BAB 005 MENJUAL DIRI
Percakapan antara Menteri dan Lin Shanshan terdengar sangat tidak senonoh, dia mundur ke samping menunggu. Sekitar lebih dari satu jam kemudian, pintu kantor menteri terbuka. Lin Shanshan terlihat berseri-seri dengan ekspresi menggoda, pakaiannya berantakan. Hanya dengan melihat penampilan Lin Shanshan saja sudah bisa membayangkan adegan apa yang baru saja terjadi di dalam kantor.
Lengan putih Lin Shanshan merangkul leher menteri, matanya berkilau seperti sutra sambil merayu, "Menteri, jangan lupa janji yang sudah Bapak berikan padaku."
Menteri mencubit pantat montok Lin Shanshan dengan keras, membuatnya merengek. Menteri tampak sangat puas, "Usaha Shanshan saya perhatikan. Tentu saya akan lebih mempromosikan karyawan berkompeten. Kamu harus terus semangat ya..."
"Hmm, Menteri jahat... Kaos kaki panjangku saja disobek, belum minta ganti rugi sama Bapak."
"Akan saya ganti, pasti saya ganti. Malam ini juga akan saya ganti."
Lin Shanshan dan Menteri masih mesra berpelukan cukup lama sebelum akhirnya berpisah. Sang Menteri jelas masih belum puas, harus diakui teknik Lin Shanshan memang luar biasa.
Menteri menarik kembali pandangannya, saat melihat Wu Yuxuan langsung kaget, "Wu... Wu Yuxuan, sudah berapa lama kamu di sini?"
Dia menjawab jujur: "Menteri..."
Menteri tidak terlalu khawatir dia akan membocorkan rahasia. Lagipula dialah pimpinan departemen penjualan, Wu Yuxuan tidak bisa berbuat banyak. Apalagi ini cuma hubungan office romance dengan karyawati yang sama-sama suka rela, atasan pun sulit menegur jika ketahuan.
"Menteri berpikir begitu lalu merasa rileks, 'Ada yang perlu dari saya?'"
"Ada sedikit urusan, Menteri. Bisa kita bicara di dalam kantor?"
Menteri mengizinkannya masuk. Saat memasuki kantor, dia sengaja menutup pintu kantor. Gerakan kecil ini saja sudah membuat hati Menteri mulai berdebar-debar. Perlu diketahui, sebelumnya setiap kali dipanggil, dia selalu menolak menutup pintu kantor. Kenapa hari ini tiba-tiba begini?
Menteri duduk di kursi kerjanya, "Katakan, ada keperluan apa."
Dia mendekati meja Menteri. Udara masih menyisakan bau mesum yang belum hilang, tempat sampah penuh dengan tisu. Dengan pandangan yang tak berkedip, dia langsung membuka topik, "Menteri, nenek saya sakit kritis butuh biaya pengobatan 500 ribu yuan."
"Sakitnya nenekmu apa hubungannya dengan aku!" Sungguh menggelikan, seolah dia dermawan. Menteri tiba-tiba memandanginya tajam, melihat keteguhan di matanya. Seperti tersadar sesuatu, dia bertanya mencoba, "Maksudmu ingin kuberikan proyek besar yang komisinya bisa 500 ribu?"
"Benar!"
Menteri tertegun. Ada apa dengan gadis ini hari ini? Dulu seberapa halus pun dia memberi isyarat tak pernah dimengerti, sekarang malah mengajukan sendiri. Tapi sejujurnya, gadis ini cukup menarik, matanya indah hidungnya mancung, yang terpenting masih perawan.
“Aura polos dan bersemangatnya memberikan kesan gadis tetangga yang bersih, meski secara keseluruhan tidak bisa melebihi Lin Shanshan, tapi bukankah orang sekarang suka mencoba sesuatu yang baru?”
“Kalau dia benar-benar berani ambil risiko, bukan hanya kontrak 500 ribu, bahkan jutaan atau puluhan juta bisa diraup.”
“Perempuan yang jadi nakal pasti kaya, bukankah itu tepat menggambarkan gadis polos macam dia?”
“Sejak pertama masuk perusahaan, Menteri sudah mengincarnya. Berbagai cara dicoba agar dia bisa berbaring di bawahnya sambil bernyanyi gembira seperti Lin Shanshan. Tapi karena sifatnya keras kepala yang tak bisa dirayu, Menteri akhirnya kehilangan kesabaran. Kini jika dia benar-benar mau menempuh jalan Lin Shanshan demi target penjualan, bukankah kesempatan untuk mencicipi keindahannya semakin dekat?”
“Baik untuk peningkatan kinerja perusahaan maupun kebahagiaan pribadinya, tak ada alasan untuk menolak membantunya.”
“Menteri mengobrak-abrik dokumen di meja kerja, akhirnya mengeluarkan daftar nama. Dengan pena ia menyalin kontak dan nama salah satu klien untuknya, 'Hubungi dia, bilang aku yang rekomendasikan. Aku sudah kasih harta karun tersembunyiku, jangan sampai mengecewakan!'"
“Tangannya terayun-ayun ragu sebelum akhirnya menerima kertas dari Menteri.”
“Ya! Justru karena jalan buntu dia datang mencari Menteri. Buat apa sekarang sok polos!”
“Menteri tenang, saya tidak akan mengecewakan.” Suaranya bergetar penuh tekad bagai prajurit yang menghancurkan periuk masaknya.”
