Bab 505 Janjimu Selamanya Efektif
boss benar-benar tak perlu mikir, selain Lei Wenwen, siapa lagi yang bakal sebosen ini?
Lei Wenwen si tomboi itu, sendiri nggak pakai rok, malah ngatur-ngatur ceweknya pakai. Bayangin aja di jalan, banyak mata jail yang ngeliat kaki jenjang ceweknya, boss dalam hati sebel banget.
"Sebenarnya, kami cuma jalan-jalan bareng." Sekarang, Lan Xin coba nutup-nutupi sebisanya.
"Daerah sini semua tempat hiburan, mana ada jalanan? Jalan bunga kali?"
Sial! Kamu kok bisa se-tajam ini! Lan Xin tak berdaya terkapar di ranjang.
"Ah, aku ngantuk banget, mau tidur nih!"
"Bisa ngumpulin kalian bertiga, sampe anak di rumah dibiarin gitu aja, cuma ada satu kemungkinan--" Mata tajam boss menyipit, kayaknya udah nebak.
Katanya, ada grup pertunjukan waria yang lagi manggung di sini akhir-akhir ini.
Cuma si Kucing Liar yang doyan rusuh, ada keributan nggak ditonton, badan langsung gatel, bakal ngajak rombongan cewek buat nonton beginian!
Dirinya sendiri jadi jahat udah biasa, malah ngajak istri orang lain ikut-ikutan malu-maluin!
Lan Xin liat ketahuan, langsung nyengir manis, Hehe... manja nempel di dadanya, nurut nundukin kepala ke bahunya.
"Meski nonton waria itu kelakuanku agak keterlaluan..."
"Agak?!"
Lan Xin nggak peduliin tegurannya, malah nambahin dengan santainya.
“Itu lebih baik daripada aku lari nonton pertunjukan pria perkasa! Aku cuma belajar lihat para waria, bagaimana cara menunjukkan pesona perempuan! Lalu, gunakan pesona yang dipelajari ini untuk melayani suamiku tercinta!”
Hanya dia satu-satunya yang bisa mengemas perbuatan tak tahu malu menjadi seolah-olah punya tiga pandangan hidup.
Boss hampir tertawa geli dibuatnya, tapi harus menjaga wibawa sebagai CEO yang otoriter.
“Lalu, apa yang sudah kau pelajari?”
Lan Xin menunduk, berkata dengan lesu.
“Dada mereka semua lebih besar dariku... Sayang, bagaimana kalau aku operasi plastik, memasukkan dua bola air? Biar experience-mu lebih nyaman, sensasi pegangannya lebih enak.”
Permintaan maaf penuh ketulusan seperti ini, pasti bisa membuatnya merasakan keikhlasannya.
“Dilarang operasi!” Boss yang semalaman tak merasa lelah, tiba-tiba merasa ingin meledak mendengar omongannya.
Dari mana datangnya ide-ide aneh macam 'user experience'... apalagi 'sensasi pegangaan' ini?
Tak sengaja matanya melirik ke area yang disebut 'user experience' itu.
Goblog! Terpengaruh omongannya!
Melihat sorot mata suaminya tak lagi murka, Lan Xin cepat-cepat merangkapkan tangan sambil tersenyum manis.
“Sayang, meski tindakanku semalam agak... begitu, tapi takkah kau merasa ada kekuatan takdir yang mempertemukan kita? Ah, mengubah bahaya menjadi keselamatan, ah, inilah cinta, cinta!”
Dua kalimat terakhir dibacakan dengan gaya deklamasi puisi penuh penghayatan.
boss hanya sedikit mengangkat sudut matanya dengan ekspresi setengah tertawa.
"Kekuatan manusia siluman yang menarikmu ke sini?"
"Ah! Pria tanpa ampun seperti kamu!" Lan Xin menghantam sprei sambil menyembunyikan wajahnya dalam selimut, mengeluarkan tuduhan lemah.
"Aku sudah bekerja keras membantumu, bahkan masih memikirkan kenyamananmu, tapi begini caramu membalas jasaku?"
Baru saja memanfaatkanku, langsung mulai interogasi, jatuh!
Dia benar-benar kelelahan, matanya sudah terkatup rapat, bahkan emosi Lei Tingyu saat ini pun sudah tidak bisa diperkirakan lagi.
Hanya mulutnya yang masih bergumam pelan.
"Sebenarnya suami, saat menghancurkan pintu tadi, aku serius berpikir. Apapun kondisimu di dalam sana, apakah diperlakukan semena-mena atau tidak, kamu tetap satu-satunya suamiku, selamanya tak akan berubah..."
Kata terakhirnya belum selesai diucapkan, tubuhnya sudah tenggelam dalam tidur yang lelap.
Boss menyesuaikan pakaiannya, membungkus tubuhnya dengan jasnya sendiri, memastikan tidak ada celah sedikitpun yang bisa dilihat orang luar, baru kemudian menggendongnya.
"Kucing bodoh, hanya suamimu yang bisa memperlakukan semena-mena orang lain. Orang lain ingin memperlakukanku? Sulit."
Jika kemarin Lan Xin tidak bisa segera datang, dia akan menggunakan cara ekstrem lain untuk tetap sadar.
Boss meraba bilah pisau di sakunya, lega dia sudah datang. Kalau tidak, jika dia menerobos masuk dan melihatnya menggores-gores daging dan darahnya sendiri untuk tetap sadar, pasti akan sangat sedih nantinya.
Dia sudah tertidur pulas, menempel di dadanya seperti bayi polos yang tak berdosa.
boss menundukkan kepala, mencium keningnya dengan lembut.
“Janji hanya untukmu, benar-benar hanya untukmu. Apa pun yang terjadi, takkan berubah.”
Bahkan, jika harus membayarnya dengan darah.
Lan Xin tidur nyenyak, tapi dalam mimpinya merasa seperti ada dua helai bulu melayang di tubuhnya, sungguh gatal.
Kirin kecil berbaju terusan merangkak, satu di setiap sisi, berbaring di samping ibu mereka, penasaran mencoba membuka pakaian Lan Xin dengan cakar mungilnya.
Mama tidur begitu nyenyak. Meski Ayah sempat berpesan sebelum pergi agar jangan membangunkan Mama, dua bayi ini masih punya hasrat primordial akan ASI.
Meski sudah minum susu formula, tetap rindu dengan rasa ini~
Dua bayi imut ini mewarisi kepintaran super ayah mereka. Walau terhambat faktor genetik Mama, tetap lebih pintar dari bayi lain. Tapi di usia kehamilan ini, sekalipun pintar, belum punya kekuatan cukup untuk membuka pakaian Lan Xin.
Akhirnya mereka hanya bisa mencium aroma susu samar-samar, tak bisa meminumnya. Dua bayi malang ini mengerumuni Mama, menelan ludah habis-habisan.
Mungkin sudah tak tahan menunggu, kesabaran bayi pun ada batasnya. Dengan suara "waa", mereka menangis histeris.
Sejak jadi ibu, Lan Xin sangat sensitif terhadap tangisan bayi. Seketika langsung terbangun.
Melihat dua bakpao berkerut di sampingnya, dia menduga mereka lapar. Cepat dipeluk dan disusui satu per satu.
Menyedot habis sisa logistik terakhir di tubuh Mama, kedua bayi kecil itu bersendawa puas dengan hati puas, sungguh beruntung~
Lan Xin juga sudah segar kembali, baru menyadari dirinya sudah terbaring di ranjang besar retro super arogan di kamar utama perkebunan.
Di dekatnya, hanya ada dua putra yang menggemaskan. Makhluk yang menginjak-injaknya semalaman entah ke mana perginya.
Kedua bayi kecil hari ini berdandan super imut, mengenakan setelan kartun musim panas sepotong yang menampakkan lengan dan kaki gemuk seputih akar teratai. Mereka menyunggingkan senyum bayi dengan satu gigi seri ke arah Lan Xin, cukup untuk melelehkan hatinya.
Menggapai ingin memeluk harta karunnya, Lao Er bermata biru sudah refleks mengulurkan tangan menunggu pelukan Ibu. Si licik kecil di sampingnya dengan Prak! menampar tangan itu. Lao Er tertegun, memalingkan kepala memandangi kakak yang lahir satu menit lebih dulu.
Kemudian, bibir kecilnya bergetar penuh kekesalan, lalu menangis histeris.
Aku ingin dipeluk Mama, sudah semalaman tidak bertemu, sangat merindukan!
