Bab 602 Wen Masuk ke Hati Gong Yun, Cinta Duoduo (20)
Yang dipegang Gong Yun adalah nampan makanan berisi tiga mangkuk mi ulang tahun, salah satunya ditambah dua telur.
"Lihat apa! Makan!" Dia menyodorkan mangkuk berisi telur kepada perempuan itu.
"Kamu masih ingat..." Hari ini adalah hari ulang tahun Wenwen.
Wenwen mengira ini adalah ulang tahun tersengsara dalam hidupnya, tapi tak disangka di jam-jam terakhir yang hampir berakhir, dia bisa makan mi buatan tangan Gong Yun.
Dari putus asa menjadi bersyukur, ternyata bisa terjadi secepat ini.
"Aku lupa!" Gong Yun berbohong sambil menyuapi putrinya dengan mangkuk.
Putri masih demam, hanya makan beberapa suap sudah kenyang. Gong Yun tidak memaksanya, memeluk anaknya sambil meninabobokannya.
"Xiao Duo tidak mau tidur. Kalau Xiao Duo tidur, Ibu akan hilang." Xiao Duo meringkuk di pelukan Ayah, tapi tangan kecilnya masih mencengkeram pakaian Wenwen.
Gong Yun melototi Wenwen: Lihat, apa yang telah kau perbuat!
Wenwen merasa sedih, berjanji berulang kali pada putri bahwa dia tidak akan pergi. Barulah Xiao Duo tertidur dengan genangan air mata.
Tapi meski tidur, harus tetap dalam pelukan Ayah, kalau tidak tidurnya tidak nyenyak.
"Beberapa hari ini... beginikah cara kamu menenangkannya?" Wenwen memperhatikan cara Gong Yun menggendong anak, hatinya perih.
"Sejak kamu pergi, emosinya terus tidak stabil." Gong Yun membisikkan sambil memeluk putrinya.
Wenwen melihat mi sudah dingin, lalu menyuapi Gong Yun sesuap demi sesuap.
"Pemandangan saat ini, sebenarnya sangat mengharukan."
Gong Yun memeluk Xiao Duo, Wenwen menyuapi Gong Yun.
Mi yang sudah dingin sebenarnya tidak enak, apalagi kemampuan memasak Gong Yun biasa-biasa saja, tetapi semangkok mi ini justru yang terlezat yang pernah dimakannya, begitu pula dengannya.
Karena yang menyuapinya adalah ibu dari anaknya, perempuan yang telah dicintainya setengah umur sekaligus dibencinya setengah umur.
Setelah makan, mereka meletakkan putri di tengah-tengah ranjang, Gong Yun dan Wenwen berbaring di sisi kiri-kanan anak dengan posisi mengapit.
Maka dengan penuh kewaspadaan Wenwen bangkit, baru saja bergerak, Gong Yun langsung tersadar.
Dengan tajam ia mencengkeram lengan perempuan itu, seolah mencegahnya melarikan diri.
"Aku hanya ingin mengambil obat untukmu, lututmu harus diolesi..." jelasnya.
Barulah Gong Yun melepaskannya, tetapi sepasang matanya tetap mengunci setiap gerakan Wenwen tanpa berkedip.
Hati Wenwen sedih bukan main.
Sorot mata yang diarahkannya padanya hampir sama persis dengan cara putri mereka memandangnya.
Kepergiannya tidak hanya melukai anak, tetapi juga meninggalkan cedera mendalam pada diri Gong Yun.
Tapi sebenarnya apa yang harus dilakukan agar tidak menyakiti dirinya sekaligus menghindari rasa bersalah?
Dengan hati-hati Wenwen merawat luka Gong Yun, lecet besar di pahanya ditiupinya berulang kali.
"Sakit?"
“Aku akan membuat memar di paha mu, mau kau coba rasa sakitnya?” Gong Yun melihatnya, benar-benar tidak bisa mencintai maupun membenci, bahkan nada bicaranya pun tidak terlalu baik.
Wenwen tanpa ragu mengambil gunting, menikam keras ke arah kakinya sendiri!
“Gila!” Gong Yun dengan refleks cepat mendorongnya, gunting terjatuh ke lantai.
Gong Yun dengan wajah hijau keabu-abuan, menuding marah ke dahi Wenwen.
“Lei Wenwen, apa kau bodoh?!”
“Kau yang suruh aku mencoba...”
“Aku juga bilang jangan lari, sialan! Sudah berapa kali kau kabur? Katakan sendiri!”
“Aku... aku bersalah padamu.”
Dia juga tidak ingin kabur, dia juga sangat mencintainya, sangat menyayangi putri mereka.
Tapi apakah dirinya yang penuh dosa ini masih layak tinggal di dekat mereka?
“Yang kuminta bukan permintaan maaf!” Gong Yun membalikkan badan dengan kesal, tidak mau melihatnya.
Ya, apa yang dia inginkan, di hati Wenwen selalu jelas.
Gong Yun mendengar isakan kecilnya di belakang, saat hendak memeluk, tiba-tiba punggungnya terasa hangat - lengannya merangkul pinggangnya, wajahnya terkubur di punggungnya.
“Gong Yun, aku bukan perempuan baik.”
“Kau baru sadar?” Di dunia ini, perempuan mana lagi yang seperti dia, kabur berkali-kali!
“Aku tidak layak berada di sisimu, apalagi pantas menerima kebaikanmu...”
“Kau itu aku? Atas nama apa kau mengambil keputusan untukku? Layak atau tidak, apa itu kau yang menentukan?” Gong Yun membencinya, benci sikapnya yang selalu bertindak semaunya.
“Tapi, kesalahan yang kulakukan adalah yang paling tidak termaafkan di dunia ini, aku——”
“Kau berselingkuh di belakangku dengan pria lain?” Gong Yun memotongnya.
“Aku...”
“Berkata jujur!”
“Tidak!” Dia adalah orang paling kucintai, mana mungkin aku mau bersama orang lain.
Meski dalam hati tahu dirinya sudah tak pantas menghabiskan sisa hidup bersamanya, Wenwen tetap takkan bersama pria lain.
“Apakah anak itu milikku?”
“Ya.” Dengan wajah seperti ini, siapa yang tak percaya Xiao Duo adalah anak Gong Yun?
“Itu cukup. Selain dua hal ini, apapun yang kau lakukan akan kumaafkan, tepatnya, takkan kubuat marah.”
Wenwen menatapnya takjund, apa dia sadar ucapannya sendiri?
Tidak, pasti dia tidak tahu Nenek mati karena ulahnya, makna berkata begitu!
Tapi Gong Yun tak memberi kesempatan Wenwen merenung lagi.
Dia membalikkan posisi, menindih tubuhnya, berkata dengan penuh kebencian.
“Kau berhutang budak besar padaku! Kabur saat pertunangan, berani sembunyikan kelahiran Xiao Duo, kumaafkan karena kau rawat putri kita.”
Wenwen memeluk pinggangnya, membiarkan diri menikmati kehangatannya. Pelukan ini sungguh yang dinantikan seumur hidup.
“Tapi kau kabur lagi, tega tinggalkan anak kita. Bagaimana kau lunasi hutang ini?”
“Aku... Aku mengembalikan saham yang diberikan Kakak padaku, melunasimu——Ah!” Dia tidak berani melanjutkan, Gong Yun gemetar marah, otot-ototnya menegang semua.
“Kau pikir aku kekurangan uangmu yang receh itu?!” Gong Yun benar-benar ingin mencekiknya.
“Kau memang tidak butuh, tapi aku tak punya cara lain untuk memberi kompensasi...”
“Siapa bilang? Kalau mau ganti rugi, mudah——” Tangannya menyobek pakaian Wenwen yang langsung terlempar ke lantai, tubuhnya berguling menindih.
Mengangkat wajahnya dengan tangan, berkata dengan "kekejaman" khusus:
“Utang masa kecil Xiao Duo plus kesalahan kabur kali ini, kau harus melahirkan 4 anak sebagai gantinya! Setiap anak harus kita besama-sama, empat, tak boleh kurang satu pun!”
...Hukuman yang sama sekali tak meyakinkan.
“Aku sudah begini, kenapa kau masih mau menerimaku?” Wenwen hampir menangis lagi.
“Aku hanya memberimu kesempatan melunasi utang! Putri, kau mencabut hakku jadi ayah, harus kau ganti berlipat dengan melahirkan 4 anak lagi!”
“…Mengapa harus empat?”
“Awalnya cuma mau dua, tapi putri bilang dia ingin sekelompok tim basket biar terlihat menteng waktu dibawa keluar, dia ingin jadi kakak tertua.”
Jadi, kalian berdua ayah-anak ini sudah berunding matang dengan cara tawar-menawar?
