"Bab 666 Istri Muda Raja dalam 7 Hari (14)"
"Status dan masa depan, selamanya adalah lubang mengeruk."
"Sekali tersentuh, tak bisa keluar."
"Maka, saat dia menatap Lian Lian dengan mata yang dalam, segera dia mengurangi intensitas kesedihan di matanya, menghadapinya dengan senyuman nakal."
"Sepasang tangan kecil putih mengangkat wajahnya yang terlalu keras garisnya."
"Mau dengar aku menyanyi?"
"Bagus."
"Hmm, dengarkan ya, Dewi Nyanyi datang." Dia membersihkan tenggorokan, mulai bernyanyi dengan suara lembut.
"Belalai panjang gajah sedang tegak bangga, seluruh dunia mengangkat harapan. Merak berputar gemilang indah, tak ada yang bisa terus murung!"
"Nyanyiannya sangat merdu, tapi gerakannya benar-benar sangat nakal."
"Saat menyebut gajah, dia menudingnya. Saat menyebut merak, dia sendiri berputar. Surga Bahagia ini dinyanyikannya dengan lucu sekaligus memikat."
"Li Qianhen menatapnya tanpa berkedip, merasakan dalam suaranya terkumpul seluruh harapan dan kebahagiaannya."
"Di tahun-tahun ketika ia merasa kehilangan harapan, kebahagiaan, dilanda keputusasaan dan kesedihan, malaikat kecil inilah yang membawakan harapan terbaik dan masa depan melalui karakter ceria nya."
"Dulu, dia juga sering menyanyikan lagu ini."
"Duduk di ayunan, helaian gaun panjangnya berkibar ditiup angin, jepit rambut berlian di kepalanya memantulkan cahaya menyilaukan di bawah matahari."
"Nyanyian lembutnya bergema di halaman, ia akan berdiri di belakangnya dan mendorong ayunan itu setinggi-tingginya."
"Nyanyian, sinar matahari, malaikat kebahagiaan tercantik."
"Itulah pemandangan terindah yang pernah disaksikannya."
"Melalui nyanyiannya, Li Qianhen seolah melihat kembali momen-momen bahagia yang mereka lalui bersama bertahun-tahun itu."
"Malaikat itu telah tumbuh dewasa."
"Menjadi lebih cantik dari masa kecilnya."
"Bahkan mengembangkan skill pesona, setiap gerakan tubuhnya penuh daya tarik, sekedar tatapan mata pun mampu melelehkan hatinya."
"Sepertinya tak puas melihatnya melamun saat dirinya bernyanyi, Lian Lian tiba-tiba mendekat, duduk di pangkuannya berhadapan sambil terus melanjutkan nyanyian lembutnya."
"'Akan kubicarkan, sebuah tempat misterius, surga kebahagiaan bagi kita berdua!'"
"Nafas Li Qianhen tersekat, tarikan nafasnya mulai menjadi berat."
"'Maukah, kita ke tempat misterius itu bersama?'" Bisiknya pelan di telinganya.
"Hmm, tak perlu dijawab, dia sudah merasakan jawabannya."
"Harus pergi!"
“Tubuh fisikmu... tidak boleh...” Dia menjawab dengan kaku.
“Sebenarnya masih bisa diterima, sumber air panasmu bagus, tidak terlalu sakit lagi——Ah!”
Makhluk ini, haruskah terburu-buru seperti ini? Setidaknya biarkan dia menyelesaikan penjelasannya!
“Lagu ku belum selesai kukanyikan.” Dia digendong keluar dari air, tersenyum manja sambil memeluk lehernya.
“Kau punya banyak waktu untuk menyanyikannya untukku.”
Jawabannya terdengar seksi dan parau.
Lagu cinta yang hanya dinyanyikan untuknya di atas ranjang.
Banyak waktu... Lian Lian merasa tertusuk jarum oleh waktu, mengusir beban di hati lalu mengganti ekspresi dengan wajah nakal khasnya.
Mampu memaksimalkan kebahagiaan tak terbatas dalam waktu terbatas, itulah tujuan akhir liburannya.
Tidak peduli keabadian, yang penting pernah dimiliki.
Di hari ketiga Liburan Roma Putri Lian Lian, Li Qianhen tetap dihentakkan turun untuk tidur di lantai.
Karena kecerobohan di sumber air panas, pinggang putih saljunya kini dipenuhi memar akibat permukaan marmer yang keras.
Lian Lian murka. Setelah kembali ke kamarnya, Paduka Yang Mulia Raja dihukum tidur di lantai.
Kemudian, permukaan kolam air panas juga diperintahkan untuk diganti dengan giok putih lembut semalaman.
Lian Lian bersandar malas di ranjang empuknya, menatap pria yang dihentakkannya turun itu terbaring kaku di atas karpet berbulu panjang.
Ritme harian Li Qianhen sangat teratur. Setelah melalui pelatihan militer di kamp pelatihan Binatang Buas, baik cara berjalan maupun posisi tidurnya selalu sangat rapi.
"Hai, kamu benar-benar tidak mau naik?"
Melihatnya menutup mata dan berbaring seperti tongkat, Lian Lian bertanya.
"Raja takkan main kata-kata." Janjinya padanya selalu ditepati.
Sudah berjanji tidur di lantai, ya tidur di lantai.
Toh sebelumnya juga pernah tidur di lingkungan yang lebih buruk dari ini.
"Sudahlah, aku cuma bercanda. Naiklah." Dia menepuk tempat kosong di sampingnya. "Tidur sendirian di ranjang sebesar ini membosankan."
Lagipula, dia cuma punya waktu 7 hari. Sekarang sudah hari ketiga. Sayang sekali kalau tidak menikmati pelukannya.
"Tidak." Pria itu bersikukuh.
Lian Lian membalikkan mata sinisnya.
Lihat, betapa membosankannya pria ini.
Kaku dan tidak fleksibel.
Semua hal dikerjakan dengan serius.
"Qian Qian, bocah lugas sepertimu benar bisa mengurus negara? Apa kamu tidak akan terjebak dalam jebakan licik?"
"Makanya, aku butuh Ratu yang cerdik." Tiba-tiba dia membuka mata, menatap Lian Lian dengan serius.
"Wah, bulan malam ini sangat bulat." Lian Lian pura-pura memalingkan kepala ke jendela.
"...Hari ini langit kelabu." Dia benar-benar ingin membongkar taktik pengalihan topiknya.
Langit sama sekali tidak memperlihatkan bulan, tertutup lapisan awan tebal yang jelas-jelas pertanda akan hujan. Mengalihkan pembicaraan pun caranya tidak masuk akal.
Lian Lian menjulurkan lidah panjangnya.
“Bulan purnama ada di hati kita, lihat kepalaku yang bulat sempurna ini, mirip tidak dengan bulan?”
“...Kamu memiliki wajah berbentuk biji semangka.”
Di mana bulatnya?
“Itu dadaku, ya, dadaku yang bulat! Qian Qian, katakan, bulat tidak?”
“Lian Lian, tinggallah, jadilah Ratu-ku, setuju?”
“Aduh, kamu berani bilang aku tidak bulat! Makhluk menyebalkan.”
“Sebenarnya tidak serumit yang kamu bayangkan, kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau, aku tidak akan ikut campur.”
“Aduh, kamu masih belum memuji kebulatanku? Untuk membuat sensasi sentuhanmu lebih baik, aku sudah melakukan banyak pijat minyak esensial, setidaknya ukuran C kan?”
Percakapan dua arah yang tidak nyambung ini berputar-putar, dia tetap tidak mau menjawabnya secara langsung.
“Lian Lian! Aku serius!” Akhirnya, kesabarannya habis.
Lian Lian diam, menatapnya beberapa detik lalu menyambar bantal dan menghamburkannya ke arahnya dengan kuat.
“Aku juga serius! Aku benar-benar punya C!”
Untuk memberikannya versi terbaik dirinya, betapa keras usahanya - latihan fisik, mempertahankan postur, mengapa mendapat pengakuan darinya begitu sulit?
Segudang karakter Li Qianhen, dihadapannya sama sekali tak berdaya.
Inilah Lian Lian.
Hal yang tidak dia inginkan, takkan bisa dipaksakan oleh siapapun.
Jelas-jelas dia tidak mau membahas, meski dia terus berbicara, jawaban langsung tetap takkan diberikan.
Li Qianhen berbalik badan, membelakangi Lian Lian.
Dari lekuk tubuhnya yang kaku, Lian Lian tahu suasana hatinya pasti sedang buruk.
“Tidak mau naik?”
“Um.”
“Baiklah.”
Suaranya mereda. Beberapa detik kemudian, ia merasakan kelembutan di belakangnya - seorang perempuan lembut merangkulnya dari belakang.
Ia berbalik, bertatapan dengan mata nakalnya.
“Kalau kamu tidak naik ke sini, aku yang turun. Lagipula karpetmu sangat empuk.”
Waktu mereka bersama begitu singkat, ia enggan melewatkan setiap pelukan.
“Lian Lian, sungguh... tidak bisakah kau mengalah untukku?” Suaranya terdengar sesak dari atas kepala perempuan itu.
“Batas dasar tetaplah batas dasar, Qian Qian. Aku bisa mengalah dalam hal lain, hanya ini, jangan paksaku.”
