Bab 514 Kucing Kecil yang Memiliki Daya Pikat Luar Biasa
Bahkan anak kecil sekalipun, jika kau tersenyum padanya, dia bisa merasakan kebaikan hatimu.
Ibu Lei tidak bisa menemukan alasan untuk membantah perkataan Lan Xin, bahkan urusan meminta uang pun tidak bisa dia utarakan.
Melihat serangan lembutnya mulai membuahkan hasil, Lan Xin memilih untuk berhenti di titik yang tepat.
Setelah pesta usai, Ibu Lei tidak berlama-lama dan langsung pergi tanpa menyebut-nyebut soal uang.
Malam itu, Lan Xin dan Lei Tingyu yang kelelahan hendak beristirahat lebih awal ketika pelayan melapor: "Nyonya tua datang lagi."
"Jangan diterima!" Boss bersikap tegas.
"Suruh dia masuk!" Lan Xin segera menyela.
Lan Xin dan boss berbicara bersamaan.
Setelah saling pandang sejenak, boss mendengus dan memalingkan kepala.
Pelayan itu bingung memandangi mereka, sebenarnya harus mendengar perintah siapa?
Lan Xin mendahului boss, "Dengarkan aku!"
Boss meliriknya sinis, bagus sekali, ini mau merebut kekuasaan?
Lan Xin mendekat dan mencium pipinya dengan manis, "Suamiku yang paling baik."
Barulah pria temperamental itu berhasil dibujuk. Ia meliriknya dengan sorot mata yang seolah berkata: Nanti malam kau akan tahu akibatnya!
Paha Ayam Kecil yang berbaring di kaki Lan Xin menyembunyikan kepalanya di antara cakar.
Kasihan tuan rumah, hanya bisa berlagak jagoan setelah pintu ditutup. Sungguh terlalu memanjakan istri.
Ibu Lei masuk dan melihat Lei Tingyu, tersenyum manis. Boss hanya meliriknya lalu asyik bermain ponsel.
Lan Xin berdiri dan bertanya dengan semangat.
“Nenek, sudah makan belum?”
“Sudah... Ini, kubelikan untuk anak-anak.” Pagi tadi datang tanpa membawa hadiah, setelah Ibu Lei pergi, bayangan dua bayi gemuk terus muncul di kepalanya.
Berputar-putar tanpa sadar, akhirnya sampai di butik bayi.
Lan Xin menerimanya, membuka bungkusan - dua set pakaian bayi premium yang jelas harganya tidak murah. Tentu masih sedikit kalah dengan persiapan boss untuk anak-anak, Lei Tingyu memang selalu menggunakan rute custom-made.
Hampir seluruh anggota keluarga ini memang unik, tapi kemajuan dalam ketulusan hati ini patut diapresiasi.
“Sebenarnya... tidak terlalu mahal kok. Kalau kalian tidak suka, buang saja.” Kondisi ekonomi Ibu Lei saat ini sulit, membeli ini saja sudah harus mengerahkan seluruh tenaganya.
Melihat Lan Xin diam, dikiranya meremehkan kualitas hadiah.
Mengingat catatan hitamnya pernah mengirim giok murahan sebelumnya, dua set pakaian ini memang belum seharga giok.
Tepat saat Ibu Lei tenggelam dalam kecanggungan, tiba-tiba tubuhnya terasa hangat.
Lan Xin memeluknya dari depan.
“Terima kasih, Nenek! Besok langsung kukenakan pada bayi-bayi, pasti mereka suka hadiah dari neneknya.”
Semangat seperti ini membuat Ibu Lei tidak karuan, pipinya yang tak pernah memerah setengah umur hidupnya, mulai menunjukkan semburat kemerahan samar.
Mulut boss merekah sedikit, nyaris tak terlihat.
Kucingnya selalu memiliki daya infeksi luar biasa, bahkan ibu yang materialistis pun perlahan melunak oleh tindakan nyatanya.
"Ibu Lei merasa wajahnya memanas karena pelukan Lan Xin ini."
Dengan malu-malu mendorong Lan Xin, membersihkan tenggorokannya yang canggung, "Aku, aku harus pergi sekarang!"
"Ibu mertua, besok aku akan mengajak Xiao Qilin jalan-jalan, mari kita pergi bersama. Aku akan menyuruh sopir menjemputmu?"
Ibu Lei segera menatap Lei Tingyu, khawatir putranya akan tidak setuju.
Boss meletakkan ponsel, berdiri dengan ekspresi datar.
"Urusan antara kalian berdua, aku tak mau ikut campur."
Ini... persetujuan diam-diam?
Ibu Lei memandang Lan Xin dengan perasaan rumit. Sekarang, pandangannya terhadap Lan Xin sepertinya tidak semenjengkelkan dulu.
"Aku memanggang kue, bawa pulanglah untuk makan malam." Lan Xin menyunggingkan senyum lebar padanya.
Di saat kesepian yang tak tertolong ini, ternyata masih merasa Lan Xin sedikit menggemaskan...
Setelah mengantar Ibu Lei pergi, Bibi Chen mendekat dengan raut ingin bicara tapi ragu-ragu.
"Ada apa, Bibi Chen?"
"Menurutku, sikap Nyonya muda dalam menangani masalah ini agak berbeda dengan caramu yang biasa."
Di hati Bibi Chen, Lan Xin tetaplah perempuan yang berani bertindak saat terjadi perselisihan, sudah banyak kasus perusakan properti mewah yang dilakukannya.
"Apapun karakternya, semuanya dibangun di atas satu prinsip."
"Apa?" Bibi Chen tidak mengerti.
"Aku adalah istri Lei Tingyu, sesederhana itu."
Segala yang dimilikinya sekarang diberikan oleh Lei Tingyu. Jika dengan merendahkan diri sedikit dan aktif berbaik hati pada Ibu Lei bisa memperbaiki hubungan ibu-anak mereka, itu tak jadi masalah.
"Dia tegas, tapi juga bisa lembut, bisa mengendur dan mengencang. Selama demi kepentingan Lei Tingyu, tidak ada yang tidak berani dia lakukan."
"Dia berani mengorbankan diri untuknya, dia pun berani membalas dengan kesetiaan yang tak pernah meninggalkan."
Bibi Chen terharu oleh Lan Xin sampai hampir tak bisa berkata-kata.
"Istri yang dipilih Tuan muda ini benar-benar luar biasa! Nanti siapa yang berani bilang Lan Xin tak layak untuk Lei Tingyu, aku yang pertama akan menyambar dan mencabik-cabik mereka!"
Setelah naik ke lantai atas, Lan Xin tidak menemukan Lei Tingyu di kamar utama.
Di kamar bayi sebelah, dia melihat suaminya sedang menatap wajah tidur kedua anak mereka dalam diam.
"Betapapun dinginnya hati seseorang, pasti menyisakan sudut lembut untuk keluarga." Lan Xin bertekad harus menjaga baik-baik sisi lembutnya yang tersembunyi ini.
Mendekat dari belakang, dia memeluk pinggangnya. Boss menekan tangan perempuan itu sementara Lan Xin bertanya dengan manja:
"Suamiku, apa kamu marah karena aku bertindak atas inisiatif sendiri?"
"Besok, aku akan suruh Qi Lei membuat plakat bertuliskan kalimat besar untukmu." Suara Boss dingin, tapi tanpa bau mesiu sama sekali.
Ternyata dia tidak benar-benar marah pada Lan Xin.
Lan Xin tersenyum nakal: "Jangan terlalu memujiku. Meski aku memang istri terbaik, kalau dipuji terus aku akan malu!"
Boss berbalik dan menjentikkan kening si Kucing bodoh yang merasa diri hebat ini!
"Maksudku, plakatnya harus bertuliskan: Bunda Maria Bunga Teratai Putih - Xin!"
Lan Xin juga tidak marah, memeluknya sambil bergantung di tubuhnya, "Bukankah CEO yang otoriter suka bunga teratai palsu? Si kecil yang menyebalkan ini, mulut meremehkan tapi tubuh cukup jujur, um?"
Dia menggesekkan bagian "jujur"-nya, wajah boss sedikit memerah.
Perempuan sialan ini, berani-berannya merebut dialog CEO otoriter seperti dirinya! Apakah dia sedang digoda oleh istrinya sendiri di wilayah kekuasaannya? Karena sebentar lagi pulang ke negara asal, harus membeli hadiah untuk rekan di dalam negeri.
Lan Xin enggan meminta orang lain melakukannya, membawa anak sendiri pergi. Undangan untuk Ibu Lei bisa dibilang kejutan tak terduga.
Momen harmonis langka antara ibu mertua dan menantu ini mungkin karena Lan Xin membagi satu bayi untuk dipeluk Ibu Lei, sehingga si kecil menarik sebagian besar perhatiannya.
Sebenarnya jurang generasi antara mereka masih cukup lebar. Hubungan Lan Xin dengan Ibu Lei juga bukan tipe yang sangat dekat.
Wajar jika tidak bisa langsung menjadi akrab seperti membicarakan segalanya. Saat jalan-jalan, perbedaan pendapat pun muncul.
Tapi setiap kali sifat nyonya besar Ibu Lei kambuh ingin mencari-cari kesalahan Lan Xin, bayi bermata biru di pelukannya akan mengulurkan tangan mungilnya untuk menampar wajah Ibu Lei.
