"Bab 618 Pasangan Mewah Feng dan Cinta Manis Qi (12)"
"Bagi Lei Xiao Feng, meski terus diingatkan ibu untuk tidak menginginkan hal yang bukan haknya, tetap saja dia tak bisa menolak daya tarik Lei Tianqi."
"Ingin membuktikan melalui usaha sendiri pada ibu, bahwa dirinya juga bisa berdiri lebih baik, untuk menjadi pasangan yang layak bagi pria baik ini."
Ini telah menjadi keterikatan terakhir dalam hati. Jika hal lain bisa ditinggalkan, hanya perasaan padanya yang tak bisa dilepaskan.
"Benar-benar ingin ikut kompetisi ini?" Lei Tianqi menghela napas.
"Um." Ini cara terbaik untuk membuktikan diri!
"Kalau begitu ikutlah. Ingat, aku hanya memberimu 2 bulan. Apapun hasilnya, kamu harus membuka rahasia tentangku pada ibumu."
Xiao Feng mengangguk kuat-kuat.
"Oh ya, barang yang diminta Tante Xin masih di lantai bawah. Aku harus turun--"
"Apa kau memanggil ibuku?" tanyanya dengan nada berbahaya.
Wajah Xiao Feng memerah. "Ibu mertua," jawabnya pelan.
"Apa yang kau panggil?!" tekanannya semakin kuat.
"...Ibu!"
Karena urusan pernikahan selalu disembunyikan, Xiao Feng hanya bisa diam-diam mengubah panggilan dalam hati. Lan Xin dan Lei Tingyu tidak tahu hal ini.
Lei Tianqi tampak puas.
"Ke depannya jangan salah panggil di hadapanku. Ingat, atmosfer keluarga kami cukup harmonis. Tak boleh ada panggilan yang menjauhkan."
Keluarga Lei mungkin klan paling harmonis di antara keluarga besar. Hubungan antar generasi sudah sangat baik sejak zaman kakek.
"Tapi Bu Xin... eh, Ibu, apakah dia tidak menyukaiku?" Xiao Feng masih khawatir.
"Apakah dia menyukaimu atau tidak, bukankah kau sudah tahu?"
Xiao Feng juga dibesarkan oleh Lan Xin sejak kecil. Banyak hal yang diajarkan Lan Xin padanya.
Memikirkan hal ini, Lei Tianqi merasa sangat bersyukur.
"Karena itu, jangan khawatir. Jika ada masalah, biar aku yang berurusan dengan Ibu."
“Masih lumayan istrinya punya dasar sejak lahir yang baik, tidak dibawa sesat oleh ibunya. Jika Xiao Feng juga gaduh seperti mantan ibunya, Lei Tianqi pasti akan sangat pusing.”
“Tapi sebelumnya berbeda dengan sekarang. Jika dia tahu aku menikah denganmu, apakah...dia akan membenciku?”
“Menurutmu, Ibu adalah perempuan dangkal seperti itu?” Lei Tianqi menekan Xiao Feng ke ranjangnya. Sebenarnya, dia sudah lama ingin melakukannya sekali di kamarnya sendiri.
“Dengarkan aku——”
“Tidak mau, basa-basimu terlalu banyak.”
“Barang, barang yang Ibu suruh aku ambil untukmu——Ah!”
Di sini, segalanya tak perlu diungkapkan dengan kata-kata.
Setelah Lei Tianqi puas, waktu yang cukup lama telah berlalu. Dia berbaring lelah di ranjang, menutup mata, masih memikirkan tugasnya.
“Barang, barang...”
“Tidurlah, barangnya akan kubantu ambilkan.”
Dia menyesuaikan posisi tidurnya. Xiao Feng akhirnya tertidur dengan tenang.
“Nak, Ibu mana mungkin menyuruhmu mengambil barang apa pun, bukankah...”
Mengantarmu ke sampingku, sesederhana itu.
Di dunia ini, selain ibu Xiao Feng, hanya Xiao Feng yang mengira keluarganya tak akan menerimanya.
Tapi karena dia masih memikirkan hal ini, dia tak bisa pura-pura tidak tahu.
Turun ke lantai bawah, masuk ke kamar orang tua. Menekan sesuai permintaan Lan Xin, membuka meja samping tempat tidur...
Lei Tianqi tak tahu harus berkata apa, mengeluarkan sebuah buku. Di atasnya tertulis dengan terkejut beberapa karakter besar: Air gemuk tak mengalir ke sawah orang
Ibunya benar-benar takut Xiao Feng tidak menyadari betapa tak sabarnya seorang ibu mertua?
"Ibu yang sudah sangat ingin mendapatkan cucu seperti ini, bagaimana mungkin tidak menyukai menantu yang telah dibesarkan sejak kecil?"
Agar tidak mengecewakan ibu dan mewujudkan cita-cita mulia agar orang tua segera mendapatkan cucu, Lei Tianqi memutuskan untuk naik ke lantai atas dan mencoba sekali lagi.
Hanya saja sebelum itu, dia harus menyelesaikan satu hal.
Mengeluarkan telepon dan menghubungi sebuah nomor.
"Batalkan konferensi pers, untuk sementara jumumkan pernikahan ke publik."
Benar, kalau tadi Xiao Feng tidak datang dan tidak secara aktif mengungkapkan beban pikirannya, mungkin saat ini dia sudah mengumumkan pernikahan ke publik.
Tapi karena dia bersedia terbuka padanya, dia juga tidak ingin memaksanya terlalu keras. Ini adalah pertama kalinya Xiao Feng bersikukuh melakukan sesuatu sejak kecil, Lei Tianqi merasa sudah menunggu 20 tahun, tidak masalah menunggu 2 bulan terakhir ini.
Anak-anak lain jarang yang bisa mengingat kejadian sebelum usia 5 tahun, tapi dia ingat.
Bahkan peristiwa saat masih dalam kain gendongan pun bisa diingatnya. Gen yang diwariskan ayah kepada dia dan adiknya memang sangat kuat, tetap perkasa meski ada faktor penghambat dari ibu.
Oleh karena itu, ingatan Lei Tianqi tentang Xiao Feng bisa dilacak hingga masa ketika dia masih bayi. Sekarang, dia seperti bayi baru lahir yang berbaring di ranjangnya dengan wajah penuh kepercayaan.
Lei Tianqi memandanginya lama, lalu dengan lembut mengusap pipinya.
"Suami..." Dalam mimpinya, dia juga memimpikan dirinya.
"Penurut ya."
Tidak lagi mengganggunya, Lei Tianqi mengambil komputernya dan mulai bekerja. Kebanyakan waktu mereka bersama dihabiskan seperti ini, masing-masing melakukan aktivitas sendiri, tapi tetap bisa saling melihat kapan saja.
Tidak seperti adiknya Lei Tianlin yang hidupnya penuh gegap gempita, kehangatan aliran air tenang seperti ini juga merupakan suatu keindahan tersendiri.
Saat ini, adik Lei Tianlin sedang nongkrong di klub malam, dengan perasaan sangat kesal.
Meski sudah meminum obat khusus yang mengurangi sensitivitas penciumannya, aura berantakan di sekitarnya tetap membuatnya gelisah, seperti sensasi sebelum badai petir yang lekat dan menyiksa.
Beberapa wanita cantik mengerumuninya dengan suara manis dan tawa riang, tapi Lei Tianlin tidak tertarik sedikitpun.
Bau.
Semuanya adalah aroma parfum yang dibuat-buat.
Sungguh menjijikkan, aroma buatan hasil racikan kimia ini membuat sarafnya berdenyut-denyut.
Terutama setelah mandi, sisa-sisa aroma parfum yang tercuci justru semakin mematikan gairahnya. Bukan karena baunya tidak enak, tapi sama sekali tidak membangkitkan hasrat.
Sejak saraf penciumannya mengalami komplikasi, hanya aroma tertentu yang bisa memicu impulsnya. Tapi sampai saat ini, belum pernah ada perempuan yang aromanya membuatnya ingin "melakukan itu".
Seberapa cantik pun seorang perempuan, jika aromanya tidak enak baginya, maka tidak akan ada hasrat intim yang muncul.
Maka pernyataan kakaknya Lei Tianqi bahwa Lei Tianlin si playboy itu masih perjaka, adalah fakta yang sebenarnya.
Jika bukan karena beberapa tahun lalu dia pernah bertemu dengan seorang yang bisa membuatnya bereaksi, Lei Er Shao mungkin akan mengira tubuh fisiknya mengalami kelainan, misalnya, tidak bisa hubungan intim...
"Shao Lin, kenapa hari ini tidak terlihat senang ya?"
"Iya, dari tadi lihat wajahmu muram terus."
Beberapa perempuan mengerumuninya sambil berceloteh riuh, wajah-wajah yang dirias apik itu justru membuat Lei Tianlin merasa jengkel tanpa alasan.
"Kau, berani membersihkan riasan? Di sini!" Tiba-tiba dia menunjuk salah satu dari mereka.
Perempuan yang ditunjuk itu wajah berubah pucat, tertawa kaku dua kali.
"Shao Lin suka sekali bercanda ya, hehe..."
Meminta perempuan membersihkan riasan di depan umum, apa bedanya dengan menyuruh orang melepas baju di tempat umum?
Di benak Lei Tianlin, tiba-tiba muncul wajah bakpao kecil si kue bulan itu.
Perempuan itu tampil natural tanpa mascara dan lipstik, bukankah tetap terlihat menyenangkan?
Tiba-tiba, Lei Tianlin mengeluarkan selembar cek dari saku dan menghantamkannya ke meja.
"Siapa yang berani membersihkan riasan hari ini, ini untuknya."
