Bab 687 Istri Muda Raja Selama 7 Hari (35)
Firasat buruk mengalir deras di hati Lan Xin saat melihat tangan putrinya yang mengusap perut.
"Lian Lian, jangan-jangan kau——"
"Belum diperiksa, tapi kira-kira memang begitu."
Selama beberapa hari bersama Qian Qian, dia sama sekali tidak menggunakan kontrasepsi.
Qian Qian ingin melakukannya, tapi dihadangnya, ditambah frekuensi mereka yang begitu tinggi.
Sudah 2 hari masa haidnya terlambat, jika tidak salah tebak, mungkin jawaban yang diinginkannya sudah ada.
Wajah Lan Xin dipenuhi ketidakberdayaan.
"Putriku, haruskan kau membuat masalah seperti ini? Ayahmu pasti akan murka!"
"Ibu, kan Ibu yang paling menyayangiku, tolong bantu aku! Bantu sembunyikan dari Ayah dulu, ya?"
Lian Lian menggoyang-goyangkan lengan Lan Xin sambil mencengkeram.
Jika Lei Tingyu tahu putri kesayangannya pulang membawa "hadiah" setelah keluar sebentar, akibatnya benar-benar tak terduga.
Bisa saja dia menyewa pasukan pembunuh bayaran untuk menghujani Li Qianhen dengan ledakan Hong sampai berlubang seribu, hal seperti ini memang mungkin dilakukan Lei Tingyu.
“Berapa lama aku bisa membantumu menyembunyikan ini？Ayahmu cepat atau lambat akan tahu——Lian Lian, apa kamu benar-benar suka sekali dengan pria itu?” Lan Xin kadang tak mengerti apa yang dipikirkan putrinya.
Meski semua orang bilang Lian Lian sangat mirip dengannya, tapi Lan Xin merasa saat putrinya merencanakan sesuatu, lebih mirip suaminya.
“Ibu, sikapmu terhadap Ayah sama dengan sikapku terhadap dia. Masih ingat kejadian saat dia menghadang peluru untukku?”
Hingga sekarang, bayangan itu masih membuat hatinya terasa sangat perih.
Waktu itu, Qian Qian hampir saja mati.
“Tapi waktu itu kamu baru berusia belasan tahun. Apa kamu yakin itu bukan rasa syukur?” Lan Xin meletakkan tangan di perut putrinya, matanya memancarkan emosi kompleks.
“Aku butuh lebih dari sepuluh tahun untuk memastikan hal ini. Aku yakin, Li Qianhen di hatiku berbeda dengan pria lain. Aku bisa bersyukur pada banyak orang, tapi yang kucintai dari awal sampai sekarang hanya dia.”
Lan Xin menghela napas dalam-dalam. Lian Lian penasaran bertanya:
“Ibu, ada apa?”
“Ibu khawatir. Kebiasaan buruk ayahmu berpacaran dini itu mewarisi ke kalian. Lihatlah kalian berdua, satu per satu...”
Lei Tingyu sudah menetapkan Lan Xin sejak masih beberapa tahun. Putra sulung Lei Tianqi membesarkan sendiri istri kecilnya Xiao Feng. Sekarang putri mereka melakukan hal serupa. Lan Xin tak bisa tidak mengakui: gen sang boss benar-benar kuat.
“Cinta ya cinta, mana ada istilah terlalu cepat atau tidak? Usiaku saat bertemu orang yang kusukai memang lebih muda daripada yang lain. Di dunia ini, banyak orang yang hidup seumur hidup tapi tak mengerti cinta. Apa hubungannya cinta dengan usia?”
Melihat putrinya berbicara fasih tentang cinta dan kehidupan, Lan Xin baru menyadari: putri kecil yang selalu mereka agung-agungkan di telapak tangan, Lei Tingyu dan dirinya, benar-benar telah dewasa.
“Ibu, apakah Ibu sudah menopause? Sorot mata Ibu sekarang terlihat sangat berlarut-larut.” Lian Lian tersenyum nakal sambil menyodokkan sendok semangka ke mulut Lan Xin.
Lan Xin merebut setengah semangka yang sedang dipegang putrinya.
“Dasar anak nakal! Tidak lihat Ibu sedang naik darah? Jangan makan semangka lagi. Beberapa bulan pertama terlalu banyak makan semangka tidak baik.”
“Hmm... Ibu baik, beri satu suap lagi dong~” Dia sangat ingin makan semangka saat ini.
“Tidak boleh, manja pun takkan mempan——Sekarang apa rencanamu? Jika benar-benar hamil... Mau melahirkannya?”
Lan Xin sakit hati. Putrinya masih sangat muda, bagaimana harus menanggung penderitaan melahirkan?
Selain itu, yang paling membuat orang tua geram adalah: pria yang mungkin menyebabkan kehamilan putrinya itu, sampai sekarang masih bergerak senyap.
“Tentu saja, bayi pasti harus dilahirkan. Hanya... apakah dia akan punya Ayah Ibu, itu tergantung performanya. Jika dia tidak bisa mendapatkan pengakuan dari Ayah dan Kakak, maka pria itu kubuang. Aku sendiri yang akan membesarkan bayi.”
"Liburan Romawi sang Putri seharusnya 7 hari, tapi dia kabur lebih cepat di hari ke-6."
"Putri, buat apa kau menyiksa diri seperti ini?" Lan Xin sakit hati melihat putrinya, memeluknya erat dalam pelukan. Rasanya baru kemarin dia masih anak kecil yang manja dalam pelukan, merengek padanya dan Lei Tingyu. Sekejap mata, sudah tumbuh jadi nona mandiri yang punya pendirian.
"Aku yakin, cinta yang belum diuji cobai, pernikahan yang belum saling menyesuaikan, tak akan langgeng. Berapa yang kau beri, sepadan harusnya dengan yang kau terima. Jenis kehidupan apa yang dia inginkan, segitu pula usaha yang harus dia beri. Mencintai seseorang tak boleh membuatku kehilangan batas dasar dan prinsipku."
Sekali pun sangat menyukai, tak akan berkompromi.
Dia sudah melakukan segala yang mampu dalam radius kemampuannya untuk Qian Qian.
Sekarang, seberapa jauh dia dan suaminya bisa melangkah, apakah ada masa depan, dia serahkan hak memilih padanya. Jika dia tak bisa mencapai tahap itu, dia pun tak akan menyerah.
Demi rumah tangganya, demi keluarga yang mencintainya, dia harus melakukan ini.
"Ibu percaya padamu, percaya kau bisa membuat pilihan tepat untuk hidupmu. Apapun yang kau lakukan, ingatlah bahwa Ayahmu, kedua Kakakmu, dan Ibu akan selalu menjadi tulang punggungmu. Apapun bentuk kerjasama yang kau butuhkan, kami tetap keluarga abadimu."
Lan Xin membelai rambut putrinya sambil mengungkapkan isi hati. Lian Lian berkaca-kaca matanya, hidungnya terasa asam. Dia terjun ke pelukan sang Ibu, memeluk erat-erat.
“Aku tahu, aku selalu ingat, aku adalah anak keluarga kami, aku bangga pada keluargaku.”
Ini adalah rumahnya, pelabuhan yang memberikan perlindungan dan perhatian selama bertahun-tahun, keluarga yang paling menyayanginya di dunia.
Jadi, jika Li Qianhen tidak mampu mendapatkan pengakuan dari keluarganya, dia sama sekali tidak akan menyakiti keluarga yang menyayanginya demi pria.
Meski sangat mencintai, harus tetap rela melepaskannya.
Jadi, Qian Qian, semangat Oh.
Lian Lian menatap awan di luar jendela sambil berbaring di pelukan ibunya, memikirkan pria yang disukainya. Matanya berkaca-kaca, tapi hatinya punya firasat.
Saat ini, dia pasti sedang terus berusaha.
Untuk masa depan bersama, harus saling menyemangati.
Dari luar pintu terdengar suara nyaring.
“Paman, sedang apa kamu berdiri di sini?”
Pintu terbuka. Gong Xiaoduo mengusap matanya sambil menatap paman Lei Tingyu yang berwajah serius. Apa matanya salah lihat tadi?
Paman yang selalu disegani seumur hidup dengan sebutan boss, seharusnya tidak mungkin menguping dengan cara pengecut seperti menempel di pintu... kan?
Boss Lei tetap membeku seperti biasa. Meski ketahuan baru saja menguping dengan tidak tahu malu di pintu, dia bisa berdiri tegak dengan anggun dan membeku.
Ekspresi wajahnya sangat tegang.
Seolah orang yang tadi menempel di pintu menguping percakapan ibu dan anak itu bukan dirinya.
“Datang main dengan Lian Lian?” tanya Boss.
“Ya, aku baru saja membuat karya menarik yang ingin kubagikan dengan Lian Lian——Om, bisakah kamu membantuku menyelidiki sesuatu? Akunku baru-baru ini dibekukan secara aneh. Bukannya kamu bilang peralatan komunikasiku dirancang sendiri olehmu dan pasti aman?”
