Bab 491 Bagian Ini, bermain peran dengannya?

　　　　Bab 491 Bagian Ini, bermain peran dengannya? 　　　　Lan Xin mengetuk pintu, mendengar suara dingin dari dalam. 　　　　"Masuk." 　　　　Berdiri di depan pintu, merasa sedikit rindu. 　　　　Sepertinya sudah lama dia tidak mendengar boss berbicara dengan nada seperti ini, sempat dikira sudah berubah lebih hangat. 　　　　Rupanya, cara dia memperlakukan orang selain dirinya tetap sama dinginnya. Pasti sekarang dia mengira yang berdiri di luar pintu adalah orang lain. 　　　　Lan Xin mendorong pintu. Boss tetap tidak mengangkat kepala, mengira itu sekretaris yang mengantar dokumen. 　　　　"Taruh di meja." 　　　　Lan Xin meletakkan panci sup di meja. Boss mendengar suara yang tidak biasa, lalu menengadah dan langsung mendapat gumpalan kehangatan harum dalam pelukannya. 　　　　Lan Xin langsung duduk di pangkuannya, meraba wajahnya dengan manja sambil berkata menggoda. 　　　　"Bos, kenapa memperhatikan sekretaris kecilmu yang menggemaskan begini?" 　　　　Ini, bermain peran dengannya? 　　　　Boss melirik sekilas, "Turun." 　　　　Lan Xin tidak mau pindah, tetap menempel erat. Lagipula dia yakin boss tidak tega mendorongnya turun. 　　　　"Kenapa menolak aku? Sudah lama tidak naikin gaji, cepatlah lakukan 'aturan tak tertulis' untuk menaikkan gajiku!" Dia bermain dengan sangat gembira. 　　　　Boss ingin bilang, perempuan ini sama jahilnya ketika berakting, tidak ingin merespons permainannya. 　　　　Kalau sekarang diajak bicara, bukankah citra Bing Shan-nya akan hancur? Lebih baik tetap diam sampai akhir! 　　　　Lan Xin tidak putus asa, tetap asyik bermain sendiri. 　　　　“CEO, kalau Bapak tidak memperhatikan saya, apakah karena istri di rumah Bapak sangat ketat mengatur?” 　　　　“Dia tidak berhak mengatorku!” Boss akhirnya juga terlibat olehnya. 　　　　“Wah! Saya suka sekali kharisma CEO otoriter seperti Bapak~ Ayo, terapkan aturan tak tertulis pada saya~” 　　　　Boss terpikat oleh pesona memikatnya, tangan tanpa sengaja meraih ke area yang menjadi sumber perselisihan mereka hari ini. 　　　　Lan Xin melihatnya sudah terpancing, langsung menampar tangan Boss dengan keras, mengabaikan kemarahan Boss dan menudingnya dengan geram. 　　　　“Lei Tingyu! Apakah Bapak selalu menerapkan aturan tak tertulis pada staf wanita? Gerakan Bapak sangat ahli! Katakan, berapa banyak orang yang Bapak eksploitasi di belakang saya?” 　　　　Boss yang dua kali ditampar dalam sehari akhirnya meledak, menarik Lan Xin dan mendudukkannya di kursi. 　　　　“Kau anggap saya apa? Tempat sampah? Apa semua orang yang berdatangan pasti saya terima?” 　　　　Hmm, kalimat ini terdengar lebih nyaman, menunjukkan Boss menjaga etika kerja sekaligus menonjolkan pesona Lan Xin yang akhirnya berhasil dibujuk. 　　　　Lan Xin kembali merangkul lehernya dengan gaya menggoda. 　　　　“Suamiku, menurutmu aktingku tadi bagaimana?” 　　　　“Saya beri nilai 9.” 　　　　Lan Xin puas, dia memang bakat terpendam yang karir aktingnya terhambat karena menikahi CEO otoriter. 　　　　“Skala penilaiannya sampai 100 lho.” 　　　　Wajah Lan Xin langsung muram, “Sekasar itu penilaiannya?” 　　　　"Aturan tak tertulis di tempat kerja yang dibayangkannya, mungkinkah tidak seperti ini?" 　　　　"Biasanya, para bos tidak akan menyentuh wanita yang berbicara langsung seperti itu. IQ-nya terlalu rendah, tidak bisa menjaga rahasia." Hanya dia yang mau menerima wanita sebodoh ini. 　　　　Berani langsung bilang 'Anda pakai aturan tak tertulis padaku, naikkan gajiku'. Sebodoh ini, bos mana yang mau menyentuhnya kecuali kepalanya ditendang keledai? 　　　　Lan Xin sang ratu akting dadakan tidak terima. 　　　　"Sorot mataku tadi jelas-jelas sempurna!" 　　　　"Cara yang benar adalah: Saat bos dinas luar, pakai bantuan seksi ketok pintu bos, lalu bilang 'Ada masalah kerja yang perlu konsultasi privat'. Jika bos mengizinkan masuk, artinya sudah setuju." 　　　　Lan Xin menarik napas dalam-dalam, "Kalangan eksekutif sepertimu benar-benar jahat!" 　　　　Boss mencubit hidungnya, "Jelas-jelas kau yang ingin main." 　　　　"Tapi langsung menawarkan diri seperti itu? Bagaimana dengan urusan naik jabatan?" Kalau ketemu atasan brengsek, habis tidur lalu kabur gimana? 　　　　"Naik jabatan biasanya ditanyakan setelah urusan ranjang selesai." Boss sangat paham jalan ini. 　　　　Lan Xin tertegun oleh kompleksitas masyarakat ini. 　　　　Dia menepuk-nepuk dadanya. 　　　　"Syukurlah aku langsung menikahimu setelah lulus, tidak perlu ikut urusan rumit begini!" 　　　　Boss meliriknya, "Kau pikir ada orang yang berani mati, berani menyentuh wanitaku?" 　　　　Lan Xin membalas tatapannya dengan gaya yang sama, "Sekarang aku yang khawatir ada orang nekat datang, ingin disentuh oleh bos-ku!" 　　　　"Dua tangan menyangkut di lehernya, bertanya dengan unsur manja yang lebih besar daripada ancaman." 　　　　"Kamu jujur akan dihukum berat, melawan akan lebih berat lagi. Apakah ada perempuan lain yang kau eksploitasi diam-diam?" 　　　　Boss mendengus bosan, sikap meremehkan terpancar jelas. Ia menoleh ingin menciumnya, tapi Lan Xin menghindar. 　　　　"Kalau tidak menjelaskan dengan jelas, ku takkan biarkan kau makan daging!" 　　　　"Sudah boleh sekarang?" Boss mengabaikan ancaman di kalimat sebelumnya, fokusnya tertuju pada frasa "boleh makan daging" ini. 　　　　Pipi Lan Xin memerah, "Kalau belum boleh, mengapa aku datang kemari?" 　　　　Tentu saja sudah konsultasi dengan dokter. Sudah berlalu waktu cukup lama, tidak ada masalah lagi. 　　　　Mendengar ini, mata boss yang sudah menahan hasrat berbulan-bulan hampir memancarkan cahaya hijau redup. Tapi kontrol dirinya yang luar biasa membuatnya tetap stabil, belum langsung menerkam. 　　　　"Mengapa tak kau urusi putra-putra kesayanganmu itu? Masih ada waktu datang ke sini menggodaiku, um?" Ia mengangkat dagunya, tatapan mata mengunci pandangannya. 　　　　Hanya bagian dari kepala ke atas yang masih mempertahankan image CEO otoriter yang punya kendali diri. Dari leher ke bawah, semua mengkhianatinya. 　　　　Tangannya langsung membuka pakaian orang itu! Ini adalah ritme yang bahkan malas ke ruang istirahat, langsung ingin menekannya di kursi untuk urusan! 　　　　Lan Xin juga tidak menghindar. Kaki panjangnya langsung melilit tubuhnya, "Kalau begitu CEO Lei, apakah Anda bersedia menerima godaanku?" 　　　　Boss melepaskannya, mundur selangkah. Matanya berkilau seperti predator yang baru saja dapat izin berburu. Tangan dengan cepat melepas pakaiannya sendiri. 　　　　"Di mulut tetap memaksakan diri bertahan, berusaha mencari sedikit harga diri sebagai CEO yang otoriter." 　　　　"Kupikir, wanita yang sembarangan menembakkan kasih sayang ibu sepertimu, cukup hanya dengan anak saja." 　　　　Dia sudah lama diabaikannya, sial! 　　　　"Anak karena milikmu, makanya kusembarangan menembak. Kalau tidak terima..." Ia menutup mata, membuat pose yang membuat wajahnya memerah. 　　　　Kemudian, sisa-sisa kewarasan terakhir boss pun terlupakan. 　　　　Sudah berbulan-bulan kelaparan, mana mungkin dengan mudah melepaskannya? 　　　　Maka, CEO sibuk menerapkan aturan tak tertulis pada Lan Xin yang mengirimkan permen. 　　　　Kali ini berlangsung sangat lama, berganti-ganti tempat, sampai akhirnya dia nyaris puas, sudah 3 jam berlalu. 　　　　Kemeja diselimutkan sembarangan di tubuhnya, kancing-kancing tak dikancingkan, justru memancarkan pesona yang menakjubkan. 　　　　Lan Xin bersandar santai di tubuhnya, menyuapi makanan bergantian. 　　　　Dari aliran informasi di sudut mata boss, terlihat pria ini telah total dihancurkan oleh jurus pamungkasnya. 　　　　Bahkan alasan kemarahan sebelumnya pun terlupakan, yang ada hanyalah cinta yang meluap~ 　　　　"Kenapa hari ini jadi begitu penurut?" Boss menyantap makanan yang disuapkan, raut wajahnya berbinar. 　　　　"Dalam hati memikirkan suamiku tercinta yang masih berjuang di garis depan pekerjaan, sebagai istri jika tak memberimu makan sampai kenyang, aku tak bisa tenang." Katanya dengan serius. 　　　　Dalam hati diam-diam menambahkan: Toh dua bayi kecil sudah tidur, waktu masih banyak!