BAB 530 Terima Kasih Telah Mengalah Pada Pengurungan Diri
Mo Lao Er diperintah, menurut arahan San Di, mendengarkan apa yang dibicarakan dua perempuan ini, berbaring di tangga mendengar perkataan Lan Xin, hampir jatuh dari tangga.
"Hai, Lan Xin, kamu sudah keterlaluan! Boleh saja memuji suamimu sendiri, tapi jangan sembarangan mempermainkan pria orang lain ya!" Fei Fei juga antara ingin tertawa dan marah.
Mo Lao Er berbalik, kembali ke kamar di lantai atas, memberi tahu bos di seberang melalui WeChat, "Jangan khawatir tentang perempuanmu, dia baik-baik saja. Um, masih sempat mengutuk kami. Sepertinya tidak ada dendam besar. Datanglah dua puluh menit lagi, seret dia pulang dan tekan sampai berguling beberapa kali, pasti tidak apa-apa."
Para pria saling berkoordinasi, sementara cekcok antara Lan Xin dan Fei Fei masih berlanjut.
"Kalau kamu yakin suamimu tidak akan berselingkuh, kenapa masih marah?" Fei Fei tidak mengerti, sebenarnya apa akar kemarahan Lan Xin?
Lan Xin menjawab kesal, "Aku curiga, saat dia mengawasi perempuan lain, pasti sedang berpikir untuk mencari lembaga implan payudara untukku! Dia meremehkan dadaku yang datar!"
Fei Fei kembali tak tahu harus berkata apa.
"Sekarang aku tidak lagi kasian pada San Di, karena sifatmu yang seperti ini adalah hasil manjanya selama ini."
Imajinasi macam apa ini!
Lei Tingyu yang begitu baik pada Lan Xin, mana mungkin meremehkan dadanya yang datar?
"Pokoknya aku sangat kesal, ada api tak jelas yang selalu muncul belakangan ini."
Lan Xin sendiri juga tidak mengerti kenapa, akhir-akhir ini sangat mudah marah, seringkali melihat peralatan elektronik pun merasa tidak nyaman.
"Jangan-jangan kamu mengalami menopause dini?" Fei Fei bergurau.
"Kamu yang menopause, seluruh keluargamu menopause!" Lan Xin menggeram. Xiao Xiao Mo dalam pelukan Fei Fei, melihat tante begitu marah, tertawa terbahak.
"Tante bodoh, bodoh-bodoh!" Meski tidak ada cara, seperti pasangan kembar bos yang mahir berbahasa, tapi setidaknya bisa menyampaikan pemikirannya secara sederhana.
Hati Lan Xin sesak, tamatlah, anak-anak pun ikut menginjak-injaknya, dunia kejam ini.
Xiao Mo sangat mirip ayahnya, berkepala harimau, penuh semangat, tinju kecilnya terus mengarah ke Lan Xin.
Lan Xin Auuu langsung memasukkan jari orang itu ke mulutnya.
Si kecil melihat tangannya "menghilang", terpaku sejenak lalu menangis histeris.
Mo mendengar Lan Xin mengerjai putranya, tak kuasa menggelengkan kepala.
Menelepon San Di, "Cepat jemput perempuan kejammu! Dia mengganggu putraku!"
"Nanti setelah rapat selesai." Sang bos tetap tenang.
Menutup telepon, Mo menyesal luar biasa.
"Kenapa aku bilang perempuan San Di yang mengganggu putraku? Harusnya aku bilang putraku yang membuat perempuan San Di menangis, pasti si tukang bela itu akan langsung melesat ke sini."
Sekali salah ucap, ribuan tahun penyesalan.
Saat ini bos sedang rapat.
Di ruang rapat Lei Group, rapat pejabat tinggi berjalan tertib. Bos fokus mendengar presentasi bawahan, tiga anak kecil duduk tenang di samping sambil menonton kartun di tablet dengan earphone.
Beberapa bocah imut ini aneh. Tahu ayah sedang rapat, mereka menghentikan permainan dan menonton dengan tenang. Meski begitu, tetap menarik tatapan penuh kekaguman. Inilah bos mini legendaris, benar-benak bayi premium yang persis sama dengan CEO.
"Xiao Feng memperhatikan sejenak, perutnya agak sakit, lalu membisik ke telinga Xiao Qi, \"Duoduo, Sst.\""
Xiao Qi segera menggandeng tangan Xiao Feng, mendekati boss dan berkata sopan, "Ayah, kami ingin ke toilet."
Ruangan langsung hening. Boss paling benci rapatnya diganggu, tapi tak ada yang menyangka boss malah menutup file dengan tenang.
"Istirahat 5 menit."
Kemudian dengan santai menggandeng putranya dan Xiao Feng menuju toilet.
Semua saling pandang. Setelah menjadi ayah, sifat CEO memang jauh lebih terkendali.
Di ruang rapat tersisa Xiao Lin si anak imut yang duduk sendiri memainkan kubus ajaib. Orang-orang mengerumuninya penasaran.
"Tuan muda, sedang main kubus?"
"Um." Xiao Lin mengerutkan alis tampak kesulitan.
"Mau paman bantu main?" Penanya adalah manajer departemen R&D boss, pria sains tulen lulusan Ivy League.
Xiao Lin memandangnya, mata kecilnya memancarkan kilatan cerdas yang sama seperti boss.
"Paman, mau bertanding?"
Ucapan bocah imut itu membuat para eksekutif tertawa terbahak.
"Kamu mau lawan paman?" Manajer R&D lulusan Ivy League itu terkejut.
Bagi elite sains, kubus ajaib hanyalah kasus kecil. Karena itu saat bocah bermata biru keluarga CEO ini menantangnya, dia sangat terkejut.
Xiao Lin mengangguk sambil tersenyum manis.
“Paman kan sudah dewasa, kalau Xiao Lin bisa menang, hadiah ini untuk Xiao Lin ya?”
Bayi berusia satu tahun lebih, meski gumamannya masih seperti anak kecil, tapi pelafalannya sudah cukup standar.
Manajer R&D menundukkan kepala, melihat gesper dasi safir yang dipakainya, rupanya sang pangeran kecil menyukai ini.
Ingin langsung melepasnya untuk diberikan, Xiao Lin menggelengkan kepala seperti gendang berputar.
“Mama bilang, jangan makan barang yang diberikan sembarangan!”
“Maksudnya ‘tidak menerima makanan yang diberikan dengan merendahkan’ ya?” Semua orang hampir meleleh dibuat imutnya si bakpao kecil ini.
Melihat keteguhan hati si kecil, manajer R&D pun tak tega melukai harga dirinya, dalam hati berencana nanti akan meminta Xiao Lin mengambil rubik milik kakaknya untuk diberikan ke manajer R&D sambil menampakkan senyum licik.
Tentu saja, kelicikan si bayi imut ini di mata semua orang tetap terlihat sangat menggemaskan.
“Kakak cantik, bisa bantu Xiao Lin menghitung waktunya?”
Sekretaris buru-buru mengangguk, mengeluarkan ponsel dan menekan stopwatch, dengan pandangan penuh makna yang menyiratkan rasa kasihan kepada manajer R&D.
Orang lain mungkin tak tahu seberapa hebat dua bayi imut keluarga CEO ini, tapi staf sekretariat sangat paham betul.
Karena banyak staf elite sekretariat sudah berkali-kali tertipu oleh tampang lembut dan menggemaskan kedua bocah ini!
Begitu sekretaris memberi komando, awalnya manajer R&D masih santai sambil berpikir cara membiarkan Xiao Lin menang. Tapi saat melihat jari gemuk Xiao Lin berputar cepat memutar rubik, senyumnya pelan-pelan menghilang.
Sekeliling sunyi senyap, hanya terlihat jari-jari adik kecil berputar cepat. Hanya butuh belasan detik, kubus Rubik yang sudah berantakan itu kembali ke bentuk semula.
"Paman, masih mau main?" Kali ini, Xiao Lin menatap manset berlian manajer R&D dengan tatapan memelas.
Manajer R&D tak menyangka dirinya dikalahkan oleh bocah imut dalam hitungan detik. Mukanya merah padam, lalu ia mengangguk tanpa ragu.
Kali ini ia fokus total, mengerahkan martabat lulusan master universitas ternama. Tapi tetap saja, Xiao Lin mengalahkannya dengan mudah.
Saat bos kembali dengan dua bocah imut, yang terlihat hanya putra bungsunya yang sedang terkekeh seperti kucing usil.
Tangan kiri menggenggam penjepit dasi safir, tangan kanan mencengkeram manset berlian. Bibir mungilnya masih tak lupa mengeluarkan jurus imut.
"Paman, terima kasih sudah mengalah."
Manajer R&D ingin menangis tapi tak bisa. "Aku... Aku benar-benar tidak sengaja mengalah!"
