BAB 010 Kumohon, Lebih Cepat
Su Nanfeng perlahan membuka bra-nya, bulat putihnya merekah di depan matanya. Matanya semakin gelap, hasrat kuat mengalir deras ke bawah, seperti ingin meledak.
"Su Nanfeng, lepaskan aku! Apa yang kau inginkan sebenarnya?!"
Ia tersenyum sinis, "Kau kira aku menjadikanmu selirku hanya untuk temani makan-minum?" Tangannya menyusup ke 'taman rahasia'-nya. Rasa malu tak terkatakan membanjiri hatinya. "Su Nanfeng, kumohon berhenti! Sungguh ada orang di sini," rengeknya sambil terisak.
"Dia mencium bibirnya, menggesekkan bibirnya, menggulung lidahnya. Ciumannya yang dominan seolah ingin menghisap seluruh jiwa perempuan itu, menikmati manisnya dirinya."
"Mm..." Tangannya menahan pergelangan tangan pria itu, mencegah jarinya mengacaukan taman rahasianya. "Su Nanfeng, bisakah kita berhenti? Aku menyerah."
Tubuhnya gemetar tak henti karena sentuhannya, namun kejujuran tubuhnya membuatnya hampir gila. Ia menggigit bibir sekuat tenaga untuk menahan erangan.
Hatinya berdoa semoga tak ada pelayan yang masuk ke ruang makan. Jika ada yang melihat kondisinya sekarang, sungguh tak ada muka lagi untuk hidup.
Matanya menatap tubuhnya sendiri: kulit putih memerah kemerahan, rambut berantaian di tulang selangka seksi. Di bawahnya, payudara putihnya penuh bekas jemari kasar. Gaunnya tersingkap sampai pinggang, meski menutupi area paling intim, namun ia tahu bagian itu sudah basah dan berantakan.
Sementara pria itu tetap rapi, rambut tak sehelai pun berantak. Dari penampilan, jelas terlihat dialah yang memulai, bukan sang pria.
Pergelangan tangannya bergerak maju, menyentuh kelembapan. Bibirnya menggigit daun telinga perempuan itu, "Pembohong kecil. Bilang tidak mau? Reaksimu lebih liar dariku."
“Dia benar-benar tidak menyangka tubuhnya begitu sensitif. Kalau bukan karena malam itu dia merebut keperawanannya, dia pasti mengira gadis ini sudah berpengalaman di ranjang.”
Bibirnya melengkung nakal, “Berikan padaku.”
“Aku tidak mau, tidak mau.”
Suara resleting terkoyak. Saat menunduk, dilihatnya Xiao Susu yang sudah membengkak dan hampir tak tertahan itu akhirnya dibebaskan.
Xiao Susu tegak berdiri siap meluncur. Tangannya menggenggam tangan kecilnya dan menaruhnya di atas Xiao Susu. Desahan beratnya menggema, “Yu Xuan, tolong aku...”
Kepalanya menggeleng tak henti, tapi mana mungkin dia memberi kesempatan untuk menolak. “Penipu kecil yang suka menyangkal.”
Tangannya digerakkan menggenggam Xiao Susu, diayunkan naik turun tanpa henti. Rintihan erotisnya menusuk gendang telinga, memicu gelora hasrat yang menggelegak dalam tubuhnya.
“Su Nanfeng, jangan... berisik lagi!” Tangannya menutup mulut pria itu, takut dirinya tak bisa menahan diri.
Lidahnya menjilat telapak tangan membuatnya kaget menarik kembali. “Sayang, aku diam. Sekarang giliranmu yang bersuara.”
“Aku tidak...” Tubuhnya lunglai bertumpu pada dekapan pria itu. “Su Nanfeng, jangan... hentikan...”
“Baik, aku tidak akan berhenti.” Jarinya bergerak semakin cepat, mengguncang tubuhnya dengan getaran tak terbendung. Cairan deras membanjir dari liangnya bagai air bah yang meluap tiba-tiba.
"Wajahnya memerah, dia benar-benar kalah dari pria ini. Tak disangkanya ternyata pria ini begitu tebal muka, tidak hanya terus memaksanya meski sudah ditolak, bahkan sengaja memelintir makna perkataannya."
Dia sama sekali bukan lawannya, tak bisa melawan, akhirnya menyerah total. "Su Nanfeng, kalau mau cepat selesaikan."
Karena tak bisa menghindar dari godaannya, lebih baik cepat akhiri adegan ini. Dia benar-benar tak ingin ada yang melihat.
"Baik, tapi kau harus merengek padaku."
Dia menggigit gigi, mengumpulkan keberanian besar. "Aku mohon, cepatlah, cepat..."
Hanya Tuhan yang tahu betapa besar penghinaan yang harus ditahannya.
Tiba-tiba, hantaman dahsyat seakan hendak merobeknya... Dia masuk begitu saja...
