Bab 616 Feng Hua Pasangan Indah & Cinta Manis Tianqi (10)
Xiao Feng menatap wajah Lei Tianqi yang gelap gulita, menyadari kali ini benar-benar melanggar batasnya.
Lei Tianqi memanjakannya tanpa syarat, tapi jangan sentuh batas dasarnya.
Batas dasarnya adalah pria lain.
“Ini ibuku... Aku benar-benar tidak mau pergi.” Melihat kemarahannya yang nyata, dia buru-buru menjelaskan sambil berusaha memegang lengannya, tapi dilepaskan.
Sorot matanya membuat Xiao Feng gemetar ketakutan.
“Lei Xiaofeng, kamu berani menemui putra kepala pelayan di siang bolong, tapi enggan membawa suami resmi ke tempat umum? Bahkan berpegangan tangan di depan orang saja tidak berani? Apakah aku benar-benar tak layak di hatimu?”
“Kamu tahu jelas ini bukan soal kelayakanmu, tapi perasaanku yang masih belum cukup hebat.”
Jika Lei Tianqi yang memiliki segalanya masih dianggap tak layak, lalu apa yang layak? Di hati Xiao Feng, dialah pria terhebat di dunia. Dirinyalah yang masih belum cukup baik untuk menyamainya.
“Jangan cari-cari alasan, Lei Xiaofeng. Kamu bebas mencari pria mana pun, pergi kencan buta dengan siapa saja terserah!”
Setelah menyelesaikan penjelasannya, dia tidak melihat wajah sedihnya, melompat ke atas, dan kabur melalui jendela.
Xiao Feng merasa hatinya tercabik-cabik olehnya.
Apakah akhirnya dia sudah muak dengan dirinya sendiri, ingin... putus cinta dengannya? Tidak, sekarang harusnya disebut bercerai?
Merasa seolah dunia-nya akan runtuh.
Xiao Feng berdiri di tempat, menatap ruangan kosong dengan kedua tinju terkepal erat.
Setelah bersama selama ini, pertengkaran mereka bisa dihitung dengan jari satu tangan. Dia sangat ingin keluar, mencari dia untuk meminta maaf, mengatakan bahwa dia tidak benar-benar berpikir seperti itu.
Tapi teringat desas-desus yang didengarnya saat menghadiri pesta bersama dia, Xiao Feng menghentikan langkahnya dan duduk di ranjang.
Mengeluarkan komputernya, membuka perangkat lunak, mulai memodifikasi sambil menahan air mata.
Dia harus menyelesaikan hal ini dengan baik, setidaknya... agar bisa lebih dekat dengannya.
Beberapa saat kemudian, ponsel Xiao Feng tiba-tiba berdering. Saat dibuka, ternyata itu pesan dari Nyonya Lei, Lan Xin.
Pria tua di rumahku paling tampan: Feng'er~
Butiran Beras Kecil: Bibi Xin, ada apa?
Pria tua di rumahku paling tampan: Apakah kamu bertengkar dengan Xiao Qi?
Xiao Feng tertegun, bagaimana Bibi Xin bisa tahu?
Setelah ragu sejenak, akhirnya membalas: Tidak kok.
Pria tua di rumahku paling tampan: Di meja samping tempat tidur kamarku ada buku, tolong antarkan ke kamar sang pemimpin.
Butiran Beras Kecil: Baik.
Lan Xin meletakkan telepon, menyilangkan tangan di pinggang sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haha, anak-anak ini masih berani melawan aku, Mwahaha! Baru lihat pesan yang dikirim putra kita, aku langsung tahu pasti dia bertengkar dengan Xiao Feng. Dasar, mana mungkin bisa menang melawan ibunya yang cerdik!"
Nak, Ibu hanya bisa membantu sampai di sini. Sudah Ibu suruh si cantik mengantarkan sesuatu. Kalau kamu tidak tahu cara menahan dan 'memakannya', Ibu juga tidak punya cara lagi!
Lei Tingyu yang baru selesai mandi secara spontan mengambil ponsel istrinya dan mengamatinya, alisnya berkerut ketat.
"Gimana, aku hebat kan? Hanya Xiao Qi sendiri yang mengira aku tidak tahu dia setiap hari memanjat tembok. Hahaha!" Lan Xin mencari pujian.
"Hanya kamu yang bodoh sampai mengira putra kita sengaja menyembunyikan ini darimu." Boss malas membongkar kebodohan istrinya.
Dengan tingkat kecerdasan si sulung, kalau benar-benar ingin bertindak sempurna, mana mungkin sampai Lan Xin tahu dia setiap hari memanjat tembok?
Ini jelas ulah si anak yang disengaja!
"Jelaskan, maksudmu dengan nama ini apa?" Pria tua? Apa aku sudah tua?!
"Eh..."
Terjungkal! Tunjukkan bahwa pria empat puluh tahun masih kuat seperti harimau!
Xiao Feng yang sudah berganti pakaian hendak keluar, kebetulan bertemu ibunya.
"Mau ke mana?"
"Nyonya baru saja mengirim pesan menyuruhku mengantarkan sesuatu untuk Kakak Xiao Qi."
"Jangan sampai terlambat, cepat pergi." Di hati kepala pelayan, perintah Nyonya keluarga Lei adalah otoritas mutlak yang harus dilaksanakan dengan baik.
Xiao Feng masuk ke gedung utama. Lantai dua adalah kamar tidur Nyonya dan Tuan Besar. Lantai tiga merupakan wilayah saudara Kylin kecil, sedangkan lantai empat milik Nona Besar Lianlian. Namun Nona Besar Lianlian saat ini masih kuliah di luar negeri. Sementara itu, Tuan kedua Lei Tianlin juga tidak akan berada di rumah pada jam-jam seperti ini - entah sedang balapan mobil larut malam atau nongkrong di klub malam.
Jadi di gedung utama sekarang seharusnya hanya tersisa satu "tuan rumah", yaitu pria yang baru saja dia usir dengan emosi itu.
Para pelayan di gedung utama berhenti sejenak dan menyapa Xiao Feng dengan penuh hormat. Meskipun Xiao Feng dan ibunya menganggap diri mereka sebagai pelayan keluarga ini,
semua staf keluarga Lei tahu keistimewaan ibu dan anak perempuan ini.
Khususnya Xiao Feng. Pelayan yang punya sedikit penilaian situasi pasti melihat bagaimana Xiao Feng tumbuh besar bersama dua tuan muda keluarga Lei. Sorot mata Tuan Muda Lei saat memandang Xiao Feng, bahkan orang bodoh pun bisa melihatnya. Hanya ibu Xiao Feng yang tidak menyadarinya.
Karena itu di keluarga Lei, Xiao Feng hampir menikmati perlakuan setara dengan Nona Besar Lianlian. Pakaian dan barang-barangnya selalu dipesan langsung oleh Tuan Muda, sudah bertahun-tahun seperti ini.
Saat Xiao Feng naik ke lantai dua, dia bertemu Lei Tianqi yang baru saja berganti pakaian dan turun dari lantai atas.
Dia mau keluar?
Melihatnya mengenakan setelan kasual, hati Xiao Feng berdebar kencang.
Kedua saudara kembar ini justru berkebalikan. Lei Tianqi hampir selalu memakai pakaian formal, sedangkan adiknya sama sekali tidak pernah mengenakan setelan resmi - pakaian anehnya saja sudah tak terhitung jumlahnya.
Jadi ketika melihat Lei Tianqi mengenakan pakaian santai seperti ini, Xiao Feng menatapnya tanpa berkedip.
Sementara Lei Tianqi, melihat perempuan yang membuatnya marah ini muncul begitu saja, matanya menyipit.
Berani-beraninya ada kemajuan? Tidak bersitegang denganku selama beberapa hari, lalu muncul begini saja?
Amarah Lei Tianqi masih belum reda, melewatinya tanpa mau memandanginya lebih lama.
"Kakak..." Dia mencengkeram lengan bajunya, memohon dengan tatapan.
Lei Tianqi terkejut dengan panggilan itu, tapi berusaha keras tidak terbujuk oleh si nak ini.
"Cari saja siapa yang kau mau! Entah putra kepala pelayan atau elit departemen desain, terserah kamu mau apa!"
Melihat amarahnya belum mereda, Xiao Feng panik dan mengeluarkan jurus pamungkas.
"Suami, jangan marah, ya?"
Dua panggilan ini jarang diucapkannya. Efeknya jelas terlihat: wajah Lei Tianqi tidak lagi segelap tadi.
Diam-diam menunggu penjelasannya, tapi setelah memanggil, reaksi pertamanya malah takut ketahuan sambil melihat sekeliling apakah ada yang mendengar.
Lei Tianqi murka melepaskan diri, "Mengapa aku marah? Kau sendiri yang harus pikirkan!"
Jurus andalan yang selalu manjur kini tak berfungsi... Xiao Feng menggenangkan air mata melihat bayangannya yang kabur seperti dikejar setan, merasa dunia gelap gulita.
Orang yang dicintainya telah meninggalkannya...
Menyeret kaki berat menuju kamar Nyonya, sampai di lorong akhirnya tak tahan lagi. Tubuhnya melorot menyusur dinding, kedua lengan melipat, menangis dalam diam.
“Kau berani, masih punya muka menangis? Kenapa, tidak mengejarku?”
Suara kemarahan bergema di telinga, Xiao Feng menengadah dengan air mata menggenang, hanya melihat pria yang kabur tadi kembali dengan wajah penuh amarah menatapnya.
