Bab 550 Bayi Imut Memohon Pujian
"Istri paman, apakah kamu akan pergi?"
“Um, di rumah masih ada dua adik laki-laki. Setelah kondisimu membaik, kami akan bawa mereka menjengukmu.” Lan Xin sekarang sudah tersuap oleh gigi seri pelo gadis cantik itu.
“Kalau begitu, apakah kakak masih akan datang lagi?”
“Tentu saja!” Jika bukan karena bos takut ketahuan, Lan Xin bahkan ingin membawa Xiao Duo pulang ke rumahnya.
Pantas saja bos selama ini ngotot ingin punya putri. Benar-benar menggemaskan!
“Menurut bibi, apakah Xiao Duo imut?”
“Tentu! Kamu adalah gadis kecil paling menggemaskan yang pernah bibi temui.” Imutnya sampai tidak ada tandingannya!
“Andai ayah kandung Xiao Duo juga berpikir begitu...”
Ucapan Xiao Duo membuat Lan Xin hampir menangis terisak. Jika bos tidak menyeretnya pergi, mungkin dia akan langsung menangis di tempat.
Meski demikian, Lan Xin tetap memeluk gadis kecil itu sambil mengungkapkan isi hatinya dengan perih.
“Xiao Duo yang baik, beberapa hari lagi bibi akan menjemputmu ke rumah kami. Biar paman jadi ayahmu. Kami berdua akan merawatmu baik-baik, ada adik yang menemanimu bermain, bibi punya banyak perhiasan untukmu...”
“Hei! Paman! Cepat bawa pergi istri bodohmu ini! Dia benar-benar tolol!”
Lan Xin membeku. Apakah ini ucapan malaikat kecilnya?
Malaikat yang baru saja bersikap manis tiba-tiba berubah menjadi versi gelap.
Bos yang sudah terbiasa melihat sisi ganda sang gadis cantik, dengan tenang menarik istri bodohnya.
“Kamu istirahat saja dulu. Beberapa hari lagi akan kami bawa adik untuk menjengukmu.”
"Hmm, semoga adik-adik bisa bermain lebih seru, Bibi benar-benar polos ya. Ayah, jaga baik-baik Bibi, supaya dia tidak ditipu orang, malah mau bantu menghitung uang orang." Xiao Duo yang nakal melambaiikan cium terbang ke Lan Xin yang sedang terpukul.
"Bibi, meski kamu agak mirip putri bodoh keluarga tuan tanah, tapi melihatmu masih lumayan enak dipandang, aku terpaksa tidak benci kamu. Nanti kalau ada yang menginjak-injakmu, beri tahu aku! Aku akan menutupimu, bawa ketapel ini untuk menghantam kaca rumah mereka!"
Lan Xin dengan kaku melambaikan tangan ke Xiao Duo, lalu dengan kaku diseret keluar oleh boss.
Setelah keluar, melihat langit di luar, Lan Xin menarik napas dalam-dalam lalu bertanya dengan sedih pada boss.
"Sayang, tadi aku... diremehkan kecerdasanku oleh anak umur 6 tahun?"
Boss memberi komentar tambahan yang mematikan sambil mengangguk.
"Benar."
Xiao Duo itu setan kecil berbalut jubah malaikat, sama seperti ayah kandungnya Gong Yun, memiliki tampang penipu yang terlihat lembut dan mudah didekati, tapi sebenarnya penuh akal-akalan.
Tapi boss juga bersyukur, kucing bodohnya punya radiasi alami yang bisa menaklukkan Xiao Duo. Mungkin gerakan kikuk si kucing bodoh itu mengharukan Xiao Duo, sehingga dia tidak benci Lan Xin, bahkan mungkin agak menyukainya.
"Selesai sudah, dunia ini sudah jadi apa. Bahkan anak kecil sekarang main polanya dalam-dalam. Kota kalian terlalu berbahaya, aku mau pulang ke desa!"
boss menyeretnya, "Putri bodoh tuan tanah, jangan sembarangan membawa bola lari-larian ke mana-mana."
Lan Xin murka, dunia yang tak berhati ini, bagaimana bahkan boss pun menginjak-injaknya!
Wu wu wu, hari-hari ini tak sanggup dijalani lagi.
Cepat pulang ke rumah, kunjungi putra jenius kita sendiri untuk menekan keterkejutan.
Hasilnya saat kembali ke rumah, Lan Xin kembali terpukul besar.
"Aku dan Ayahmu baru pergi sebentar, kalian sudah membuat rumah jadi begini?"
Rumah berantakan, penuh aroma aneh, bahkan masih tercium bau gosong sesuatu yang terbakar.
“Dua anak Afrika berlari mendekat, Lan Xin mengamati dengan seksama, menyadari dua bocah Afrika ini adalah anaknya sendiri, hanya saja di wajah mereka entah ada apa yang hitam legam.”
“Melihat Ibu sudah kembali, dua bayi kecil itu dari belakang mengeluarkan sebuah benda hitam legam dan menyodorkannya pada Lan Xin.”
“Ibu, Wo jamin, kamu belum pernah serangan ini!”
Lan Xin menelan ludah, gumpalan hitam legam ini sebenarnya hantu apa?
“Ini... roti kukus Wang Xizhi?”
Bukankah ada legenda tentang ahli kaligrafi Wang Xizhi yang terlalu asyik menulis sampai mengambil roti kukus dan memakannya dengan kecap tinta?
Benda hitam mencurigakan yang digenggam putranya itu, persis seperti roti kukus yang sudah dicelupkan tinta!
boss melihat barang di tangan putranya, bertanya semakin langsung.
“Kalian berdua, siapa yang membuka di tangan?”
Maaf boss bicara terus terang, benda ini, seperti shit hitam!
“Masih memancarkan aroma aneh, sepertinya ada sesuatu yang gosong.”
Dua bayi kecil itu menyeka noda hitam di wajah, berkata dengan bangga.
“Bukannya Ibu suka makan? Ini masakan yang kami buat, pasti bisa membuat Ibu merasakan cinta kami yang penuh!”
Sialan, apakah ada cinta yang penuh, Lan Xin tidak tahu.
Tapi dia tahu, jika barang ini dimakan, toilet pasti akan penuh dengan tai—tidak sakit perut, baru aneh!
Masalahnya, sebenarnya ini barang apa, dan bagaimana dua anak kecil ini bisa membuatnya?
Melihat Ayah dan Ibu terdiam takjub oleh "cinta penuh" mereka, Qilin kecil sangat puas.
“Ehm, Ibu boleh tanya, kalian membuatnya bagaimana?” Lan Xin membungkuk, mengusap kepala dua putranya.
“Tiga bagian ketulusan, tujuh bagian cinta untuk Ibu, baru bisa membuat masakan peringkat pertama di dunia!”
Mungkin melihat dua Tuan muda terlalu berlebihan membual, Bibi Chen datang dengan wajah gelap, menghancurkan panggung dua Tuan kecil.
“Gumpalan di tangan dua Tuan muda ini dibuat dari adonan yang sudah diuleni Nyonya muda sebelum pergi.”
Lan Xin sudah menyiapkan adonan fermentasi sebelumnya, berencana membuat kudapan kecil untuk boss sepulangnya.
“Byur!” Lan Xin tertawa, mereka berani mencuri juga!
“Tidak apa, biar anak-anak bermain, toh masih tersisa adonan besar yang cukup untukku buat.”
"Bibi Chen memandang Lan Xin dengan ekspresi datar, 'Nyonya muda, kamu terlalu polos. Adonan sudah habis.'"
"Mana mungkin! Aku membuat sebaskom besar!"
Lan Xin melihat telapak tangan putranya, hanya ada gumpalan kecil.
"Hmm, kami mengeluarkan yang terbaik untuk Ibu!" jawab si sulung dengan sigap.
Tiba-tiba Lan Xin tak ingin melihat seperti apa rupa adonan 'terbaik' yang tersisa.
Boss pasti tak mungkin mengizinkan Lan Xin memakan sesuatu yang terlihat menyeramkan ini.
Memeluk Lan Xin, berjalan menuju lantai atas.
"Anak-anak sesekali melakukan eksperimen juga tak apa," begitulah boss membela putranya.
Bibi Chen dengan santai menambahkan dari belakang,
"Tapi saat 'bereksperimen', tuan kecil menggunakan selimut dari ruang belajar bos. Ya, yang paling disukai bos itu."
Langkah boss di tangga terhenti sejenak.
"Mereka pakai itu untuk apa?"
"Ayah, kan kue kukus butuh bahan bakar..." Xiao Lin menjelaskan gugup.
"Dari mana kalian dapat api?" Boss ingat sudah memerintahkan pelayan menyimpan semua barang berbahaya.
"Ayah pernah bilang bisa pakai kaca pembesar untuk nyalakan api!"
Si kecil tampak sangat bangga, wajahnya seolah bertuliskan: "Ayah, aku pintar kan? Puji dong!"
