Chapter 012 Tergantung Penampilanmu
Ngomong-ngomong, Wu Yuxuan sepertinya ingat Xia Tian pernah menggosipkan Su Nanfeng, katanya dia punya tunangan...
Air matanya tiba-tiba mengalir tanpa sebab, entah mengapa menangis, hanya merasakan kesedihan yang sangat dalam... Malam yang panjang ini hanya ditemani tangisannya hingga tertidur.
Sinar mentari pagi menyelinap masuk. Ketika Wu Yuxuan membuka mata, langit sudah terang benderang. Melihat jam, ternyata sudah pukul 10 lebih. Biasanya dia bangun pukul 7:30, tapi semalam Su Nanfeng benar-benar membuatnya kelelahan, kelopak mata terasa berat seperti tertindih.
Setelah mandi dan membersihkan diri, saat mengambil ponsel terlihat banyak pesan suara WeChat dari Xia Tian. Ia memainkannya, suara Xia Tian mengalun: "Yuxuan, kenapa kamu tiba-tiba izin tidak masuk? Sebenarnya ada masalah apa?"
“Yuxuan, ada apa denganmu? Sebenarnya kenapa? Kenapa nomormu tidak terdaftar?”
“Yuxuan, balas pesan suaraku, jangan buat aku khawatir.”
Wu Yuxuan setelah mendengar pesan suara Xia Tian langsung membalas: “Xia Tian, jangan khawatir, aku baik-baik saja. Karena nenekku mau operasi, jadi aku izin cuti dari perusahaan. Tenang, satu bulan lagi aku kembali. Aku masih ingin jadi juara penjualan, nanti aku traktir kamu jalan-jalan.”
Wu Yuxuan memaksakan diri berpura-pura baik-baik saat mengirim SMS ke Xia Tian. Setelah menghubungi layanan pelanggan, baru tahu kartu SIM-nya diutak-atik orang. Tak perlu tanya, pasti ulah Su Nanfeng.
Apakah Su Nanfeng ingin menjadikannya hewan peliharaan yang dikurung?
Tapi bukankah ini syarat yang dia terima sendiri? Asalkan dia bisa menyelamatkan nenek, biarlah.
Wu Yuxuan turun ke lantai satu. Di meja makan ruang tamu sudah ada sarapan yang disiapkan pelayan. Entah sugesti diri atau tidak, dia merasa tatapan para pelayan di rumah ini aneh.
Dia menatap pelayan yang berdiri siaga di sampingnya, bertanya: “Tadi malam, apa kamu dengar suara aneh?”
Pelayan berpikir sejenak, geleng kepala. “Tidak dengar.” Seolah ingin meyakinkannya, pelayan berkata: “Kami pekerja kasar lelah seharian, tidur cepat. Tidak tahu apa yang terjadi.”
Benarkah?
Wu Yuxuan setengah percaya setengah ragu, merasa pelayan pasti mendengar suara. Begitu teringat perbuatan gila semalam di ruang makan bersama Su Nanfeng, pipinya memerah tak terkendali.
Ada apa, detak jantungnya tiba-tiba cepat sekali.
Setelah sarapan, Wu Yuxuan memangkas tanaman di taman vila. Sinar matahari hangat menyinari tubuhnya, menciptakan perasaan nyaman yang indah.
Klik!
Klik!
Klik!
Tiga kali jepretan kamera berturut-turut mengabadikan momen Wu Yuxuan sedang merawat tanaman.
Wu Yuxuan sama sekali tidak tahu badai opini publik sedang menantinya.
Baru bangun dari tidur siang, Wu Yuxuan menerima telepon dari rumah sakit. Dokter mengatakan operasi neneknya bisa dilakukan besok. Mendengar kabar baik ini, ia sangat senang. Su Nanfeng ternyata menepati janji - ia menerima syarat kontrak, dan dia tidak lupa janjinya mengatur operasi untuk neneknya.
Setelah kegembiraan awal, Wu Yuxuan kembali merenung. Bisakah ia menghadiri operasi besok? Bagaimana jika Su Nanfeng melarangnya keluar?
Hatinya terus gelisah. Setelah makan malam, ia menunggu di sofa ruang tamu. Tidak yakin apakah Su Nanfeng akan pulang malam ini, tapi tetap harus mencoba menunggu.
Hampir menjelang subuh, akhirnya terdengar suara mobil masuk ke halaman. Kakinya menyentuh sandal dan bergegas keluar, persis melihat Su Nanfeng turun dari mobil.
“Hari ini Su Nanfeng mengenakan setelan jas mahal yang sangat tampan.” Perempuan itu berjalan mendekat dan mengambil jasnya, bertanya, “Kenapa pulang terlambat? Sudah makan belum?”
Su Nanfeng agak terkejut, dia memandangnya, “Hari ini kok perhatian sekali padaku?”
Dia tidak berkata-kata, mengikutinya masuk ke ruang dalam.
Baru saja masuk ke ruang dalam, dia langsung ditarik oleh Su Nanfeng. Jari pria itu mengelus lembut pipinya, “Bilang, ada rindu padaku?”
Wu Yuxuan tetap diam.
Pria itu justru tersenyum, “Diam lagi? Tidak manis sekali, ke mana mulut manismu tadi?”
Dia meringkuk dalam pelukannya, mendengar detak jantungnya yang memberi rasa aman, “Hari ini rumah sakit menghubungi, nenekku bisa dijadwalkan operasi besok.”
“Hmm.” Tentu saja dia tahu karena dialah yang mengatur.
Wu Yuxuan menatapnya, “Besok nenekku operasi, bolehkah aku menunggu di rumah sakit? Kau tahu hanya nenek satu-satunya keluarga yang kupunya...”
“Oh? Hanya nenekmu satu-satunya keluarga?!”
“Tentu!” Jawabnya cepat dengan suara keras. Di dunia ini hanya neneknya satu-satunya keluarga, sisanya tidak ada hubungan apa-apa!
Su Nanfeng mencengkeram dagunya, “Kalau aku? Aku siapa bagimu?”
“Kau bosku, Direktur Su.”
Jarinya mengencangkan cengkeraman, “Yakin?”
“Yakin.”
Su Nanfeng tidak mendengar jawaban yang ingin dia dengar, semakin keras mencubit dagu wanita itu, sama sekali tidak takut tulang rahangnya hancur. "Aku hanya bosmu?"
Wu Yuxuan hendak menyerah lagi, berkata dengan suara gemetar: "Kamu adalah lelakiku."
Seketika, Su Nanfeng akhirnya melepaskannya. "Ingat, aku lelakimu. Kalau ada permintaan, harus tunjukkan performamu."
"Aku akan siapkan air mandi dulu." Dia melepaskan diri dari pelukannya dan berlari ke lantai dua.
Su Nanfeng memandang punggungnya yang kabur, mata menyipit. Bergumam: "Si penipu kecil, kau pikir bisa kabur?"
......
