Bab 545 Benar-benar tak ada cara menghadapimu
Sebenarnya, boss juga tak tahu apa maksud perkataan Lan Xin, tapi meski dia bilang Lan Xin bodoh, bukan berarti orang lain boleh mengatakannya!
Maka dengan gerakan tangan, menyeret pergi istri dan anak, hanya menyisakan Gong Yun yang kebingungan, memegang menu peninggalan Lan Xin, terus-menerus meneliti.
Tepung-tepung berantakan ini, serta bahan mentah yang belum pernah didengar, semuanya untuk peralatan listrik apa.
Lan Xin dipaksa pergi oleh boss, dalam hati masih memikirkan Wenwen.
Di perjalanan kembali, si kembar ingin main ke taman, boss melihat waktu masih pagi, lalu mengajak istri dan anak-anak ke taman bersama.
Dua bocah bermain komidi putar di area bermain, Lan Xin dan Lei Tingyu berjaga di samping, mengamati putra-putra mereka dengan tenang.
"Sebenarnya masa kanak-kanak seharusnya harmonis, ya?" Lan Xin menatap kegembiraan anak-anaknya, tak kuasa menahan diri untuk tidak memikirkan Wenwen.
Meski IQ Wenwen sekarang hanya setara 10 tahun, tapi untuk periode ini, baginya pasti penuh kebahagiaan.
Gong Yun sangat memanjakan dia.
Mereka berkonflik bertahun-tahun akibat kesalahpahaman, perpisahan, dan saling curiga, akhirnya bisa bersama justru karena Wenwen melupakan masa lalu, bahkan kehilangan ingatan.
Lan Xin tak tahu apakah hasil ini baik atau buruk.
Lei Tingyu menggenggam tangannya, "Aku tak akan membiarkan Wenwen terus seperti ini."
Dia akan mencari dokter terbaik, berjuang sampai detik terakhir, sampai adiknya pulih seperti semula.
Lan Xin mengangguk dengan mata berkaca-kaca.
"Um, Wenwen pasti akan sembuh."
Berharap meski ingatannya pulih, dia tetap bisa mendapatkan perlindungan utuh dari Gong Yun seperti sekarang.
Dua anak bermain gembira, sang ayah yang jarang menemani mereka ke tempat seperti ini, mencoba berbagai fasilitas permainan, lalu merengek pada boss untuk memberi makan merpati.
boss memperlakukan permintaan anak-anak hampir selalu menuruti, menyuruh bodyguard membeli makanan merpati, Lan Xin sudah menyiapkan kamera, bersiap untuk mengabadikan momen bahagia interaksi ayah dan anak ini.
Tapi boss tiba-tiba menghentikan aktivitasnya, menerima telepon.
"Hai?"
"Aku merindukanmu oh, pria tampan!"
Di ujung telepon, terdengar suara manis seperti boneka seorang gadis, Lan Xin yang berada di samping boss mendengarnya, sepertinya seorang wanita muda yang belum dewasa.
"Um, aku akan datang." boss menutup telepon.
"Siapa itu?"
"Seorang...anak kerabat." boss ragu sebentar, menjawab sekadar.
"Oh...kamu akan pergi?" Lan Xin bertanya.
Lei Tingyu mengangguk, meraba perutnya, lalu memerintahkan bodyguard untuk menjaga Nyonya dan Tuan muda, baru kemudian pergi.
Lan Xin mengangkat kameranya, memotret putranya dua kali, tapi sama sekali tidak mendapatkan firasat yang tepat.
Keraguan besar menggelayut di hatinya.
Sebenarnya...siapa yang memanggil boss pergi?
Pria dengan karakter seperti dia, selain diri sendiri dan anak-anak, sepertinya benar-benar tidak pernah terlihat begitu perhatian pada orang lain.
Meski ada keraguan, Lan Xin tetap menggelengkan kepala.
Sudah tua-tua begini, bagaimana mungkin dia tidak percaya pada Lei Tingyu?
Tapi tindakannya meninggalkan dirinya dan anak demi anak orang lain tetap membuat hati Lan Xin merasa tidak bahagia.
Dua bayi bermain sebentar, melihat ibu seperti punya beban pikiran, juga kehilangan mood bermain, datang menghibur Lan Xin, ibu dan dua anak pulang bersama.
"Malam ini, Lei Tingyu baru kembali di tengah malam."
"Masuk ke dalam rumah, menyalakan lampu kamar tidur, tapi mendapati si kecil di ranjang membuka matanya."
"Bukannya sudah kubilang, tidur duluan?"
Lan Xin duduk sambil tersenyum paksa padanya.
"Tanpa kamu, aku tak bisa tidur nyenyak."
"Hari ini ada urusan, pulang terlambat. Lain kali jangan tunggu aku. Lewat jam 8 belum kembali, tidur saja sendiri." Boss terlihat kelelahan.
Lan Xin menunduk, rambutnya menutupi wajah yang kecewa.
"Ke depannya...akan selalu begini?"
"Belum tentu, mungkin agak malam." Boss menuju kamar mandi, tak melihat Lan Xin duduk di ranjang sambil merenungkan sesuatu.
Saat Boss selesai mandi, melihat Lan Xin masih terjaga, mendekat dan memeluknya sambil membelai rambutnya.
"Kenapa belum tidur?"
"Sayang, kita...lakukan sekarang?" Lan Xin tiba-tiba membalikkan badan menindih Lei Tingyu, tangannya mencoba menarik handuknya.
Boss terpaku, kaget dengan sikapnya yang tak biasa.
Biasanya dia pemalu, kenapa sekarang...?
"Tidak boleh." Tangannya ditahan, tubuhnya diturunkan. Boss membalikkan badan membelakanginya.
Ditolak suami sendiri sungguh memalukan. Lan Xin menggigit bibir, kembali merangkulnya.
"Aku ingin kau memelukku."
Tapi Lei Tingyu yang selalu menurut padanya justru mendorongnya dan berdiri, "Aku ke ruang belajar dulu, kau tidur saja."
Setelah berkata begitu, dia pergi tanpa menoleh.
Air mata Lan Xin jatuh di bantal, bagai mekar sekuntum bunga air mata.
Penolakan langsungnya seperti tamparan keras yang menghantam wajahnya.
Kesempatan langka saat dia aktif mendekat, tapi malah didorongnya seolah dirinya wanita rendahan.
Tapi wanita hamil sebenarnya memang mudah tersentuh.
Hati ini begitu sedih, ingin sekali menangis histeris.
Maka Lan Xin membiarkan dirinya menangis keras tanpa hambatan.
Lei Tingyu yang belum jauh mendengar tangisannya, terpaksa balik dan memandangi wanita yang sudah banjir air mata itu.
"Ada apa?" Kembali ke ranjang, memeluknya erat.
"Kamu sudah tak mencintaiku lagi!" Tuduhnya sambil terisak.
Dosa yang dicari-cari! Boss pusing, apakah semua wanita hamil memang serumit ini?
"Mana ada aku tak mencintaimu?" Si bos kecilnya sudah bersemangat sampai perlu disiram air dingin!
Jika ini bukan cinta, lalu apa lagi yang layak disesali pria?
"Aku sudah... sudah berusaha seperti tadi... Tapi kau malah menolak." Hati ini getir, pasti dia mulai meremehkan diriku. Setelah melahirkan dua bayi dan setiap hari bersamanya, tubuhku sudah kehilangan pesona baginya?
Boss kesal ingin membentur tembok, menggenggam tangan wanita itu dan menaruhnya di bagian yang tak terkatakan.
"Suka atau tidak, rasakan sendiri!"
Pada detik ini, semua kata menjadi hambar.
Sedikit mengeras untuk menunjukkan isi hati.
Lan Xin memerah wajahnya, uh, terlihat sangat bersemangat, tapi teringat dia baru saja mendorong dirinya, suatu sikap yang sangat menyakiti hati, hanya bisa mengatupkan mulut dengan wajah merah, memprotesnya.
"Lalu mengapa, mengapa kau mendorongku?"
Boss menggigit gigi, meletakkan tangan di perutnya, "Kau baru kurang dari dua bulan, apa yang harus kulakukan?"
Mana mungkin tidak ingin memeluknya, keinginan itu membuat seluruh tubuhnya sakit.
Tapi kondisi dia sekarang tidak stabil, meski dokter terus menekankan tubuh Lan Xin sangat sehat, namun pengalaman mengandung kembar sebelumnya membuat Lei Tingyu paranoid, hanya ingin memberikan perlakuan standar tertinggi, memperlakukannya seperti harta yang rapuh, layaknya kaca yang mudah pecah, dengan penuh kewaspadaan, mengagungkannya di telapak tangan.
Tapi perempuan sialan ini!
Benar-benar tidak mengerti isi hatinya, masih di sini diam-diam meneteskan air mata!
Boss kesal mengusap air matanya, "Kalau bukan karena kondisi khususmu sekarang, sungguh, ingin sekali dengan tegas, memukul pantatmu!"
