Bab 679 Raja dan Istri Muda 7 Hari (27)
“Li Qianhen, apakah kamu mencintaiku?” Dia bertanya dengan suara teredam sambil dipeluk erat di dada pria itu.
“Apakah kau ingin kupotong dadaku dan tunjukkan jantungku padamu?”
Nada bicaranya terlalu serius. Lian Lian tahu, jika dia berani mengatakannya, pria ini akan benar-benar melakukannya.
“Aku tidak mau jantungmu. Cukup ulurkan tanganmu padaku.”
Tanpa ragu dia mengulurkan tangan.
Lian Lian menggenggam tangan itu dan meletakkannya di lututnya sendiri.
“Lian Lian, apa yang ingin kau lakukan?” Keraguan muncul dalam suaranya, tak mengerti maksud tindakan gadis ini.
“Masih ingat? Kita masih punya perjanjian taruhan misterius yang belum terselesaikan.” Matanya berkedip-kedip penuh kelincahan.
Alisnya naik. Ekspresi licik gadis ini membuat hatinya berdebar aneh.
Ingin sekali dia mengunci malaikat kecil nakal ini selamanya di sisinya.
Li Qianhen bahkan membayangkan menyusutkannya dan menyimpannya di sakunya, lalu mengeluarkannya kapan saja untuk dimanjakan di telapak tangan.
Lalu di malam hari mengembalikan ukurannya dan...
"Pada saat ini, otak Li Qianhen dipenuhi oleh adegan-adegan beraura panas."
"Dengan mendapat pengakuan cinta dari orang tercinta, saling mengungkapkan perasaan dengan sang kekasih, membuat hatinya dipenuhi kepuasan tak terkira."
Sehingga saat sentuhan dingin menyentuh ujung jarinya, pikiran Li Qianhen langsung tertarik kembali ke realita.
"Lian Lian, apa yang sedang kamu lakukan?!"
"Aku sedang mengoleskan kutek untukmu!" Lian Lian menundukkan kepala, dengan serius mengoleskan cat kuku secara merata pada tangan besar yang tergeletak di pangkuannya.
Segala pikiran mesum Li Qianhen berubah menjadi geleng-geleng kepala penuh frustasi.
"Lian Lian, aku ini pria..."
Warna merah segar seperti ini jika dikenakan di tubuhnya disebut godaan.
Tapi jika dipakai oleh pria tinggi 190 cm sepertinya, itu disebut... cengeng/lembek?
Bahkan kata 'cengeng' tak mampu mendeskripsikan perasaan Li Qianhen melihat warna merah muda kekanak-kanakan di tangan hitamnya yang besar.
Sungguh menjijikkan...
"Dilarang keras menarik tanganmu kembali!" perintahnya.
Tangan mungilnya menampar keras tangan pria yang hendak ditarik, disertai tatapan mata indah yang menyemburkan ancaman.
"Kalau berani mengganggu dan menghalangi pekerjaanku, aku takkan main lagi denganmu! Kubuat kamu tidur di lantai selama 4 hari, kali ini sendirian saja! Takkan kutemani, tak kubiarkan kamu memelukku!"
"...Kalau begitu lebih baik aku tidur di lantai sekarang juga."
"Pria, lebih baik tidur di lantai daripada dipakaikan kuteks warna menyeramkan seperti ini!"
"Kamu tidak mau, menjadikanku Ratumu lagi?"
Satu kalimat santainya langsung menghancurkan semangatnya, Li Qianhan membeku tak bergerak.
"Apa hubungannya jadi Ratu dengan kuteks warna begini...?"
"Tentu ada! Ini taruhan kita! Jika kamu bisa mempertahankan kondisi ini selama 4 hari, aku akan jadi Ratumu."
Lian Lian menunduk, dengan serius mengoleskan kuteks secara merata di tangannya.
Li Qianhan menatap tangannya yang dijadikan alat permainan iseng, merasa malu sekaligus tak berdaya.
"Lian, tidak bisakah kau main di tempat lain?"
Seandainya ini dikenakan di kaki, mungkin masih bisa ditutupi sepatu. Tapi di tangan...
Empat hari lagi dia harus menerima tamu asing dalam siaran langsung media global. Bayangkan Raja dengan kuteks merah Cherry... Pemandangan itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan.
"Boleh, ganti saja." Lian Lian menyetujui dengan gembira. Saat Li Qianhan hendak mengusap kuteks yang belum kering, dia mendengar gumamannya ke udara:
"Ganti tempat, aku ganti pria."
Ini ancaman terang-terangan.
"Tidak boleh!" Aura membunuhnya meledak tiba-tiba.
Ganti pria? Kecuali dia mati!
Bagaimanapun juga mantan pembunuh bayaran peringkat tiga dunia, ketika aura membunuhnya meledak, tetap cukup menakutkan.
Lian Lian meletakkan tangan di mulutnya, menggigit jari dengan bibir, membuat ekspresi panik.
"Aduh, hampir mati ketakutan! Kamu yang mudah emosi begini, apa istri masa depanmu tahu? Ibuku bilang, pria pelaku KDRT itu sampah. Eh, biar kamu nggak maksa aku, aku pulang dulu. Daging merah panggang di kompor ibuku mungkin sudah hampir matang."
Meski bilang takut, tapi sorot mata, ekspresi wajah, dan nada bicara menantangnya sama sekali menunjukkan kesombongannya.
Lian Lian berdiri, pura-pura berjalan beberapa langkah.
"KEMBALI."
Dari belakangnya, terdengar suaranya yang menggertak gigi.
"Kenapa, Paduka Yang Mulia, 10 pembunuh bayaran? Mau apa? Memukulku? Menggalku? Menembak hajaranku?"
Lian Lian menegakkan dagu kecilnya, tetap tidak terama melototinya.
Ayo, saling menyakiti! Takut sama kamu? Oh!
"Poles!" Hampir-hampir dari sela giginya, dia memaksa mengucap kata ini.
Lian Lian menampakkan senyum kemenangan, mengedipkan mata nakal, lalu kembali duduk di seberangnya. Tangannya menggenggam tangan pria itu, bibir mungilnya meniup kuku yang baru setengah terolesi cat belum kering.
"Kamu terpaksa ya?"
"Nggak... lah!"
Lian Lian memindahkan kedua tangannya ke wajahnya, menebarkan rata kedua telapak tangan di wajah tampannya.
Lalu menghantam rata wajah tampan suaminya...
“Kuberitahu ya, entah kau di luar sana sehebat apa, entah kau Sultan Raja atau mantan 10 pembunuh bayaran teratas yang sudah ketinggalan zaman, di hadapanku kau tetap priaku Lei Lian Luan! Kalau berani memperlakukan aku seperti caramu ke orang luar, Aku Luan-jie bisa membuat kau Mati dengan irama yang indah!”
“...”
“Sorot mata apa itu?! Masih ingin memberontak? Bicara, tunjukkan sikap!”
“...” Dia sebenarnya ingin bicara, tapi dengan cara dia menekan wajahnya seperti ini, sama sekali tak ada satu kata pun yang bisa keluar!
Raja berubah menjadi Anjing Setia, Hidup seperti ini... Kok bisa sememprihatinkan ini...
Tapi, meski memprihatinkan, dia tetap sangat bahagia. Asal bisa bersamanya, memprihatinkan pun tak apa.
Soalnya selain dia, tak akan ada perempuan kedua yang bisa tidak peduli statusnya. Di sini, dia hanya prianya, itu saja.
“Kalau berani main kekerasan dalam rumah tangga denganku, akan kucukur habis rambut adik kecil Sang Raja, lalu Di atasnya kukukir beberapa kata: Sampah yang menginjak-injak perempuan!” Begitulah wibawa Luan-jie.
“Raja... adik kecil?!” Itu barang apa?
Namun, Li Qianhen yang melihat ekspresi penuh kualitas dalam Lian Lian tiba-tiba merinding di punggung.
Sudahlah, dia tidak ingin tahu.
Pasti bukan pujian-pujian bagus.
“Aku takkan pernah melakukan kekerasan padamu.” Kalau dia benar-benar serius, sepuluh Lei Lian Luan pun takkan cukup dibunuh.
Gadis kecil nakalnya ini bahkan berani mengecat kuku Raja menjadi merah muda, masih ada apa lagi yang tak berani dia lakukan?
“Siapa yang bilang, tadi kamu masih memperlakukan aku dengan brutal, kenapa tidak berhenti saat kusuruh?”
Sambil mengobrol dengannya tentang hal-hal sehari-hari, dia mengoleskan cat dengan merata di tangan satunya lagi.
“Momen seperti itu... tidak termasuk hitungan.”
“Sudah, selesai! Ingat ya, jangan sampai ini terlepas. Jika kamu bisa bertahan beberapa hari ini, mungkin... akan ada kejutan.” Lian Lian memandang karya tangannya, mata berkilauan penuh misteri.
Sementara Li Qianhen, dengan perasaan tak berdaya menatap kuku merah muda ceri di tangannya.
Yakin ini kejutan, bukan... teror?
