Bab 574 Selamat ya, ini anak perempuan
Cinta mereka, sejak masa kecil itu, telah terukir di Batu Tiga Kehidupan, takdir yang mengikat jiwa mereka untuk beberapa kehidupan.
Memandangi Lei Tingyu yang menangis, Lan Xin tiba-tiba mengerahkan seluruh tenaganya.
“Lei Tingyu, aku mencintaimu, aku akan mencintaimu seumur hidup!”
Di dalam ruangan yang begitu sunyi ini, suaranya terdengar sangat keras.
Lei Tingyu tidak menyangka, bahkan di saat seperti ini, dia masih bisa mengatakan hal seperti itu.
Meski teriakan penuh perasaan itu terdengar tulus, namun sekarang justru mirip seperti pesan terakhir!
Wajahnya langsung pucat, namun ia melihat Lan Xin berteriak "Ah!", menggenggam tangannya erat-erat hingga urat nadi menonjol.
Lei Tingyu merasa detak jantungnya mungkin berhenti tepat di momen ini.
Kemudian, suara nyaring bergema di ruang bersalin.
“Waa~ waa~”
Itu adalah tangisan bayi kecil!
Suara gembira para dokter mulai terdengar.
"Nyonya Lei sudah melahirkan!"
Sungguh ajaib, dia benar-benar melahirkannya sendiri! Operasi dokter belum dimulai, namun dengan tekad baja, dia berhasil melahirkan bayinya!
Probabilitas kejadian seperti ini sangatlah rendah.
Secara umum, persalinan pertama melalui operasi caesar membuat kemungkinan persalinan kedua secara caesar mencapai 90%. Apalagi Nyonya Lei sempat mengalami komplikasi selama proses persalinan.
Tak disangka, akhirnya dia bisa melahirkan dengan selamat melalui cara yang begitu legendaris!
Tangisan bayi langsung menyegarkan semangat Lan Xin dan Lei Tingyu. Mereka saling bertatapan penuh sukacita - anak mereka sudah lahir!
Bayi ini terlahir bersamaan dengan teriakan cinta sang Ibu kepada Ayahnya.
Begitu Lan Xin selesai berteriak, sang bayi pun keluar.
Dokter memotong tali pusar bayi lalu mengangkatnya untuk diperlihatkan kepada Lan Xin dan Lei Tingyu.
"Gumpalan kecil, tubuh merah kemerahan, sedang menangis seperti kucing kecil dengan suara 'meong-meong'."
Dengan tangisannya, dia mengumumkan kepada Ayah Ibunya: "Aku datang ya, nanti harus menyayangiku dengan baik!"
"Selamat untuk CEO Lei, selamat untuk Nyonya Lei, ini anak perempuan yang sangat sehat." Dokter memberi ucapan selamat.
"Suamiku, aku berhasil melahirkannya, aku berhasil!" Lan Xin menghilangkan kelelahan dan ketidakberdayaan sebelumnya, saat ini kebahagiaan besar mengelilinginya.
Lei Tingyu menundukkan kepala, mencium rambutnya yang basah oleh keringat dengan penuh kelembutan.
"Sayang, dia benar-benar cantik." Lan Xin hampir-hampir memandang dengan kekaguman pada bayi yang dilahirkannya dengan susah payah.
Si kecil itu rambutnya agak keriting menempel di kepala, tangan mungilnya menggenggam erat, meski seluruh tubuhnya kemerahan dan matanya belum terbuka sehingga belum terlihat mirip siapa, tapi di mata Ayah Ibu, putri kecil yang didapat dengan susah payah ini adalah makhluk tercantik yang pernah ada.
Lei Tingyu telah menanti-nantikan kehadiran putrinya sejak lama sekali.
Tapi saat ini, dia sama sekali tidak memandangi putrinya, matanya hanya terpaku pada Lan Xin.
"Xin Xin, bagaimana perasaanmu?" Di hatinya, hanya ada dirinya.
Mendengar pertanyaan penuh perhatiannya, Lan Xin menyunggingkan senyum manis.
"Aku tidak pernah merasa sebaik ini sebelumnya."
Dia merasa seperti terlahir kembali untuk kedua kalinya.
Kembali menelusuri kenangan indah saat saling mencintai dengannya, merebut kembali ingatan-ingatan yang dahulu dianggapnya tak penting, namun sebenarnya sangat berarti.
"Sudah bekerja keras." Pria itu menggenggam tangannya, memandang dengan penuh kasih.
Saat ini, bahkan seribu kata pun takkan mampu mengungkap sepersepuluh ribu perasaan sejati dalam hatinya.
Jika tak menyaksikan langsung proses menakjubkan ini, mustahil memahami betapa menderitanya seorang perempuan saat melahirkan.
Setelah menyaksikan semua ini, Lei Tingyu hanya punya satu tekad.
Ke depannya, sama sekali, sama sekali, sama sekali jangan pernah melahirkan lagi!
Sekali dia bersalin, nyaris separuh nyawanya ikut terkuras.
Saat dokter mengumumkan perdarahan hebat, saat monitor jantungnya mulai berdetak tak beraturan, Lei Tingyu benar-benar merasakan hidup lebih buruk dari mati.
Meski pernah diculik dan beberapa kali berhadapan dengan gerbang neraka, tak ada yang semenegangkan ini.
"Aku mencintaimu, Lei Tingyu, aku mencintaimu." Terus diulanginya, mata yang sudah basah oleh air mata.
"Aku tahu, Sayang, jangan bicara. Kalau lelah, tidurlah sebentar."
"Tidak, kau tak tahu! Kau takkan pernah tahu! Aku semakin mencintaimu, Lei Tingyu, aku mencintaimu!"
Suaranya menggema di ruang bersalin, sampai ke luar.
Tak hanya memancing keharuan di mata pria tegar itu, juga membuat semua yang menunggu di luar saling pandang bingung.
"Ini... situasi apa?" Mo Lao Er bertanya.
Xin Ran menggeleng.
"Siapa tahu apa yang terjadi di dalam, melahirkan anak, kok bisa sampai ada pengakuan cinta?"
"Sial!" Wajah Fei Fei berubah pucat.
Semua orang menatapnya.
Terlihat Fei Fei, wajahnya pucat, imajinasinya melambung layaknya sayap yang terkembang.
"Menurut kalian, mungkinkah Lan Xin terlalu stres saat proses melahirkan, sampai San Di kolaps mental, panik lalu bunuh diri dengan membenturkan kepala? Melihat itu, Lan Xin jadi terinspirasi mengungkapkan perasaan lalu menjerit ke langit?"
Penjelasan ini sungguh sangat visual.
Ekspresi semua orang serius.
Hal seperti ini tak mungkin dilakukan orang biasa.
Tapi bagi pria yang sudah kehilangan prinsip demi mencintai istrinya, ini sangat masuk akal.
Memang Lei Tingyu mampu melakukan hal seperti ini!
"Tidak boleh! Mereka dalam bahaya di sana! Aku harus masuk menyelamatkan San Di yang nekat mati!" Mo Lao Er panik bukan main, bahkan sudah berniat menerobos pintu.
Tiba-tiba, pintu ruang bersalin terbuka.
Dokter keluar sambil menggendong bayi.
"Selamat ya, anak perempuan yang sehat."
"Bagaimana kondisi Sang Tuan?" tanya semua orang.
Dokter lain mendorong troli keluar. Wajah semua orang berubah pucat.
Di atas troli tak hanya terbaring Lan Xin yang baru melahirkan, Lei Tingyu juga berbaring di sampingnya.
Jari-jari mereka saling terkait erat, mata tertutup, senyum mengembang di bibir.
Melihat ini, Mo Lao Er langsung berlari dan terjungkal di depan troli sambil berteriak lantang.
“San Di! Bagaimana bisa kau tewas seperti ini!”
“Benar juga! Bayimu masih sangat kecil, bagaimana kalian berdua bisa tega pergi begitu saja!”
Xin Ran juga bekerja sama dengan Mo Lao Er, berdua berpelukan sambil berteriak seolah kehilangan orang tua, Fei Fei dan Tian Xin yang mendengar teriakan mereka langsung gemetar.
Mungkinkah, San Di benar-benar bunuh diri karena tidak tahan melihat penderitaan Lan Xin saat melahirkan, sedangkan Lan Xin ikut mati karena panik melihat boss mencoba bunuh diri...
Manusia sudah tidak bisa menghalangi imajinasi liar teman-teman kejam ini.
Dokter yang mendengar teriakan mereka sampai telinganya sakit, benar-benar tak tahu harus berkata apa.
“Keduanya baik-baik saja, hanya Nyonya Lei yang tertidur karena kelelahan setelah melahirkan, sedangkan CEO Lei pingsan karena terlalu tegang.”
Mo Lao Er dan Xin Ran serentak berhenti menangis, “Tidak mati?”
Boss hanya pingsan karena kelegaan melihat Lan Xin melahirkan dengan selamat setelah sebelumnya terlalu khawatir.
Sedangkan Lan Xin memang lelah.
Makanya dokter menempatkan mereka bersama.
