Bab 571 Hukum Sebab-Akibat Ada Sebab
Waktu itu ketika melahirkan kembar, Lei Tingyu tidak menemani Lan Xin masuk ke ruang bersalin, sang boss setelahnya sangat menyesal.
Sehingga kali ini, dia bertekad bulat, bagaimanapun juga harus berada di dekatnya.
Lan Xin masih ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi rasa sakit yang luar biasa mengepungnya. Tubuhnya terasa seperti terkoyak membentuk luka lebar, fisik dan kesadaran perlahan terpisah.
"Tidak baik! Nyonya Lei menunjukkan gejala pendarahan hebat, cepat! Plasma cadangan segera dibawa!"
Situasi darurat ini membuat ruang operasi menjadi kacau balau.
Lan Xin hanya merasa kepalanya sangat berkabut, seolah semua berantakan, tubuhnya menjadi dingin menggigil.
"Suami, suami..." Terus-menerus membisikkan nama sang kekasih.
Jelas-jelas sudah berteriak sekuat tenaga, tapi suara yang keluar seperti nyamuk berdengung.
"Aku di sini! Xin Xin, aku selalu di sini!" Lei Tingyu panik, menggenggam erat tangan sang istri, kelopak matanya memerah.
Pada momen ini, tidak ada yang kuat secara absolut. Dia hanyalah seorang suami yang menyayangi istrinya.
"Aku, aku sangat dingin..."
Pandangan Lan Xin berkunang-kunang, di telinga seolah terdengar suaranya yang mengaum ke dokter, tangannya menggenggam erat tangan perempuan itu, kesadarannya melayang-layang, hanya melihat monitor jantung di samping ranjang bersalin dengan data yang kacau.
"Xin Xin, Xin Xin!" Suara penuh kecemasannya terus bergema di area telinga, pandangan Lan Xin mulai buram.
Tubuhnya terasa mengambang, seolah terjebak dalam perjalanan waktu, segala sesuatu di sekitarnya berubah menjadi kekacauan Chaos yang pucat.
Saat Kesadaran kembali, ia justru mendapati dirinya melayang di udara.
Di bawah satu pohon magnolia besar, ia melihat versi dirinya yang masih berusia beberapa tahun!
Rambutnya dikepang dua dengan kepang kecil, di kepala masih ada jepit rambut kucing.
Rambutnya dikepang dua dengan kepang kecil, di kepala masih ada jepit rambut kucing, di bawah pohon, seorang pemuda berbaju putih sedang memegang buku.
Itu Lei Tingyu di usia muda!
Meski wajahnya masih hijau dan belum memiliki kharisma penuh wibawa seperti di masa depan, Lan Xin tetap bisa mengenali - ini adalah pria yang paling dicintainya!
Xiao Lan Xin sedang asyik main tanah dengan tongkat kecil, sementara di belakangnya pemuda berbaju putih itu fokus membaca buku, sesekali melirik dengan kesal ke si 'bayangan kecil'.
Melayang di udara, Lan Xin melihat adegan ini dengan gelembung manis menggelegak di hatinya.
Rupanya, memori yang hilang ini begitu indah.
Bahkan ekspresi meremehkan dari Xiao Lei Tingyu terasa begitu nyata.
Ternyata mereka sudah bertemu sejak sedini ini.
"Kakak, kita main permainan anak-anak, aku jadi Ibu, kamu jadi Ayah, ya?" Xiao Lanxin menggambar wajan dengan cabang pohon, menaburkan rumput liar sebagai masakan.
"Kekanak-kanakan." Xiao Lei Tingyu berkata dingin.
"Wah! Kakak tidak mau main denganku, Kakak jahat!"
Xiao Lanxin menangis histeris dengan muka basah air mata dan ingus, sementara Xiao Lei Tingyu tampak jijik.
"Kalau nangis lagi, aku akan lempar kamu ke sungai!" Katanya dengan tegas.
Xiao Lanxin terpaku sejenak, lalu memeluk erat lengan Xiao Lei Tingyu mati-matian.
"Kakak, jangan tinggalkan aku!"
"Minggir!" Xiao Lei Tingyu menggerutu jijik.
"Tidak mau! Waah~" Tangisannya menggema sampai ke awan, hampir memecahkan gendang telinga Xiao Lei Tingyu.
"Berhenti menangis!" Perintahnya.
"Jangan tinggalkan aku!" Katanya sambil mencuri pandang lewat celah tangisan.
“...”
"Waaah!"
Dia menangis lagi.
Lei Tingyu yang sudah kesal berusaha pergi, tapi dihantam dari belakang oleh Xiao Lanxin yang lengket seperti permen karet. Mereka terguling di lapangan rumput, tangannya terhimpit batu sampai nyaris pingsan.
Sementara Xiao Lanxin berada dalam pelukannya tanpa cedera.
"Kakak baik sekali padaku!" Kesan baiknya terbentuk perlahan dari momen-momen seperti ini.
"Kamu... minggir...!" Keringat dinginnya mulai mengucur karena sakit.
"Kesan buruk terhadapnya mulai terkumpul seperti ini."
"Aku ingin bersama Kakak selamanya!" Xiao Lanxin mengepal tinju, penuh semangat!
Dia duduk di atas perut suaminya yang sedang terluka!
Jika tidak melihat modelnya, ucapannya cukup mengharukan, tapi Lei Tingyu saat ini hampir mengernyit kesakitan.
"Pergi kamu!"
"Tidak! Aku ingin mengikatmu seumur hidup!" Xiao Lanxin belum mengerti arti sebenarnya, hanya sering mendengar di TV dan menduga ini hal baik.
Barang bagus harus dibagi dengan Kakak tampan!
Sejak pertama kali melihatnya, dia langsung menyukainya.
Cantik seperti boneka besar, bahkan boneka terindah pun tak secantik dia!
Mungkin karena Ibu tak pernah membelikan boneka cantik, sehingga saat melihat Lei Tingyu yang lebih tampan dari boneka, Lanxin langsung menempel tanpa ragu.
"Jangan... Bangun..." Xiao Lei Tingyu merasa perutnya hampir remuk oleh si gendut.
Lanxin bangun, mengusap ingus dengan tangan. Lei Tingyu mengernyit jijik.
"Jorok sekali!"
"Hehe..." Dia tertawa bodoh menatapnya, boneka besar yang sangat indah ini adalah pria tercantik yang pernah dilihatnya!
"Jangan bergerak!" Dia mengeluarkan sapu tangan putih dan mengusap wajah kotor gadis kecil itu berulang kali.
“Kita main permainan anak-anak bersama, aku jadi Ibu, kamu jadi Ayah!”
“...Jangan!” Permainan kekanak-kanakan begitu, ogah main.
“Waah! Kakak jahat padaku!” Mulai menjerit-jerit lagi.
Lei Tingyu menutup telinga, “Baiklah baiklah, ayah temani!”
Seketika awan mendung cerah kembali, senyumnya mekar seperti bunga.
“Kakak, duduk di sini jadi suami yang baru pulang kerja, nanti aku masak tumis sayur campur untukmu!”
Dengan jijik memandangi rumput di tanah, siapa yang mau makan rumput! Xiao Lei Tingyu menunjukkan wajah tak suka.
“Suamiku, mulai sekarang hanya boleh makan masakanku saja, jangan terima masakan perempuan lain! Akan kumasakkan yang enak setiap hari!”
“Aku bukan domba.” Hanya domba yang makan rumput!
“Hikss! Kakak jahat padaku!” Xiao Lan Xin mulai menangis histeris lagi.
“Sudah, sudah! Hanya makan masakanmu saja!”
“Kakak orang terbaik!” Xiao Lan Xin menghentikan tangisannya, dua bocah bermain dengan riang——mungkin hanya dia yang senang, dari awal sampai akhir Lei Tingyu tetap dengan ekspresi tak sabar.
Tapi jika diperhatikan, di matanya tidak sepenuhnya jijik. Gadis kecil yang manja ini adalah orang pertama yang benar-benar tulus baik padanya sepanjang hidupnya, tidak menjilat karena statusnya.
Juga tidak memanggilnya monster karena iri pada kecerdasannya.
Apalagi memperlakukannya seperti anak kerabat yang diam-diam menginjak-injaknya.
“Kamu harus hanya mencintaiku saja, hanya makan masakan yang kubuat. Ayo, cicipi cintaku yang penuh.” Gadis kecil itu mencubit beberapa helai daun dengan tangannya.
Pemuda itu berpura-pura memakannya.
Di atas langit, Lan Xin yang menyaksikan adegan ini telah menangis tersedu-sedu.
Rupanya, alasan dia sangat pemilih dalam makan adalah karena dirinya.
Dia lupa bahwa sewaktu kecil dulu, perkataan yang diucapkannya padanya.
Itu hanyalah ucapan main-main seorang anak kecil yang meniru orang dewasa di sinetron.
Tapi dia mengingatnya.
Diingatnya selama bertahun-tahun.
