Bab 686: Istri Muda Raja selama 7 Hari (34)
"Lian Lian, demi aku, tinggallah." Li Qianhen menggenggam tangan Lian Lian, berkata dengan serius.
"Lihat, aku selalu galak di luar tapi lemah di dalam. Jika kamu tidak bertindak, aku akan membiarkan orang-orang ini suatu hari nanti seperti Louis XIII, digantung di tembok kota..."
Lian Lian antara ingin tertawa dan marah, melihat pria kejam ini berpura-pura lemah dan mengerahkan segala cara untuk menahannya.
"Kamu sendiri yang jagoan penggal kepala, buat apa pura-pura lemah?"
"Pokoknya, kamu sudah menyingkirkan satu-satunya keluargaku. Sebagai gantinya, kamu harus tinggal di sini selamanya, tidak boleh pulang!"
Dengan kombinasi bujukan dan paksaan, dia otoriter menggenggam tangan gadis itu.
Lian Lian memandangnya penuh kelembutan, seperti gadis kecil yang meringkuk dalam pelukannya.
"Kalau begitu, kamu harus memelukku lebih erat..."
Pria yang mendapatkan janji perempuan itu menyangka hatinya akhirnya luluh, gembira memeluknya erat.
"Qianqian, apa kamu ingin tahu bagaimana aku bisa kena tt8811?" Bisiknya dalam pelukan.
"Aku sudah membalas semua yang pernah menginjak-injakmu." Dia menenangkan sambil menepuk-nepuk punggungnya.
Tapi terasa kepala kecil itu bergerak-gerak tak tenang dalam dekapan.
“Bukan, sebenarnya, ramuan itu aku yang sengaja oleskan sendiri. Aku punya seorang kakak perempuan, seorang Apoteker. Namanya mungkin pernah kamu dengar, nama panggung Yun Qian Duo, khusus mengembangkan berbagai jenis ramuan baru.”
Ternyata, itu kakaknya? Li Qian Hen baru ingin berkata sesuatu, tiba-tiba merasakan tangan kecil Lian Lian yang sedang meraba otot dadanya, seperti ada sesuatu yang menusuk-nusuk menggores kulitnya!
Ia tak percaya menatap Lian Lian yang menjulurkan lidah malu-malu.
“Meski Xiao Duo sering membuat ramuan sembrono, tapi beberapa di antaranya cukup manjur juga.”
“Apa yang kau... lakukan padaku...” Li Qian Hen merasa pandangannya mulai kabur, kesadarannya juga tidak jelas.
“Xiao Duo bilang, ramuan ini bisa membuat orang normal tidur 2 hari, tapi untukmu, aku tidak yakin. Mungkin cuma 5-10 menit.” Ia menahan tubuhnya yang mulai limbung ke bangku panjang, dengan sisa tenaga terakhir, Li Qian Hen mencengkeram lengan Lian Lian erat-erat.
“Lian Lian, jangan pergi, jangan tinggalkan aku!”
Di detik ini, penguasa segalanya Li Qian Hen, terlihat begitu tak berdaya.
Ia tahu, kali ini Lian Lian serius. Dia telah menyingkirkan semua targetnya, dan sekarang akan pergi!
Tak boleh melepaskan. Jika dilepas, malaikat kecilnya akan menghilang.
Lian Lian menggelengkan kepala dengan mata berkaca-kaca.
“Qian Qian, liburanku... harus dimajukan.”
Di dalam ruangan, tiba-tiba muncul beberapa siluet. Tak ada yang tahu bagaimana mereka bisa masuk.
Di istana yang dijaga dalam kondisi siaga tinggi, mereka bisa datang seenaknya, membuktikan bahwa mereka adalah bodyguard atau tentara bayaran kelas tertinggi.
Hanya keluarga kami yang mampu mengerahkan begitu banyak master kelas atas sekaligus.
"Nona Besar, CEO sudah mengetahui tindakan kabur Anda dan sangat murka. Kami diperintahkan membawa Anda pulang."
Li Qianhen menggenggam tangan Lian Lian. "Lian Lian, jangan pergi, jangan..."
Lian Lian melihat matanya yang memerah, jelas-jelas sudah terkena obat keras tapi masih bertahan tidak pingsan, dengan kuda-kuda seolah siap bertaruh nyawa pada siapa pun yang berani membawanya pergi.
Hatinya terasa perih.
Dia tahu, jika memaksa pergi saat ini, pasti akan terjadi hal menyakiti diri sendiri untuk mempertahankan kesadaran.
Maka, dia menjabat tangannya dan berbisik lembut di telinganya.
Li Qianhen membelalakkan mata dengan tidak percaya, seolah sedang membedakan kebenaran ucapannya.
Lian Lian mengangguk, meraba perutnya sambil tersenyum padanya, lalu melambaikan tangan dan berbalik tanpa ragu, tidak lagi menoleh ke belakang.
Mengikuti bodyguard yang menjemput, dia menghilang cepat dari aula istana.
Sedangkan Li Qianhen membiarkan siluetnya perlahan kabur dari pandangan, membiarkan kegelapan menelannya perlahan.
Di atas kediaman keluarga Lei, tekanan udara rendah menyelimuti area.
Putri kecil paling dimanjakan Lei Lian Luan telah pulang, tapi kali ini yang menunggunya bukan kasih sayang ayah dan kakak, melainkan hukuman mengurung.
“Katanya kepala keluarga kami Lei Tingyu marah besar atas kabur putrinya, dan menghukum putri Lian Lian dengan mengurung selama sebulan.”
“Seminggu kemudian, Lian Lian yang dihukum 'mengurung' ini mengenakan piyama kartun, rambut acak-acakan, wajah belum dicuci, meringkuk di ranjang besarnya sambil memeluk semangka. Dengan sendok, dia menggali isinya sambil tertawa Haha menonton video.”
“Saat Lan Xin masuk dan melihat perilaku putrinya yang tak peduli citra diri ini, ia menggelengkan kepala.”
“Ayahmu akan semakin marah kalau melihatmu seperti ini.”
“Biarkan saja dia marah. Toh wajah datar ayah itu tak bisa dibedakan saat senang atau tidak. Haha, video ini lucu sekali! Ibu mau lihat? Semangkanya juga manis banget!”
“Lian Lian yang dikurung ini wajahnya bersemu merah, kondisi mentalnya sangat prima. Jelas terlihat hidup nyaman dan bermain gembira, sama sekali tak ada kesan letih.”
“Memang benar juga—Putri, apa kamu jadi gemuk?” Lan Xin mengamati kiri-kanan, selalu ada firasat putrinya tak seperti biasanya.”
“Tapi kalau diminta menyebutkan perbedaannya secara konkret, tak bisa dijelaskan. Hanya ada kesan putrinya lebih berisi, wajahnya semakin bercahaya.”
“Ah begitu? Haha, mungkin saja.” Lian Lian meraba perutnya sendiri, tersenyum misterius.
“Mendingan kamu minta maaf ke ayahmu. Dia sudah menyimpan amarah sebulan ini.” Lan Xin benar-benar tak tahan melihat ayah-anak ini terus berseteru.
“Sebenarnya semua keluarga kami tahu persis apa yang dilakukan Lian Lian saat kabur dulu.”
“Lei Tingyu mengamuk hebat, membuat putrinya dikurung untuk introspeksi, sebenarnya yang diinginkannya hanyalah sebuah janji dari sang putri.”
“Putri kecil yang selalu penurut kali ini malah bersikukuh melawan ayahnya sendiri, tetap tidak mau mengakui kesalahan, dikurung ya dikurung, toh setiap hari ada makanan enak.”
“Seluruh anggota keluarga Lei menjadi sangat hati-hati dalam bertindak dan berbicara, takut kalau lengah sedikit akan tersapu badai kemarahan Boss Besar Lei.”
“Bagaimanapun Lei Tingyu tidak tega meluapkan amarah pada putri kesayangannya, sedangkan pada orang lain dia cukup tegas.”
“Aku harus mengakui kesalahan apa? Apa kesalahanku?” Lian Lian meletakkan semangka, mencari tisu untuk membersihkan mulutnya.
Lan Xin menunjuk keningnya, “Jangan berlagak bodoh! Aku tahu semua yang kamu lakukan, apalagi ayahmu!”
“Aku cuma mencari pasangan kan? Sudah dewasa ini, masak tidak boleh cari pria?”
“Masih saja membantah! Lihatlah, pria seperti apa yang kamu pilih itu!”
“Hmm, Qian Qian itu orang seperti apa... pria yang sangat tampan?” Pikiran tentang sang kekasih membuat hatinya terasa hangat.
“Sudah seminggu sejak kepergiannya, tidak tahu apakah kemarahan Qian Qian sudah reda atau belum.”
“Ketampanan bisa dimakan? Jauhi dia sejauh mungkin! Kami hanya punya satu putri, sejak kecil tidak pernah merasakan kesulitan. Kami tidak akan menyetujui hubungan ini. Kami beri kamu beberapa hari untuk memenuhi kerinduan masa remajamu. Bukankah kenangan indah yang tersimpan di hati juga merupakan keabadian? Untuk apa memaksakan bersatu hanya akan menyusahkan sisa hidupmu?”
Lan Xin biasanya sangat memanjakan putrinya, tapi hanya dalam hal ini, dia dan Lei Tingyu berdiri di posisi yang sama.
"Terlambat, Bu, ucapanmu sudah terlambat." Lian Lian mengusap perut mungilnya, tersenyum misterius.
Lan Xin tiba-tiba merasakan firasat tidak baik, mungkinkah...!!!
