BAB 531 MINI BOSS YANG OTOITER SEPERTI BOSS
Xiao Lin berlari menghampiri Xiao Feng, menebarkan tangannya yang kecil.
"Xiao Feng, ini yang aku menangkan. Untukmu. Yang berkilau ini, berikan ke Ibu."
Xiao Feng yang tertarik pada benda bersinar langsung ingin meraih, tapi tangan yang sedang digandeng Xiao Qi menghantamnya.
"Jangan ambil!" Kata Xiao Qi dengan otoriter. "Xiao Feng hanya boleh menerima pemberianku. Hadiah dari adik pun tidak boleh!"
“Xiao Feng dipukuli oleh Kakak Xiao Qi yang paling menyayanginya, bibir kecilnya yang penuh kekesalan langsung mengerut, sepertinya akan menangis.”
“Jangan menangis! Aku juga bisa memberimu!”
Sang pemimpin keluarga Lei yang otoriter setara dengan bos, mengamati sekeliling dengan sorot matanya. Para eksekutif yang ditatapnya serentak mundur selangkah sambil diam-diam menutup perhiasan mereka.
Bercanda apa ini, dua makhluk kecil keluarga CEO ini sudah benar-benar melampaui kodrat! Siapa yang berani menyaingi mereka?
Lei Tingyu menyaksikan kedua putranya yang sedang beraksi imut sambil menghancurkan dengan kepintaran para bawahannya, akhirnya mengeluarkan wibawa sebagai seorang ayah untuk mencegah.
“Kalian berdua, mainlah di samping! Dilarang bicara!”
Maka kedua anak imut itu langsung membungkam, namun sorot mata Xiao Qi menunjukkan ketidaksenangan yang jelas terhadap adiknya.
Berani-beraninya memberi hadiah ke Xiao Feng? Adik jahat!
Ketika bos selesai rapat, pertempuran antar anak imut itu sudah berakhir.
Kakak Xiao Qi berhasil menyiksa adiknya lewat permainan sapu ranjau, memaksa membagi satu keping dari rampasan perang adiknya, tapi tidak diberikan ke Xiao Feng.
Saat bos selesai rapat dan membawa regu anak imut yang bergerak massal untuk menjemput Lan Xin, wanita itu dengan sombong memalingkan kepalanya.
“Biarkan tiga penjahat besar kecil ini melihat bola-bola perempuan lain! Tidak mau bicara dengan kalian!”
Dua anak imut itu segera berlari ke arah Lan Xin, masing-masing memeluk lutut sang ibu dengan erat bagai hidup dan mati.
“Mama.” panggil Xiao Qi.
“Aku sangat merindukanmu!” Xiao Lin menyambut dengan kompak.
"Nilai amarah Lan Xin langsung berkurang setengah, Ia membungkuk dan mencolek ujung hidung dua si jahat kecil."
"Bukankah kalian bilang tante itu cantik?"
"Tidak lebih baik dari Ibu." Xiao Qilin berseru serempak.
Memanfaatkan momen haru sang ibu, dua bocah imut itu serempak mengeluarkan "rampasan perang" masing-masing untuk mengambil hati Lan Xin.
"Dari mana dapatnya?" Lan Xin mengambilnya dan memeriksa, ternyata cukup mahal juga.
"Kami dapat dengan kemampuan sendiri!" Kedua bocah itu penuh kebanggaan.
Lan Xin membelai kepala bayi-bayinya sambil berdecak kagum.
"Punya anak laki-laki juga bagus, tahu menyayangi ibu. Dibandingkan pria yang setelah cukup tidur malah melirik wanita lain belasan detik, lebih baik punya anak yang bisa diandalkan!"
Sambil memuji putranya, tak lupa menginjak-injak si boss beberapa kali.
Boss berdiri dengan satu tangan di saku, memandang dingin pasangan ibu-anak yang sedang pamer kemesraan ini.
Xiao Feng berdiri di samping sambil menggigit jari. Xiao Qi meliriknya lalu tersenyum manis ke sang ibu.
"Mama, apa Mama bisa merasakan cinta penuh kami untuk Mama?"
Lan Xin mengangguk, anaknya begitu perhatian dan berbakti, sekarang sudah bisa memberi hadiah untuk ibunya.
Kemudian Xiao Qi menunjuk jepit rambut berlian di kepala Lan Xin.
"Ibu, bolehkah ini diberikan ke kami sebagai ungkapan cinta penuh Ibu?"
Lan Xin tidak tahu putranya ingin kenapa, maka ia melepaskan benda itu dari kepalanya, menaruhnya di tangan Xiao Qi, lalu dengan perasaan hati tersumbat memandangi putra gemuknya yang melangkahkan betis kecilnya dengan riang menuju Xiao Feng.
Sebuah pelukan CEO bayi yang otoriter, memeluk Xiao Feng, langsung menjepitkan jepit rambut ke kepalanya.
"Tidak boleh melepas!" Setelah terpasang, Xiao Qi mengangguk puas.
Xiao Feng sangat penasaran, sebenarnya peralatan listrik apa itu, sama sekali tidak kelihatan jelas. Ia ingin mengulurkan tangan untuk melepasnya, tapi Xiao Qi langsung menghantam tangannya.
"Aku bilang, jangan, boleh, lepas!"
Xiao Feng terpaku sejenak, lalu tiba-tiba menahan bibir sambil menangis histeris, mengulurkan tangan meminta pertolongan pada adik kedua Xiao Lin.
"Kakak tolong!"
Xiao Qi marah melihatnya berani minta tolong pada adik, langsung menariknya kasar. Tapi kontrol tenaga anak kecilnya kurang tepat, kening Xiao Feng BREEENG! menabrak tembok, disusul lagi tangisan melengking.
Lan Xin buru-buru mendidik putra otoriternya. CEO kecil yang baru saja berbuat onar ini, melihat dirinya membuat Xiao Feng jatuh, bibir kecilnya juga gemetar. Tapi dari sudut matanya, ia melihat ayahnya yang otoriter sedang mengirimkan peringatan lewat tatapan.
Xiao Qi terpaksa menelan air mata, dengan wajah menggelap memandangi adiknya menghibur Xiao Feng.
Dalam perjalanan pulang, tiga bayi itu tertidur lelap di kursi keselamatan bayi dengan suara napas "hu-ha".
Lan Xin kesal.
"Si sulung kita memang mirip kamu! Lihatlah sifatnya yang licik itu, wujudnya persis seperti tiruanmu!"
"Benar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya."
"Cuma pakai penjepit dasi bisa menukar jepit rambutku, itu pemberian ayahmu tahu, harganya bisa beli sepuluh penjepit dasi!"
Perbuatan mengambil aksesori dari kepala ibu lalu memberikannya ke gadis kecil, malah membuat si gadis tersinggung, benar-benar membuat Lan Xin merasa sedih.
"Menurutmu, apakah pemimpin kita ini kemampuannya mengelola emosi sama payahnya sepertimu?"
Cara anak ini mengekspresikan perasaan sangat otoriter. Barang yang dia incar harus jadi miliknya sendiri, orang lain tak boleh menyentuh. Xiao Feng jelas-jelas sudah dia masukkan ke wilayah kekuasaannya.
Boss yang tadinya puas mendengar istri mengkritik anaknya, kini alisnya berkerut karena ikut kena imbas.
"Aku ingat tadi ada yang bilang punya anak laki-laki itu menyenangkan?"
Pemimpin keluarga Lei membuktikan lewat tindakan nyata apa arti pepatah "sudah dapat istri lupa pada ibu".
Boss memanfaatkan kesempatan untuk memberi isyarat pada Lan Xin: "Anak-anak nanti pasti akan menikah, hanya suami yang akan menemani seumur hidup."
"Lebih baik melahirkan anak perempuan, aku ingin punya jaket kecil..." Lan Xin mengelus perutnya sambil bicara sendiri.
"Sayang, kita punya anak perempuan yuk?" Sejak melahirkan dua anak imut, Boss selalu memakai kontrasepsi, entah di luar atau pakai alat, dia tak mengizinkan Lan Xin minum obat karena takut membahayakan kesehatannya.
"Tidak baik." Boss menolak tanpa ragu.
"Kenapa? Bukannya dulu kamu bilang ingin punya anak perempuan?"
Dia ingat betul, dulu Boss memiliki keterikatan terakhir yang kuat pada anak perempuan.
boss diam, sepertinya tidak ingin menjawab pertanyaan ini.
Lan Xin mendengus, "Masalah melihat perempuan lain lebih dari 10 detik, aku belum lupa, mungkin besok aku akan kabur dari rumah, kali ini aku akan pergi lebih jauh!"
Baru saja dia selesai bicara, Lei Tingyu yang tadi masih tenang tiba-tiba wajahnya menjadi dingin seperti angin, mengerem mendadak, mobil berhenti di pinggir jalan, dengan sorot mata yang cukup untuk melahap orang, membelalakkan mata dengan tegas ke arah Lan Xin.
"Tarik kembali ucapanmu barusan!"
"Maksudku, kabur ke rumah Tian Xin, bukankah rumahnya 5 menit lebih jauh dari rumah Fei Fei?"
Lan Xin merasa takut ketahuan oleh sorot mata hitam pekat boss.
Meski sudah menikah lama, boss masih terusik oleh kejadian kaburnya dulu.
Boss sekarang sangat memanjakan Lan Xin, tapi kabur dari rumah adalah batas dasarnya, jadi di bawah tekanan sorot matanya yang hampir mau melahap manusia, Lan Xin akhirnya mengubah ucapan dengan ragu.
"Baiklah, aku tidak kabur... Tapi aku juga tidak bisa memaafkanmu melihat perempuan lain! Kalau begitu, aku akan memotong semua celanamu di bagian depan!"
Boss mendengar janjinya untuk tidak kabur, baru dengan santai menghidupkan mobil. Selama tidak menyentuh sisik terbaliknya, sesekali Lan Xin menunjukkan cakar kecilnya yang hanya menggaruk-garuk tak penting, boss anggap sebagai hiburan kamar tidur.
Justru suka perempuan sedikit manja tapi pedas seperti ini.
