecut, orang-orang di sekitarnya hampir semua terpengaruh oleh kucing liar。
“Pulang nanti hukum tambahan, salin beberapa kali Buku Moral Perempuan, memang harus mengendalikan sifat komedimu yang keterlaluan。”
Lan Xin hendak bercanda lagi, tiba-tiba merasakan keanehan di perut, ekspresinya berubah aneh。
“Itu, suamiku, kamu mungkin tidak bisa menghukumku sementara, karena aku... mungkin akan melahirkan。”
Mendengar kata "melahirkan" dari Lan Xin, Lei Tingyu yang sempat mengantuk langsung tersadar seketika。
“Dokter kandungan yang mengikuti seketika menunjukkan keahliannya, memeriksa kondisi Lan Xin dengan sederhana lalu mengangguk.”
“Air ketuban pecah, sepertinya akan melahirkan.”
“Cepat siapkan mobil, antar dia ke rumah sakit!” Lei Tingyu mengabaikan transfusi darah yang masih berlangsung, langsung berdiri.
Lan Xin buru-buru menahan tangannya.
“Suamiku jangan tegang, aku baik-baik saja.”
Rasanya saat air ketuban pecah... agak aneh.
Lei Tingyu refleks alami, mendengar Lan Xin akan melahirkan, nekat mengangkatnya meski masih terluka.
Tentu saja tindakan nekat ini dilarang, dua anak buah menahannya, “Sadarlah sebagai pasien!”
“Kondisi Nyonya masih bisa bertahan sampai rumah sakit, pecahnya air ketuban tidak langsung melahirkan, belum ada kontraksi.” Penjelasan dokter kandungan tak meredakan ketegangan Lei Tingyu.
“Kenapa tiba-tiba prematur? Belum waktunya!” Boss yang sedang lemah ini terpaksa mengabaikan kondisinya karena situasi darurat.
“Kembar hampir selalu prematur, masa kehamilan Nyonya sudah cukup, ditambah stimulasi dari kejadian hari ini, membuat bayi memilih lahir sekarang.”
Tak berani menunda lagi, segera mengantar Lan Xin ke rumah sakit. Pasca gempa kondisi jalan kurang baik, sepanjang perjalanan boss masih menggantung kantong darah namun sama sekali tidak mengantuk.
Lan Xin terbaring di kursi belakang, kesepuluh jarinya terkait dengan boss.
“Xin Xin jangan takut, pasti aman.” Kalimat ini diulanginya berkali-kali selama perjalanan.
"Bukan seperti menghibur Lan Xin, sebaliknya seperti, berkata untuk dirinya sendiri."
