Bab 583: Wen Menyelami Awan Berbunga Cinta (1)
Lei Wenwen pucat pasi menerima pembalutan dari dokter.
Insiden penyerangan di kediaman keluarga kami berakhir senyap setelah ditangani secara diam-diam oleh kakaknya, Lei Tingyu.
"Scorpio Merah, kepala perampok perempuan kejam yang menyerang Lan Xin, sudah dibawa pergi."
Tapi sampai Wenwen didekatkan ke dalam rumah, membiarkan dokter membalut lukanya di kepala, hati Wenwen masih belum pasti.
Karena, pria yang dulu memandangnya dengan mata penuh dendam dan cibir, sekarang sedang memeluknya dengan lembut. Dengan tatapan penuh kasih dan kekhawatiran yang hanya pernah ia impikan, hati Wenwen mengalami guncangan hebat.
"Dokter, bagaimana keadaannya?" Gong Yun bertanya dengan cemas.
Scorpio Merah baru saja mencoba menyakiti Lan Xin. Pada momen kritis, Wenwen terbang menghadang. Lan Xin tidak terluka, tapi kepala Wenwen terbentur.
"Nona Besar hanya mengalami luka ringan. Untuk detailnya, perlu pemindaian otak lebih lanjut."
"Aku tidak mau!" Wenwen langsung bersikap defensif begitu dengar kata pemindaian.
Potongan memori kacau di kepalanya mulai bertumpuk satu persatu.
Sepertinya ia teringat sesuatu. Setelah misi selesai, ia kehilangan ingatan, lalu Gong Yun...
Memori mengalir bagai air pasang. Tubuhnya gemetar halus, mata mulai memerah.
Melihat kondisi ini, Gong Yun mengira dia takut. Cepat memeluknya, menepuk-nepuk lembut.
"Wenwen tidak perlu takut. Patuhlah diperiksa. Habis ini, Kakak akan ajakmu beli camilan, setuju?" Ia membujuk seperti biasa.
"Setelah amnesia, IQ Wenwen mandek di 10 tahun. Sering kali dia bersikap seperti anak kecil, kadang semaumu sendiri, kadang nakal. Dia selalu menghiburnya seperti ini."
"Suaranya terlalu lembut, begitu lembut sampai air mata Wenwen mengalir deras."
"Gong Yun terus-menerus menyeka air matanya."
"Dokter mendorong peralatan mendekat. Melihat gerakan dokter, Wenwen terus menyusut ke pelukan Gong Yun, tangannya semakin gemetar."
"Aku tidak mau diperiksa, tidak mau!" Jika diperiksa, jangan-jangan dia akan menemukan rahasiaku. Jangan-jangan aku tak bisa lagi menikmati kelembutan seperti ini."
"Wenwen penurut, tidak sakit, cepat selesai." Gong Yun membelai kepalanya sambil menghibur."
"Kakak, jangan, jangan!" Wenwen menatapnya dengan mata berkaca-kaca, memohon, "Aku baik-baik saja, tidak perlu diperiksa. Jangan periksa aku, ya?"
"Gong Yun tak tega melihat air matanya. Hatinya luluh, menengadah bertanya pada dokter."
"Bisa tidak usah diperiksa? Apa ada pengaruh buruk untuknya?"
"Jika Nona Besar tidak mengalami pusing atau mual, bisa sementara diobservasi di rumah."
"Jawaban dokter membuat Gong Yun ragu sebentar. Sebenarnya dia ingin memeriksa Wenwen secara menyeluruh. Wenwen segera menggoyang-goyangkan lengannya, menatapnya dengan mata berkilau."
"Kalau begitu jangan diperiksa dulu."
"Gong Yun akhirnya tak kuasa menahan sorot matanya."
"Wenwen menarik napas lega, bersandar di tubuhnya. Di matanya ada tekad, ada manisnya, tapi yang lebih dominan adalah kesedihan."
"Kebahagiaan curian, berapa lama bisa bertahan?" Dia tidak tahu, tapi berharap bisa menikmati sekali lagi kelembutan yang diberikannya sebelum kebenaran terungkap.
Sekali saja cukup.
"Bagaimana kabar Wenwen?" Lei Tingyu memeluk Lan Xin mendekat. Lan Xin masih sedikit terkejut, baru saja ditenangkannya. Keduanya sangat khawatir dengan luka adik mereka, datang untuk melihat.
"Masih perlu observasi lanjutan," jawab Gong Yun.
Wenwen bersandar di pelukannya, menatap pasangan Lei Tingyu yang mesra, hati terasa pilu.
Andai setiap hubungan bisa bertahan dari awal hingga akhir, alangkah indahnya.
Andai dia juga bisa meraih kebahagiaan seperti kakak iparnya, alangkah baiknya.
"Wenwen, pulang ke rumah kita malam ini yuk? Xiao Qilin merengek ingin main dengan bibi," undang Lan Xin. Baru saja terjadi masalah di kediaman keluarga Lei, bos berencana membawa seluruh anggota kembali ke rumah mereka sendiri.
"...Hari ini jangan." Wenwen mencengkeram kerah baju Gong Yun.
"Baiklah... Oh iya, Wenwen, kakak keduamu bilang dua hari lagi akan mengajak kita jalan-jalan ke luar negeri untuk refreshing. Pakaianmu akan kusiapkan!" Lan Xin yang baru mengalami percobaan pembunuhan membuat bos sakit hati, ingin mengajak semua liburan bersama.
"Pakaiannya akan kusiapkan," sahut Gong Yun.
"Tidak perlu..." Sorot mata Wenwen sendu, berbisik pelan.
"Lei Tingyu yang tajam, merasakan perbedaan pada adik perempuannya. Sorotan matanya yang tajam langsung menatap ke arah Wenwen. Wenwen gemetar dalam hati melihat ketajaman tatapan kakaknya, buru-buru menundukkan kepala."
"Lei Tingyu mungkin sudah mengerti situasinya. Matanya yang tajam menyipit, memandang Gong Yun lalu Wenwen."
"Pulanglah, anak-anak pasti sudah mencari ibu." Lei Tingyu berkata pada Lan Xin.
"Tapi Wenwen masih sakit." Lan Xin mengkhawatirkan kondisi tubuh Wenwen.
"Sang pemimpin akan merawatnya - Gong Yun." Boss tiba-tiba berbicara dengan penampilan serius.
"Um?" Gong Yun menyelimutkan jaket ke Wenwen, sedang mengancingkan bajunya.
"Aku hanya punya satu adik perempuan. Kalau berani menyakitinya, aku akan membunuhmu." Boss menatap Gong Yun, mengucapkan setiap kata dengan jelas.
"Tangan Gong Yun yang sedang mengancingkan baju Wenwen terhenti. Lalu ia memandang Lei Tingyu dengan keraguan, seolah menanyakan alasan pertanyaan itu."
"Apa maksudmu, San Di? Dia bukan hanya adikmu, tapi juga mantan—" Gong Yun berhenti, teringat kecerdasan Wenwen yang setara "anak 10 tahun". Agar tidak memicu reaksinya, ia memaksakan perubahan ucapan.
"—juga adikku. Tentu saja aku akan merawatnya dengan baik."
Kata "adik" itu menusuk dalam-dalam ke relung hati Wenwen.
"Kebaikannya padaku... hanya karena statusku sebagai 'adik'..."
Boss memandang Gong Yun dengan kasihan sambil menggeleng. Pemimpin benar-benar mencari mati. Boss memeluk Lan Xin hendak pergi, tiba-tiba Lan Xin seperti teringat sesuatu, berhenti di tempat.
"Pemimpin, apakah Anda suka anak kecil? Terutama, anak perempuan."
Alasan bertanya karena Lan Xin baru beberapa hari lalu bersama bos melihat putri Wenwen, Xiao Duo. Anak kecil ini sudah berbulan-bulan tidak melihat ibunya, merengek ingin bertemu.
Lan Xin memperhatikan pemimpin akhir-akhir ini cukup akrab dengan Wenwen, jadi ingin menguji sikapnya. Jika dia menyukai gadis kecil, mungkin bisa memperkenalkan Xiao Duo padanya.
Wenwen yang mendengar kakak ipar bertanya seperti ini, tubuhnya menjadi kaku, menatap Gong Yun dengan tegang.
Gong Yun tanpa pikir panjang menjawab, "Tidak suka."
Bos mengangkat alis, pemimpin benar-benar terus-terusan mencari mati dengan kekuatannya sendiri.
Wenwen menunduk, matanya berkaca-kaca.
"Ayo, kucing kecil, aku ajak kamu jalan-jalan ke supermarket, belikan camilan." Gong Yun dengan natural menggenggam tangannya, tapi merasakan ujung jarinya luar biasa dingin.
Wenwen menunduk, merasakan kehangatan telapak tangan yang membungkusnya, waktu seolah kembali ke beberapa tahun silam.
Hidungnya kembali asam. Kelembutan saat ini berubah menjadi pengalaman menyiksa hati. Setelah kebenaran terbongkar, semua kehangatan ini akan berubah menjadi pisau belati yang menusuk hati. Tapi meski begitu, dia tetap enggan melepas kebahagiaan sesaat ini.
Karena inilah energi yang akan menopangnya melewati sisa hidup yang panjang dalam kesepian.
Ya, dia ingat. Semuanya kembali jelas, kecerdasannya pulih seperti normal. Tapi dia lebih memilih tidak pernah pulih.
Wenwen 10 tahun bisa menjadi adik baik Gong Yun.
"Tapi Wenwen yang sudah pulih ingatannya, hanya bisa menjadi musuh Gong Yun."
"Terutama, Gong Yun sudah mengatakan dengan jelas, dia tidak suka anak kecil, terutama anak perempuan, Wu wu wu!"
