Bab 511: Kasih Sayang Orang Tua Cukup Pengaruhi Seumur Hidup
Boss mempercepat pembicaraan teleponnya, bersiap untuk beristirahat sebentar sambil memeluk istri.
Lan Xin duduk di sofa mengamati boss, tiba-tiba mendengar keributan di luar pintu.
Boss mengerutkan kening. Melihat boss masih sibuk di telepon, Lan Xin langsung bergegas keluar.
"Memalukan! Aku ini ibu kandung Lei Tingyu! Mau bertemu anak sendiri harus membuat janji?" Ibu Lei berkata dengan penuh amarah.
Qi Lei tetap tersenyum sopan sambil menebarkan kedua lengan menghadangnya.
"Nyonya tua, janganlah memperumit kami yang hanya menjalankan tugas. CEO benar-benar sibuk sekarang, tidak punya waktu untuk menemui Anda."
Meski tersenyum, sikapnya tetap tegas: tidak mengizinkan Ibu Lei masuk.
Kebetulan Lan Xin menyaksikan adegan ini.
"Ada masalah apa?" Lan Xin mendekat.
Melihatnya muncul, mata Ibu Lei berbinar-binar.
Sejak Ibu Lei menyinggung Lei Tingyu, ia hanya memerintahkan anak buah untuk mentransfer uang tepat waktu setiap bulan, melarang sang ibu menemui boss.
Ibu Lei baru menyadari betapa pahitnya konsekuensi ini.
Dulu ketika anggaran bulanannya habis, cukup dengan merajuk dan merengek, boss masih akan mempertimbangkan hubungan ibu-anak dan memberinya sebagian.
"Tapi sekarang, ingin bertemu dengannya terlalu sulit, orang-orang ini menghadang, sama sekali tidak mengizinkannya masuk."
Tidak hanya Ibu Lei yang tak mengerti, Lan Xin juga bingung.
Dulu saat boss mengalami amnesia, Ibu Lei membawa orang mengkhianati boss. Saat itu meski marah, boss sepertinya belum pernah melarang Ibu Lei datang ke rumah untuk menemuinya.
Tapi sejak dia hamil, boss tidak lagi mengizinkan. Ibu Lei tak pernah lagi terlihat di hadapan Lan Xin dan anaknya, benar-benar membingungkan.
"Lan Xin, aku perintahkan kamu, bawa aku masuk menemui Ting Yu!" Nada bicara Ibu Lei membuat Lan Xin diam.
"Kamu tunggu sebentar, aku akan bertanya pada Ting Yu."
Ini urusan antara dia dan ibunya, Lan Xin tidak ingin ikut campur.
Lan Xin mundur kembali ke kantor Lei Tingyu, mengunci pintu.
Boss sudah menutup telepon, sedang menatapnya dengan wajah muram.
"Itu, ibumu--"
"Tidak mau bertemu." Dia kembali duduk di kursinya, membuka file.
Lan Xin mendekat, langsung duduk di pangkuannya, melingkarkan tangan di lehernya.
"Ada apa? Sebelumnya belum seekstrem ini?" Sebenarnya apa alasan yang membuat hubungan ibu-anak ini menjadi sekeras ini?
Lan Xin yakin, Lei Tingyu bukanlah pria yang akan membasmi habis sanak keluarganya sendiri, apalagi terhadap ibu kandungnya.
Boss terdiam sejenak, di bawah sorotan mata Lan Xin yang terus mendesak, barulah dia mengungkap kebenaran.
"Saat kamu mengandung bayi, dan melahirkan, dia tidak hadir."
Lan Xin tak menyangka, jawabannya ternyata ini.
Setelah periode singkat beberapa detik, tiba-tiba ada perasaan hangat yang sangat mengharukan menyelimuti hatinya.
Dia menggapai dan memeluk leher boss.
"Tak apa."
Di dalam hati pria itu, dialah yang sesungguhnya menjadi orang tercintanya.
Bahkan ketika Ibu Lei pernah mengkhianati Lei Tingyu, boss tidak memperlakukan beliau dengan terlalu berlebihan.
Namun ketika Ibu Lei terus-menerus tidak menunjukkan penyesalan, bahkan saat Lan Xin hamil dan melahirkan pun tidak muncul—satu-satunya kali muncul justru membantu Lei Zhizhi mengirimkan sepotong giok berkualitas rendah kepada Lan Xin.
Maka, boss pun murka.
Bagaimanapun Ibu Lei memperlakukannya, dia bisa bertahan. Tapi jika ada sedikit pun ketidakbaikan pada Lan Xin, dia menolak, bahkan enggan bertemu.
"Suruh dia pulang," kata boss pada Lan Xin.
Lan Xin berpikir sejenak, mengangguk, lalu berdiri dan kembali keluar.
Saat ini, Ibu Lei telah ditolak di depan pintu, mood-nya sangat gelisah. Qi Lei si makhluk ini licin sekali.
Segala pujian bisa diucapkannya, namun tetap bersikukuh tidak membiarkan Ibu Lei melampaui batas toleransi sedikit pun.
Maka ketika Lan Xin muncul kembali, Ibu Lei tak sabar menyambutnya.
"Apa kata Ting Yu?"
"Eh, dia... dia sedang sibuk bekerja sekarang, mungkin tidak punya waktu. Ibu, ada keperluan apa, bisa disampaikan padaku."
Ibu Lei kecewa memasang wajah muram. Melihat Lan Xin memperlakukannya seperti ini, amarahnya memuncak di hati.
"Kau ini cuma orang luar, apa hakmu memenuhi posisi terpenting dalam hati putraku?"
"Mungkin karena disaat dia membutuhkan, kebetulan aku ada di sisinya. Baik di masa lalu, maupun sekarang."
Jawaban Lan Xin membuat ekspresi arogan Ibu Lei membeku di wajahnya.
"Sebenarnya, kalau dulu ibu mertua bisa sedikit lebih baik padanya sesuai sifat aslinya, mungkin aku tidak akan ada di sini. Seharusnya aku berterima kasih padamu, karena telah membuat pria ini benar-benar menjauh."
Karena itu, boss yang tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh sejak kecil baru bisa bersikap begitu baik pada Lan Xin.
Karena Lan Xin adalah perempuan pertama yang mengabaikan latar belakang keluarganya, dan pertama kali yang bersikap begitu baik padanya.
Ucapan terima kasih Lan Xin yang seharusnya tulus ini, justru terdengar penuh ejekan di telinga Ibu Lei.
"Jelas-jelas kau rubah licik yang merayu tuan!"
Karena kehadiran perempuan ini, putranya bahkan tidak mau menemuinya lagi. Ibu Lei sekarang punya urusan penting untuk menemui boss.
"Ibu, aku punya dua putra yang mirip sekali dengan Ting Yu. Pernah ibu melihatnya?" Lan Xin tidak menanggapi Ibu Lei, malah berbicara tentang anak-anak.
Mendengar Lan Xin menyebut anak, Ibu Lei mengira dia sedang pamer dan mendengus sinis.
"Apa di dunia ini hanya kau satu-satunya perempuan yang bisa melahirkan anak laki-laki?"
Lan Xin menghela nafas, rupanya ibu mertua masih belum mengerti maksudnya.
"Maksudku, anak-anakku sangat menggemaskan. Mereka hampir mirip semirip-miripnya dengan Ting Yu. Setiap melihat mereka, aku ingin memberikan seluruh dunia untuk mereka. Ting Yu juga begitu. Kami sangat menghargai anak-anak kami. Lalu pertanyaannya, Ibu, benarkah ibu sama sekali tidak peduli pada anak kandung sendiri?"
“Ucapan Lan Xin kali ini sangat tulus, tanpa sedikitpun nada menyindir. Dengan status sebagai seorang ibu, dia bertanya kepada Ibu Lei.
Jika mendengar kalimat-kalimat ini di waktu biasa, Ibu Lei pasti menganggap Lan Xin sengaja mengejeknya.
Tapi, melihat tatapan mata Lan Xin yang jernih, Ibu Lei tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Lei Tingyu sudah keluar dan berdiri di belakang Lan Xin. Ibu Lei bisa melihatnya, tapi Lan Xin tidak.
Lan Xin terus menyampaikan perasaan sejatinya kepada Ibu Lei.
“Bahkan bayi sekalipun bisa merasakan kasih sayang ibunya. Apalagi Ting Yu yang IQ-nya tinggi dan ingatannya tajam sejak kecil. Jika dulu kau pernah mencurahkan kasih sayang, mana mungkin dia enggan menemuimu?”
Mulut Ibu Lei terbuka lalu tertutup kembali.
Kata-kata Lan Xin bagai tusukan tajam yang menghunjam di hati Ibu Lei.
Sebenarnya, dulu hubungannya dengan Lei Tingyu kecil pernah sangat baik.
Hanya karena ayah Lei Tingyu memiliki anak haram, sedangkan kondisi kesehatan bos selalu buruk, tekanan keluarga membuat Ibu Lei kehilangan kasih sayang yang seharusnya dimiliki seorang ibu.
Memori yang membeku ini tersingkap oleh beberapa kalimat Lan Xin.
Semangat Ibu Lei langsung meredup.
“Kau selalu bilang Ting Yu dingin. Ya, aku tak menyangkal caranya menangani masalah terkadang ekstrem. Tapi ini salahnya? Jika orang tua memberinya cukup kasih sayang, mungkinkah Lei Tingyu tetap menjadi CEO iblis seperti yang diceritakan orang?”
