Bab 661 Raja dan Istri Muda 7 Hari (9)
Bella sudah hampir muntah darah karena Lian Lian, menjulurkan jari menudingnya.
“Perempuan tak berpendidikan kasar macam kamu!”
"Hai! Jangan sok suci begitu, boleh? Aku sudah minta maaf, kamu masih mau apa? Mengumpatku saja sudah kubolehkan, jangan bawa-bawa keluargaku! Anak angkatmu raja, ayahku juga orang terkaya! Kita semua punya KTP! Oh iya, kamu kan orang asing, tidak punya KTP, jadi statusmu juga tidak ada!"
Kalau Lian Lian mengeluarkan skill menyindir, orang biasa benar-benar bukan lawannya.
"Aku akan membunuhmu, aku pasti akan membunuhmu!" Tangan Bella gemetar menahan amarah. Penjaga di sampingnya buru-buru mengeluarkan obat yang dibawanya.
Melihat Lian Lian hampir membuat ibunya kambuh penyakit jantung, Li Qianhen akhirnya bertindak.
"Cukup."
"Belum! Dia yang mulai! Berani memprovokasi, jangan salahkan aku mengambil kesempatan! Dari dulu aku sudah kesal padanya, anjing melahirkan anak saja tahu menjilati, dia tahu apa?!"
Qian Qian-nya, berapa kali nyaris mati. Di tubuhnya masih tersisa luka saat itu. Dilempar ke sarang binatang buas ala kamp pelatihan pembunuh bayaran, bisa keluar hidup-hidup saja sudah keberuntungan!
Kemampuan bertarung Qian Qian terlatih sejak masa itu. Memikirkan masa lalu yang menyayat hati, Lian Lian merasa sekedar mengumpat belum memuaskan hati.
Andai perempuan ini tidak punya sedikit prestasi terhadap Qian Qian, pasti sudah kuhantam dengan hentakan kaki!
Li Qianhen mendengar alasan perlawanannya terhadap sang ibu, kelopak mata hitamnya semakin dalam. Tangan menjangkau bahu gadis itu.
"Sudahlah, Lian. Benar-benar sudah cukup."
“Jangan ikut campur urusanku, sialan!” Lian Lian menyentakkan tangan Li Qianhen dengan keras.
Semua orang terkejut dengan reaksinya.
Bahkan para penjaga mengarahkan pistol mereka lagi ke Lian Lian. Tidak menghormati Raja secara terbuka seperti ini, mengeksekusinya di tempat pun wajar.
“Lepaskan dia semua, pergi keluar!” Li Qianhen membentak melihat keberanian mereka mengancam Lian Lian.
“Kevin, dia—” Bella mencoba bicara.
“Kamu juga keluar!”
Meski secara status adalah ibu tiri Li Qianhen, Bella tak berani melawannya. Di bawah aura mengintimidasi Li Qianhen, ia terpaksa pergi diam-diam dengan memalukan. Kini hanya tersisa mereka berdua di sel penjara.
Jarinya menyusur lembut pipinya. Wajah yang selalu dingin itu tiba-tiba dipenuhi kelembutan saat memandangnya.
“Sudah ingat?”
“Um... Aku lapar.” Lian Lian menutupi perutnya, memandainya dengan tatapan memelas.
“Kapan mulai ingat? Hmm?” Ibu jarinya mengusap bibir mungilnya yang lembut, mengenang rasa manisnya sorot mata semakin gelap.
“Aku mau makan!” Ia merapatkan tubuhnya, menyandarkan kepala di bahu pria itu.
“Jawab pertanyaanku.”
“Ah! Qianqian penipu besar! Dulu bilang ikut kamu bisa makan enak, tapi malah membiarkanku kelaparan dua hari! Jika aku mati kelaparan di wilayah kekuasaanmu, akan berubah menjadi hantu kelaparan yang membelitmu, auuummm!”
“Dua hari?” Akhirnya perhatian pria itu berhasil dialihkan.
“Kamu sudah tertidur ya, kemudian ibu tirimu yang kendur itu menangkapku, seteguk air pun tidak memberiku minum... Habis, aku harus tutup telepon.”
Baru saja mencabik-cabik ibu kendurnya, Lian Lian masih merasa sangat bersemangat, tapi begitu melihat dia datang, semua rasa lapar itu muncul kembali.
Dua alis tebal Li Qianhen berkerut, melihat bibirnya yang kering sampai mengelupas, memang terlihat sangat memprihatinkan.
“Aku akan mengajakmu makan di luar.” Dia mengulurkan tangan, awalnya ingin memeluk pinggangnya, tapi melihat kondisinya yang lemah, tangan yang terulur di tengah jalan berubah menjadi pelukan putri.
Dia berteriak kecil, kedua tangan memeluk lehernya.
“Hai, kamu bisa tidak? Efek obatnya sudah lewat? Kalau belum, kakiku lemas sampai terjatuh, aku akan menindihmu sampai mati!”
Merasakan dadanya yang ditindih lengannya bergetar dua kali, semua pengawal yang menunggu di luar membelalakkan mata, Raja ini... sedang tertawa?
Dia ternyata bukan patung es, dia masih bisa tertawa?
“Beratmu ini, meski tambah 50 kg juga tidak akan menindihku sampai mati.” Sudah jelas-jelas gadis dewasa, tapi mengapa masih begitu ringan.
Tangan Li Qianhen mencubit pinggangnya dengan lembut, tidak ada sedikitpun daging.
“Kalau begitu aku tidak menindihmu, aku...” Lian Lian mendekat, menempelkan bibirnya di telinganya, berbisik pelan.
Kemudian, para pengawal kembali menyaksikan keajaiban, karena Raja... wajahnya memerah.
Melihat reaksinya, Lian Lian jelas-jelas sangat puas, berkata dengan nada nakal.
“Apa kamu tidak dengar jelas? Kalau begitu aku akan mengatakannya lebih keras lagi. Jangan melotot, tatapan pedangmu tidak berpengaruh padaku. Beberapa tahun lalu sudah tidak mempan, sekarang semakin tidak berguna. Tenang saja, aku akan menggunakan bahasa Mandarin. Orang-orangmu ini tidak mengerti.”
Lian Lian membersihkan tenggorokannya, mengabaikan tatapan sang pria yang seolah ingin memangsanya, lalu berkata lantang.
“Li Qianhen, aku akan menyedot energimu sampai habis, membuatmu habis tenaga sampai mati!”
Lorong di tembok luar penjara bergema dengan suara nyaringnya.
Kemudian, Lian Lian menyadari semua pengawal Li Qianhen berbalik badan, bahu mereka bergetar tak tertahan.
“Hah, mereka sakit? Efek samping stroke, melihat siapa saja gemetaran?”
“...” Mulut Li Qianhen berkedut-kedut, akhirnya menghela napas pasrah.
Dia benar-benar tidak berubah sedikit pun...
“Paduka Ratu, kami tidak punya efek samping,” kata seorang pengawal yang terlihat berpangkat tinggi, berbalik sambil menahan tawa.
“Oh, tidak ada efek samping—Hah? Barusan kamu bilang apa?”
“Saya bilang, kami semua tidak punya efek samping,” pengawal itu menjawab lagi.
Lian Lian baru mengerti—mereka menjawab dengan bahasa Mandarin yang sempurna.
Semua orang di istana ini, atas perintah Li Qianhen, telah mempelajari bahasa Mandarin.
Menatap ekspresi setengah tertawa Li Qianhen, untuk pertama kalinya Lian Lian menunjukkan sedikit rasa malu.
Dia menyembunyikan wajahnya di pelukan Li Qianhen, berteriak dalam hati. Ekspresi menggemaskannya tertangkap kamera, lalu... pria itu tersenyum lagi.
“Kali ini bukan senyuman seperti sebelumnya, melainkan tertawa terbahak-bahak.”
“Hai, kamu tertawa apa, gigimu sangat putih?”
“Aku tertawa karena kamu lucu.”
“Kasihan aku tidak ada yang mencintaiku?”
“Apakah kamu ingin aku membuktikan betapa mempesonanya dirimu di sini?”
“Sudahlah, nanti saja setelah aku kenyang. Qian Qian, jangan terburu-buru, kamu masih punya banyak waktu untuk membuktikan betapa hebatnya teknik meniduri wanita keluarga kerajaan Yan Xia bersamaku.”
“Percakapan kedua orang itu semakin tidak jelas, menyusahkan para pengawal.”
“Mereka terkejut, ingin tertawa, namun juga sulit percaya.”
“Padahal raja biasanya tidak banyak bicara dan sangat serius.”
“Ini bukan sekadar bercanda dengan perempuan, tidak, ini sudah bukan bercanda lagi, ini jelas-jalen bercinta!”
“Siapa sebenarnya pria ini?!”
“Mungkin menyadari dirinya sedang disaksikan banyak orang, Lian Lian akhirnya sedikit memaksa diri untuk kembali bersikap seperti perempuan terdidik setelah bercanda dengannya.”
“Qian Qian, jelaskan pada anak buahmu bahwa aku seperti ini karena efek samping obat. Sebenarnya, sehari-hari aku orang yang sangat pendiam.”
“Li Qianhen akhirnya selesai tertawa, lalu berkata pada pengawalnya.”
“Ratu memang sejak lahir punya sifat kocak. Di hadapannya, kalian tidak perlu kaku...”
“Bab 662: Istri Muda Raja Selama 7 Hari (10)”
“Bab 662: Istri Muda Raja Selama 7 Hari (10)”
“Qian Qian, apakah negaramu benar-benar sangat kaya?”
“Duduk di depan meja makan mewah berlapis emas dan gading, tapi yang dihidangkan hanya semangkuk bubur dan beberapa piring kecil lauk. Tidak heran Lian Lian protes.”
“Kamu sudah terlalu lama tidak makan, tidak boleh langsung makan terlalu banyak yang berminyak.” Li Qianhen awalnya duduk di kursi utama, tapi melihatnya tak kunjung bergerak, akhirnya meletakkan mangkuk dan sumpit lalu duduk di sebelahnya.
“Aku tidak peduli, kamu berbohong! Dulu janjinya setiap hari ada daging? Di mana dagingnya?”
Bibir kecil yang terus mengoceh akhirnya dibungkam dengan bubur hangat yang dia suapkan.
Sebagai salah satu keluarga kerajaan terkaya di dunia yang tak kekurangan uang, koki istana yang dipekerjakan Li Qianhen tentu ahli dalam seni masak, aroma makanan menghilangkan rasa tidak nyaman akibat kelaparan berkepanjangan.
Bubur hangat yang masuk ke perut membuat seluruh tubuh terasa nyaman tak terbayangkan.
Lian Lian merasa sangat enak, mungkin karena makanannya adalah masakan Tionghoa favoritnya, atau mungkin karena dia yang menyuapkan.
“Qian Qian, koki mu memang ahli masakan Tionghoa.”
“Um.” Dia tidak memberitahunya bahwa semua personel di istananya bisa berbahasa Mandarin, juga tidak mengungkapkan bahwa dia memiliki koki ahli delapan besar masakan Tionghoa.
Istana yang telah lama sepi ini sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan nyonya rumah masa depan.
Setelah makan dengan tenang, makanan mengisi ketidaknyamanan tubuhnya. Lian Lian merasa energinya kembali penuh.
“Makan lagi.” Dia menyuruh pelayan mengisi mangkuk lagi, tapi Lian Lian menutup mulut sambil menggelengkan kepala.
“Kenyang, kalau makan lagi akan meluber.”
Ia tersenyum lebar mendengar penjelasan berlebihan darinya. Sudah lama sekali dirinya tidak merasakan mood berseri-seri seperti ini.
"Aku akan bertanggung jawab menghalangi mulutmu, agar tidak meluber."
Jarinya menyusur lembut bibirnya, mata yang berkilauan itu memancarkan bahaya.
Pelayan istana di samping tak sengaja mendengar ucapan ini, nyaris menjatuhkan nampan makanan yang dipegangnya karena terkejut.
Pipi Lian Lian memerah oleh gesekan ujung jarinya, antara malu dan tidak puas.
Setelah berpisah bertahun-tahun, statusnya yang berubah tampak membuatnya lebih bijak. Apa ini artinya sedang menggoda?
"Lalu apa yang ingin kau halangi...Ah?" Bibirnya menempel pada bibirnya, dengan tatapan paling polos mengatakan kata-kata paling menggoda.
Ia bergumam, "Jinak!"
Kewarasannya hancur seketika. Tanpa ragu ia menggendongnya dan bergegas ke kamar tidur, meninggalkan para pelayan yang ternganga di koridor.
Pria impulsif seperti remaja puber ini, benarkah dia Raja yang tenang dan terkendali?
Hmm...atau mungkin alien yang merasuki tubuhnya?
Sebenarnya sangat ingin bercerita tentang kehidupan masing-masing setelah berpisah, juga saling mengungkap isi hati.
Tapi perempuan nakal ini ahli menyamar dengan kepolosannya, hanya dengan beberapa patah kata sudah membangkitkan api dalam dirinya, membuatnya tak bisa memikirkan apapun selimat menyatukan perempuan ini dengan tubuhnya.
Saat dia akhirnya benar-benar menyatu dengannya, dia mendengar auman rendahnya, atau mungkin detak jantungnya sendiri, tapi itu tidak penting. Yang penting, pada momen ini, mereka sepenuhnya saling memiliki...
Angin musim panas masuk ke tirai sutra, malam bahagia di balik tirai teratai yang hangat. Hujan musim panas turun sepanjang hari. Saat hujan gerimis di luar akhirnya berhenti, goyangan di dalam tirai teratai pun melambat. Perempuan yang sudah puas menuliskan sesuatu dengan keringatnya di dada berotot sang pria.
Otot-ototnya sangat kekar. Meski sudah menduduki posisi tinggi, bekas luka dari masa-masa kelam di tubuhnya tak kunjung hilang.
Di tubuhnya terdapat berbagai luka - lubang peluru, bekas pedang, bahkan jejak setrika panas yang merupakan alat penyiksaan kuno.
Sejak kecil, Lian Lian suka mengelus bekas luka di tubuhnya dengan tangan. Saat itu, dia masih menjadi bodyguard-nya.
"Sakit?" Tangannya berhenti saat menyentuh area dekat jantung pria itu.
Terlalu banyak luka di tubuhnya, tapi bekas peluru di dekat dada ini ada karena dirinya.
"Tidak sakit." Dia membuka mata, melihat mata merah Lian Lian yang berkaca-kaca, sorot matanya menjadi lembut.
Lian Lian jarang menangis. Menurut ayahnya, nilai air matanya sangat berharga.
Tapi setiap melihat luka di tubuhnya, dia pasti menangis.
Melalui air mata yang berkabut, dia seolah melihat bayangan dirinya yang masih belia di masa lalu.
Tahun itu, Putri Kecil Lian Lian baru berusia 12 tahun.
Lapangan rumput keluarga Lei yang hijau mengkilap tersiram hujan musim panas.
Ia duduk di ayunan yang bergoyang semakin tinggi, tali ayunan yang basah karena hujan terasa agak licin, tiba-tiba tangannya terpeleset.
Tubuh mungilnya terlempar membentuk parabola!
Di telinganya terdengar jeritan sang ibu, setelah merasakan sensasi secepat angin, alih-alih merasakan sakitnya jatuh, saat membuka mata ia justru berada dalam pelukan lengan kokoh seseorang.
Itulah pertama kalinya dia melihatnya.
Lian Lian 12 tahun menatap pria yang menyelamatkannya: kaus hitam lengan pendek, celana panjang ketat hitam, lengan berotot kekar yang terlihat jelas membalut tubuh atletisnya, rambut pendek rapi, dan wajah dingin yang tak berkesan.
Pria ini menyelamatkannya dari nasib menjadi adonan daging.
Saat pandangan mereka bertemu, udara di sekitar seolah membeku.
Belum pernah Lian Lian melihat pria seperti ini.
Sebagai putri bangsawan keluarga Lei yang biasa dikelilingi pria-pria berkelas, bahkan tiga pria di keluarganya sendiri yang beraura kuat, namun pandangan pertama pada Li Qianhen ini membuatnya terpana.
Bukan karena garis wajahnya yang tampan, tapi lebih karena pandangan dinginnya terhadap dunia dan aura keterpisahan yang memancar dari dirinya, membuat sang putri kecil tak kuasa mengulurkan tangan untuk menyentuh bulu mata panjangnya.
"Matamu sangat indah." Itu adalah kalimat pertama yang diucapkannya padanya.
Li Qianhen yang berusia 18 tahun merasa telinganya memanas mendengar pujian dari gadis secantik malaikat.
Setelah menjalani latihan keras, dia telah mengembangkan mentalitas yang mengabaikan segalanya. Tangannya telah ternodai darah banyak orang, dia bisa melakukan pembunuhan paling kejam tanpa berkedip. Tapi gadis ini bagai sinar matahari yang menerobos masuk ke relung hatinya.
Di mana pun dia berada, kegelapan dalam hati pun tersinari secercah cahaya.
Dengan perlahan dia melepaskannya, mundur selangkah sambil diam-diam mengamati.
Lian Lian belum sempat mengamati wajah kakak tampan ini lebih detail ketika ayahnya, Lei Tingyu, muncul dari belakang Li Qianhen.
"Ini King. Mulai sekarang dia akan menjadi bodyguard yang selalu mendampingimu."
King adalah pembunuh bayaran internasional termuda dengan peringkat ketiga dunia. Lei Tingyu tidak segan mengeluarkan biaya besar untuk memastikan keamanan putri kesayangannya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, King dikenal sebagai pria yang tidak tertarik pada wanita dan berhati dingin. Tidak ada misi yang gagal selama dia yang bertindak, sehingga Boss Lei merasa yakin merekrutnya.
Tapi saat menyaksikan interaksi antara putrinya dengan King, Boss Lei tiba-tiba mendapat firasat tidak enak.
Sepertinya kali ini dia membuat langkah yang salah.
"Kakak bermata indah, siapa nama Tionghoamu?"
"Qianhen. Li Qianhen."
