Bab 508 Semuanya Penjahat Kecil
Hiburan Lan Xin sepertinya berpengaruh. Xiao Lin berhenti menangis, matanya mengandung air mata saat memandang ayahnya yang terkesan tidak ramah.
Sebenarnya, Ayah Dingin seperti Bing Shan juga tidak buruk.
Kecuali sesekali memonopoli Mama yang seharusnya milik mereka, di waktu lain dia masih mengganti popok, mengunjungi mereka sepulang kerja. Meski sedikit bicara, penampilannya cukup baik.
Maka, bayi mungil yang memiringkan kepala itu akhirnya mengambil tekad bulat.
Tidak ada ikan, udang pun jadi! Jika tak bisa mencium Mama, mencium Ayah juga boleh!
Dengan tekad baja khas bayi, Xiao Lin kembali cemberut. Dengan pose penuh keberanian dan keteguhan, dia kembali mencium wajah ayahnya.
Wajah boss masih tetap cool, tapi sudut bibirnya sudah menunjukkan kecenderungan meleleh.
Lan Xin buru-buru mengambil foto. Meski ketiga pria ini punya sifat unik masing-masing, kebersamaan mereka adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupnya.
Tak boleh kurang satu pun.
“Aku akan menyiapkan susu untuk anak-anak, kamu ganti popok mereka!”
Meski boss sudah mencari beberapa pengasuh untuk anak-anak, selama masih bisa menangani sendiri, Lan Xin berusaha melakukan semampunya. Sebanyak yang bisa dia lakukan untuk bayi-bayi, itu akan dia kerjakan.
Bukan hanya dirinya yang melakukan, dia juga selalu melibatkan boss.
Bing Shan ini, meski selalu menunjukkan ekspresi kesal, tapi tidak pernah sekalipun menolak permintaan Lan Xin.
Sambil menyiapkan susu, Lan Xin memperhatikan boss yang mahir mengganti popok anak-anak, sambil bergumam seolah mengkritik.
"Kalian berdua benar-benar rajin makan dan pipis. Lihat, popoknya sampai menggembung begini."
Boss dengan jijik mengangkat popok berat putra sulungnya yang basah, mendapat imbalan tawa terkikik sang bayi. Sekalian, perutnya ditendang oleh Xiao Fuhei Qi yang menghentakkan kaki gemuknya ke wajah tampan itu.
Semua kata-kata ini terdengar sangat indah di telinga Lan Xin.
Siapa bilang suaminya sangat tidak berperasaan, seperti robot dingin?
Pria yang bisa begitu baik pada anak-anak, pasti punya sudut hati yang sangat lembut yang disisakan untuk keluarganya.
"Hai! Kau sengaja ya?" Boss menuding dengan murka putra sulungnya yang baru saja diganti popoknya, "Baru ganti langsung 'menggambar peta', benar-benar jebakan untuk mempermalukan ayahmu ya?"
Seolah menjawab ayahnya, adik Xiao Lin mengeluarkan suara "Byur". Boss mengerutkan kening, suara ini... mungkinkah...
"Siapa yang suruh berak?! Kalian semua penjahat kecil!" Iblis ayah mengaum.
Tapi tidak ada bayi yang takut padanya, malah tertawa terkekeh, "Ayahmu, aku sangat mengagumimu. Jelas-jelas marah sampai ingin meledak, tapi tak bisa berbuat apa-apa pada wajah kami dua bocah ini."
Lan Xin juga suka, sangat mempesona, penuh dengan rasa kemanusiaan.
Bahkan saat wajahnya marah, tetap membuatnya ingin berlari memeluk wajah tampannya dan menggigitnya beberapa kali dengan garang.
Eh, tapi sekarang tidak bisa menyerbu, di tangan boss masih membawa popok kotor yang baru saja diganti putranya!
Hidup ini seperti CEO otoriter yang membesarkan bayi imut, sekeras apapun mulutnya, di hati penuh kasih sayang.
Inilah kehidupan.
Setelah mengurus dua bocah nakal ini, boss pun berkeringat deras, merasa mengelola perusahaan besar tidak selelah mengasuh dua anak.
"Kamu selalu sibuk kerja, jadi begitu ada di rumah, harus lebih banyak menemani putra-putramu." Lan Xin duduk di samping boss, membiarkannya memeluknya.
Keduanya dengan tatapan lembut yang sama, menatap dua si jahat kecil yang sedang tertidur pulas di ranjang bayi.
Saat bangun seperti iblis kecil, saat tidur wajah malaikat yang tenang - inilah pencapaian terbesar sebagai orang tua.
"Tidak mau menemani!" Boss bersungut dengan Mulut Berkata Hati Menyangkal.
Dia tidak lupa, dua si jahat ini tadi bekerja sama dengan harmonis, memanggilnya Ayah jahat!
Maka si Ayah jahat pun mengulurkan cakar iblisnya, berencana mencubit pipi tembem dua putranya yang sedang tidur untuk melampiaskan amarah!
Lan Xin menepis tangannya.
"Jangan cubit wajah anak-anak kita! Jika wajah bayi sering dicubit, nanti mereka akan ngiler!"
"Sekarang pun mereka sering ngiler!" boss sedikit meremehkan.
"Waktu kecil kamu tidak ngiler? Itu tahap evolusi manusia yang wajar! Ini anak kandungmu, bukan dikorek dari lubang kotoran. Jangan meremehkan anak-anak kita!"
Lan Xin selalu melindungi putranya. Maka CEO yang otoriter itu kembali cemburu.
Merasa sorot mata penuh maknanya, punggung Lan Xin agak dingin.
"Lihat apa?"
"Aku lupa."
"Apa?" Lan Xin bingung, menatapnya dengan tatapan bertanya.
Boss berpura-pura mengusap pelipisnya. "Mungkin efek samping obat herbal, aku selektif melupakan beberapa hal."
Lan Xin gugup mendekat, memeluk pinggangnya khawatir. "Sayang, jangan-jangan otakmu terprovokasi lagi seperti dulu, tiba-tiba amnesia?"
"Um, aku amnesia. Aku lupa--" tiba-tiba boss memeluk pinggangnya dalam pelukan putri!
"Aku lupa bagaimana cara membuat anak!"
Lan Xin: ...
Hatinya dipenuhi 10.000 alpaca yang melintas cepat.
"Jadi, kita bisa mereview cara membuat anak? Sebagai istriku, kamu tidak keberatan membantuku 'memulihkan' ingatan kan?"
Seorang pria tak tahu malu yang mengaku lupa cara berhubungan intim, berbuat mesum di siang bolong.
Memanfaatkan waktu dua anak imut sedang tidur, dengan paksa membawa ibu mereka ke kamar utama sebelah, melemparkannya ke ranjang besar. Skill ajaib CEO otoriter melepas pakaian dalam 5 detik, kembali dimainkan.
Lan Xin menatapnya tak tahu harus berkata apa, "Hai, seluruh tubuhku masih sakit karena ulahmu semalam!"
Jika bukan karena terlalu paham dengan energi makhluk ini, mungkin dia benar-benar akan mengira efek obatnya belum hilang.
Boss menjawab dengan serius.
"Biasanya, otot terasa sakit karena kurang latihan. Cara terbaik adalah melawan racun dengan racun. 'Olahraga' lagi bisa efektif meredakan kesedihan otot!"
Jelas-jelas bisa menjadi Xueba yang tenang.
Tapi justru menggunakan arsip pengetahuan supernya untuk menipu istri sendiri. Demi berhubungan intim, CEO otoriter ini benar-benar mati-matian.
Mungkin karena iba melihat kerja kerasnya membuat penawar semalam, kali ini dia tidak terlalu kasar. Dengan kelembutan, Lan Xin merasa hatinya dipenuhi olehnya.
Saat perjalanan berhubungan intim atas nama cinta dan mencari ingatan ini akhirnya berakhir, Lan Xin malas bersandar di kepala ranjang, menggambar lingkaran di tubuhnya dengan jari.
Lei Tingyu mencium bibirnya dengan lembut, lalu berdiri dan mengenakan jubah mandi secara acak. Dia pergi ke kamar sebelah untuk memeriksa wajah tidur dua putranya.
Xiao Qi masih tidur, Xiao Lin sudah bangun, sedang melirik ke sana-sini. Melihat ayah datang, langsung melambaikan tangan dengan riang.
Boss berjalan mendekat, menggendongnya sambil menepuk-nepuk punggung putra dengan lembut.
Melalui pintu penghubung, Lan Xin melihatnya menggendong bayi, senyum pengertian mengembang di wajahnya.
Buru-buru mengambil ponsel di kepala ranjang hendak memotret, tapi adegan kehangatan ayah-anak di depannya tiba-tiba berubah drastis.
