Chapter 015 Sayang, Kali Ini Giliranmu
Saat Su Nanfeng selesai mandi dan keluar, Wu Yuxuan sudah tertidur pulas di tempat tidur. Dia mengganti piyama baru yang juga dibeli Su Nanfeng - sengaja memilih bahan renda tipis transparan yang membungkus tubuhnya yang sempurna.
Su Nanfeng menindih tubuhnya, mencium dahinya, pipi, dan bibirnya. Dalam tidurnya, Wu Yuxuan hanya merasa ada yang menyentuh. Mengira ini mimpi erotis lagi, dia bergumam dalam mimpi, "Su Nanfeng, jangan lagi... aku lelah."
Jari Su Nanfeng yang sedang membuka kancing baju mendadak berhenti. Melihat perempuan kecil yang tertidur lelap itu, hatinya dipenuhi penyesalan.
Memang, sudah terlalu banyak kali mengambilnya. Tubuh mungilnya mana bisa menahan ini semua.
Su Nanfeng berguling ke sampingnya dan memeluk tubuh perempuan itu. Biarkan dia tidur nyenyak dulu malam ini.
Karena Su Nanfeng membiarkannya, Wu Yuxuan tidur nyenyak sampai pagi. Dia mengusap mata yang masih mengantuk, menggeliatkan badan, tapi tangan yang terulur tiba-tiba menyentuh seseorang.
Dia langsung duduk terkejut. Ternyata Su Nanfeng!
"Kamu-kamu~~ Kok bisa ada di tempat tidurku?!"
Su Nanfeng meraih dan menariknya turun, membiarkan kepalanya bersandar di dadanya. Lengan panjangnya melingkari pinggangnya mencegah kabur, "Aku suamimu, bukankah seharusnya tidur bersamamu? Lagipula... ini ranjangku."
“...”
Wu Yuxuan tak bisa membantah. Setelah beberapa saat bersandar di dadanya, berkata, "Tuan Su, saya harus bangun. Tolong lepaskan."
"Sudah cukup tidur?" Suaranya yang baru terbangun terasa berat dan menggoda, mengandung buaian sensual.
"Ya, sudah." Hari ini hari operasi nenek, dia harus menjaga kondisi tubuh.
Hampir bersamaan dengan ucapannya, pandangannya berputar saat tubuhnya didorong ke ranjang. Badan Su Nanfeng menindihnya, senyum menggoda merekah, "Kalau sudah cukup istirahat, mari lanjutkan urusan semalam yang belum selesai."
Wu Yuxuan paham maksud Su Nanfeng. Jantungnya berdebar, kedua tangan mendorong dada pria itu, "Tuan Su, tidak ada urusan yang tertunda semalam."
"Tidak ada?" Alis Su Nanfeng mencuat, "Jika kau lupa, aku bisa bantu mengingatkan. Semalam kau memandikanku, lalu tanganmu..."
Ucapan Su Nanfeng memaksanya mengingat kejadian semalam. Dememi bisa menjenguk nenek di rumah sakit, dia sengaja memancingnya sampai... hm... tak terpuaskan.
"Tuan Su, Anda berjanji mengizinkan saya menjenguk nenek hari ini. Jangan ingkari janji."
“Tentu tidak.” Su Nanfeng tidak pernah melupakan ucapannya sendiri, apalagi membohongi seorang wanita. Tapi hutang Wu Yuxuan padanya harus dibayar lipat ganda plus bunga. Tanpa memberinya pelajaran, dia akan menganggapnya mudah ditipu.
“Operasi nenekmu dijadwalkan jam 2:30 sore. Masih ada waktu.”
“Tidak... Mm...” Kata-kata Wu Yuxuan tertahan oleh bibir Su Nanfeng yang menyumbat mulutnya.
“Hmm...” Rintihan manja Wu Yuxuan terdengar lebih seperti ekspresi nikmat daripada penolakan.
Dengan mahir Su Nanfeng melepas pakaiannya. Ia menarik tangan kecilnya, “Yuxuan, bantu aku membuka baju. Cepat.”
Wu Yuxuan tersiput merah. Tangannya gemetar melepaskan pakaiannya. Pipinya dipalingkan, tak berani menatap.
Su Nanfeng mencium dahinya yang mulus, “Gadis baik, gadis manisku. Kau tahu harus bagaimana selanjutnya?”
Wu Yuxuan menggeleng, lalu mengangguk.
“Kalau sudah tahu, tunjukkan padaku, ya?” Su Nanfeng menggigit cuping telinganya, hembusan nafas panasnya membakar kulitnya.
Wu Yuxuan merasakan dorongan dalam diri yang seolah meneriakkan hasrat, tangannya meraih ke arahnya. Ujung jarinya menyentuh lembut otot perutnya, perlahan-lahan, telapak tangan mungilnya menempel di bidang otot itu.
Setelah menempel, tangannya diam tak bergerak. Su Nanfeng membimbingnya: "Sayang, meraba ke bawah."
Pikiran Wu Yuxuan seolah dikendalikan oleh Su Nanfeng. Tanpa perlawanan, ia hanya bisa menuruti setiap instruksi pria itu.
Tangan mungilnya terus merayap turun, berkeliaran di tepi hasratnya. Su Nanfeng menarik napas dalam, menahan gejolak yang hampir meledak: "Gadis baikku, bantu aku..."
Wu Yuxuan menggigit bibir: "Direktur Su, aku takut..."
"Jangan takut, dia baik. Tidak akan menggigit."
Tangan Su Nanfeng menggenggam tangannya menutupi hasrat yang membara. Pikirannya kosong, tak tahu harus berbuat apa.
Telapak tangan pria itu membimbing gerakan tangannya naik-turun. Setelah lama, genggaman dilepas, seolah ia telah memahami esensi gerakan ini.
Kepintarannya membuat Su Nanfeng berdecak kagum: "Gadis baikku, kau luar biasa. Langsung bisa menirunya."
Jari Su Nanfeng meluncur dari leher putih rampingnya menyusuri tulang selangka. Sentuhan magisnya meninggalkan denyut listrik yang merambat ke otak. Ujung jarinya terus meluncur lembut, akhirnya berhenti di alur lekuk tubuh yang memikat.
“Gadis baik, kau benar-benar cantik.” Tangan Su Nanfeng terbuka, lalu menggenggam dengan lembut, membuatnya menarik napas dalam-dalam.
Su Nanfeng sangat puas dengan reaksinya. Kedua tangannya meraih pinggangnya, mengangkat tubuhnya hingga posisi mereka terbalik - dia di atas, pria itu di bawah.
“Gadis baik, kau yang terhebat.” Tubuh Wu Yuxuan bergetar halus, di telinganya bergema kata-kata menggoda Su Nanfeng.
Su Nanfeng merangkul pinggulnya yang mungil mendorong maju-mundur, terkadang menggesekkan kehangatannya dengan tekanan ringan maupun kuat. Gelombang sensasi kuat menerpa otaknya, perlahan dia tak ingin berhenti di sini, dia menginginkan lebih...
Wu Yuxuan menggigit bibirnya, menahan kerinduan di hatinya. Dia menunduk mencium bibirnya, mengajaknya menari bersama.
Ciuman Su Nanfeng lebih kuat dan dominan, baru melepaskannya saat napasnya mulai sesak. “Sayang, lalu apa?”
“Aku... aku tidak tahu.”
“Cari sendiri jalannya.”
Jelas, Su Nanfeng tak berniat memberitahunya.
Wu Yuxuan panik. Tanpa tahu harus berbuat apa, dia mengingat-ingat cara Su Nanfeng memperlakukannya sebelumnya. Pipinya memerah, tangan mungilnya tak henti meraba dada pria itu.
Seluruh tubuh Su Nanfeng menegang. Belum pernah dia membiarkan wanita lain memperlakukan dirinya seperti ini. Ekspresi Wu Yuxuan yang setengah mengerti justru membangkitkan hasratnya yang membara.
Dahi pria itu dipenuhi butiran keringat yang rapat-rapat, tak tahu apakah wanita ini ingin menyenangkannya atau justru menyiksanya, membuatnya semakin tak nyaman.
Jelas, ia juga tak mau berpuas diri dengan keadaan ini.
Kedua tangannya menopang pinggang wanita itu, dengan perlahan mengangkat tubuhnya hingga yakin lubang basahnya cukup merangkul penisnya, lalu melepaskan pegangan.
Tubuh Wu Yuxuan yang kehilangan tumpuan tangan Su Nanfeng terjatuh, dalam seketika lubang basahnya yang lembab terisi penuh.
"Hmm—!" Wu Yuxuan hampir tak sanggup menahan gairah.
