Bab 694 Istri Muda Raja 7 Hari (42)
Hujan di luar jendela semakin lebat.
Dari rintik-rintik hingga menjadi curahan deras.
Li Qianhen berdiri di tengah hujan, tak bergerak.
Seluruh pakaiannya basah kuyup.
Pengawal yang mengikutinya melihat Raja kehujanan, beberapa ingin memayungi Raja, tapi setelah Li Qianhen berkata sesuatu, mereka semua mundur.
Pada momen ini, tidak ada Raja. Hanya seorang pria biasa yang ingin memenangkan persetujuan ayah mertua.
Lian Lian berdiri di depan jendela, tangan memegang kertas lipat, terus melipat. Satu demi satu burung kertas seribu berbentuk dari tangannya.
Saat Lan Xin masuk, pemandangan inilah yang terlihat.
"Kamu sudah lama berdiri di sini. Jangan terlalu lama, tubuhmu bisa tidak kuat."
Lan Xin melihat botol plum asam di kepala ranjang Lian Lian. Saat datang pagi tadi masih satu kaleng, sekarang tinggal sedikit.
"Dia sudah berlama-lama menderita untukku, jarak terakhir ini, aku bisa temani dia."
Lian Lian sambil berkata, melipat yang terakhir dengan hati-hati, meletakkannya penuh kewaspadaan di dalam botol.
"Apakah dalam hati, diam-diam menyalahkan ayahmu?" Lan Xin baru kembali dari sisi Boss Lei, tidak mengizinkan putrinya, sengaja datang mengunjungi.
"Mana mungkin diam-diam."
Lan Xin menarik napas lega, "Sudah tahu kau pengertian——"
"Aku jelas-jelas memandang sinis dia, Bu, San Zhu Zi akhir-akhir ini, mulai sombong nih."
"Byur!" Lan Xin tertawa terbahak.
Boss yang bijaksana dan perkasa ini punya nama panggilan memalukan, San Zhu Zi, diberikan Lan Xin di masa lalu, entah bagaimana diketahui beberapa anak, kadang saat kesal dengan ayah, mereka memanggilnya diam-diam.
Mendengar tawa ibu-anak yang tak punya hati di dalam, Boss Lei di luar yang awalnya ingin mendorong pintu masuk, mendengar putrinya tidak memberi muka seperti ini, wajah Boss langsung pucat pasi, menengadah melihat dua putra tampannya, mata Boss menyipit, kembar keluarga Lei punggungnya merinding, ingin kabur pun sudah terlambat.
"Kalian berdua, kemarilah!"
Boss bersuara berat.
Lao Da dan Lao Er saling tatap, dalam hati menghela napas.
Ai, begini lagi!
Ayahmu selalu begitu, apapun yang adik lakukan tak pernah dimarahi, jika adik dan ibu yang bikin dia kesal, yang jadi korban pasti dua putra ini.
"Ayah, kami, sebenarnya bonus isi ulang pulsa dari Ayah dan Ibu ya?" Lei Tianlin bergumam.
Boss melototi mereka, dua kakak-beradik ini langsung jera.
Ibu sedang menemani putrinya mengobrol, Lei Tingyu bersama kedua putranya minum-minum sedih di ruang belajar.
Lafite tahun 82 dituangkan ke dalam tiga gelas anggur, ayah dan kedua anak masing-masing mendapat satu gelas. Di lantai bawah, pria yang berencana menikahi Lian Lian masih berdiri tegak di tengah hujan deras.
"Ayah, sudah cukup khan." Lao Er baru mulai bicara, langsung merasakan tatapan pedang dari ayahnya. Ia tak berani melanjutkan, mengangkat gelasnya untuk minum.
"Ayah, Xiao Feng sedang melakukan pemeriksaan." Sang kakak dengan cerdik menyelamatkan situasi, berhasil mengalihkan perhatian ayah yang sedang marah.
"Um?"
"Triplet, gender sementara belum bisa diperiksa. Ibu mungkin akan sibuk nanti." Lei Tianqi mengatakannya dengan wajah berseri-seri.
Tepat seperti dugaanku, Boss Lei yang sedang larut dalam kemarahan karena putri kesayangannya dikejar si brengsek itu mulai tenang.
"Pastikan dokter merawatnya dengan baik."
Kedua saudara itu saling pandang. Inilah ayah mereka, terlihat dingin tapi sebenarnya sangat baik pada setiap anggota keluarga.
Tiba-tiba, Lei Tianlin tertawa terbahak-bahak.
"Lagi gila apa sekarang?" tanya Lei Tianqi pada adiknya.
"Aku tertawa ingat waktu di pesta anggur perusahaan dulu. Kau suruh semua karyawan bertaruh jenis kelamin anakmu, ayah jadi bandar. Ada yang nebak laki-laki ada yang perempuan. Tapi tak ada yang benar - bandar menghabisi semua taruhan, ayah jadi kaya!"
Memang cerita yang cukup lucu.
“Lei Tianqi tertawa dibuat oleh adiknya, ‘Ayahmu mana mungkin kekurangan uang segitu. Kalau pemuda di halaman itu masih bertahan beberapa hari lagi, keluarga kita akan punya menantu raja, pasti semakin kuat seperti harimau bersayap.’”
“Lei Tianlin tiba-tiba menyadari, kakaknya juga sedang membela pemuda itu, dan caranya lebih cerdik dari dirinya!”
“Lahir beberapa menit lebih awal, memang berbeda.”
Namun, sang kakak yang cerdik itu juga dilototi dengan tajam oleh bos.
“Apa kamu pikir keluarga kita membutuhkan dia datang untuk menambahkan bunga di atas brokat?”
“Bukan begitu. Kalau Lian Lian benar-benar menikah, kami berdua sebagai kakak pasti akan memberikan mas kawin yang mewah. Kerjasama keluarga kita dengan Yan Xia juga pasti akan memberi diskon, membantu menarik GDP mereka, kita juga bisa untung.”
Perkataan Lei Tianqi terdengar sempurna tanpa cela, tapi intinya cuma satu: Lian Lian mungkin benar-benar akan menikah.
“Apa kamu yakin aku akan setuju si brengsek ini membawa pergi Lian Lian?” Lei Tingyu melirik Li Qianhen yang masih berdiri di tengah hujan.
Hujan sangat deras, angin mulai bertiup kencang. Malam ini terasa sangat dingin.
Orang biasa berdiri sebentar saja sudah tidak tahan, Li Qianhen sudah bertahan dari sore sampai malam.
“Kalau Ayah tidak setuju, dia tidak akan diizinkan berdiri di halaman.”
Memberi kesempatan, bukankah itu tanda Lei Tingyu sudah mulai melunak?
Bos meliriknya sinis, “Dasar mulut bawel.”
Lei Tianqi mengangkat gelas, bersulang dengan ayahnya.
Li Qianhen bisa melakukan hal sejauh ini demi Lian Lian, sebenarnya trio ayah-anak keluarga Lei sudah memiliki persiapan mental.
Dan reaksi Lian Lian juga diamati oleh trio ayah-anak itu.
Jika Lian Lian ngotot ingin pergi bersama Li Qianhen, mungkin masih lebih mudah diatasi.
Tapi sikapnya yang begitu tegas, dengan keras bersikukuh bahwa jika ayah dan saudara laki-lakinya tidak setuju, dia tidak akan menikah, membuat trio ayah-anak keluarga Lei mengerti bahwa Lian Lian benar-benar menyukai pria ini.
Meski sudah mempersiapkan mental untuk mengantar putri kecil mereka menikah, tapi ketika trio ayah-anak itu membayangkan orang yang akan menemani Lian Lian seumur hidup adalah si bocah luar itu, atmosfer minum anggur pun menjadi sesak.
Angin di luar semakin kencang, samar-samar ada tanda-tanda akan turun hujan es.
Boss Lei tidak hanya tidak menarik diri, malah memerintahkan kedua putranya.
"Awasi baik-baik, jika adikmu berani keluar, hentakkan si bocah ini pergi."
"Mau keluar kemana? Bukankah aku ada di sini?"
Lian Lian mendorong pintu, masuk ditemani Lan Xin.
Gerakan minum Boss Lei tersedak, seperti penjahat yang ketahuan basah.
"Bagaimana kamu bisa datang!" Boss Lei jelas menunjukkan kemarahan yang memuncak, sedang berbuat jahat tiba-tiba putrinya masuk.
Lan Xin melirik suaminya dengan geli, mengambil dua gelas dari rak anggur, "Mengapa dia tidak boleh datang? Sekalipun akan menikah, Lian Lian tetap anggota keluarga kita."
Lian Lian tersenyum nakal sambil berjalan mendekat, dari belakang Lei Tingyu dia memeluk leher ayahnya sendiri, persis seperti sikap manjanya waktu kecil.
"Ayah, kalian minum anggur kok tidak mengajakku?"
Menghadapi sikap manja putrinya, boss sangat tersanjung, tapi tetap berusaha tampil sombong.
"Hatimu sudah kabur bersama si bocah bau itu, untuk apa aku memanggilmu?"
Lan Xin menuangkan jus untuk diri sendiri dan putrinya sambil menutup gigi, "Aduh, tidakkah kalian merasa ini terlalu asam? Ada pria tua yang bahkan cemburu pada menantu laki-lakinya sendiri!"
Boss melototi dia dengan tajam.
Nyonya tua penghambur uang! Tunggu saja, nanti malam aku akan menuntut pertanggungjawaban darimu!
