Bab 016 Olahraga Pagi
Tubuh Wu Yuxuan yang kehilangan tumpuan tangan Su Nanfeng terjatuh, dalam seketika lubang basahnya yang lembab terisi penuh.
"Hmm—!" Wu Yuxuan hampir tak sanggup menahan gairah.
Tubuh Wu Yuxuan terguncang-guncang di bawah genjotan Su Nanfeng, beberapa kali hampir terjatuh. Tangan mungilnya melambai tak karuan, dalam kepanikan menemukan tangan pria itu. Jari-jarinya menyelipkan diri di antara jari-jari Su Nanfeng, hanya dengan berpegangan pada jemari pria itu tubuhnya bisa stabil.
Putaran putih Wu Yuxuan bergoyang mengikuti ritme genjotan Su Nanfeng, membentuk kurva terindah di dunia yang terus menerjang indra penglihatannya.
Pose di atasnya bertahan selama dua puluh lebih menit. Akhirnya tak kuasa menahan, tubuhnya roboh di dada Su Nanfeng. Wajah mungilnya menyembul di lekuk bahu pria itu, "Tuan Su... aku tak punya tenaga lagi. Aku tak sanggup."
“Su Nanfeng memeluknya, pinggangnya melengkung ke atas, menggantungkan seluruh tubuhnya di badannya. Posisi ini memudahkannya untuk mengerahkan tenaga, sementara dia terus menerima dorongan-dorongan kerasnya.”
“Hmm…”
Su Nanfeng dengan leluasa mengatur ritme gerakannya.
Wu Yuxuan pertama kali merasakan kepuasan yang begitu mendalam, tanpa sadar semakin erat memeluk Su Nanfeng.
Dia tahu dirinya sudah hancur, dia jatuh cinta pada pria di hadapannya ini.
Mencintai sikap otoriternya, kekuatannya yang dominan, bahkan lebih menyukai adegan-adegan ketika dia menyiksanya di ranjang.
Tapi mengapa harus pria ini? Dengan statusnya, pantaskah dia berdiri di sampingnya?
Semakin dipikirkan, mata Wu Yuxuan mulai berkaca-kaca. Su Nanfeng merasakan kelembaban hangat itu, tertegun, “Gadis manis, ada apa?”
Su Nanfeng mengira dia menyakitinya, segera menghentikan gerakannya.
“Tidak apa, hanya teringat nenek.”
Dia pengecut, tak berani mengakui perasaannya.
Seolah tak puas dengan penghentiannya, dia melengkungkan tubuhnya ke arahnya, menawarkan payudara putih bulatnya ke mulut pria itu. Dengan senang hati Su Nanfeng menyambutnya dengan ciuman.
Lama kemudian, dia melepaskannya dengan senyum nakal, “Tak kira sang permata begitu mahir bermain. Kalau begitu, aku harus rela mengorbankan diri untuk menemanimu!”
Dalam sekejap, Wu Yuxuan terjungkal di bawah tubuh Su Nanfeng. Dia menemukan posisi paling optimal untuk mengerahkan tenaga, mulai menghantam tanpa ampun seolah ingin meremukkan jiwa wanita itu.
“Wu Yuxuan menahan gempurannya yang terus-menerus, ia merasa tulang pinggangnya hampir patah. Ia menggelengkan kepala sambil merengek, 'Su Nanfeng, jangan terlalu cepat, aku... aku tidak sanggup.'”
“Sayang, tadi kamu begitu lihai bermain, tentu aku harus berusaha lebih keras.” Sambil berbicara, ia memutar tubuhnya dan membaringkannya tengkurap di tempat tidur. Kedua tangannya mengangkat pantatnya, ia berlutut di depannya dan menghujam keras sekali lagi, menusuk sampai ke dalam tanpa sisa.
Posisi seperti ini terlalu memalukan, Wu Yuxuan tidak tahan. Namun rangsangan yang diberikan Su Nanfeng terlalu kuat, selain mengerang dan merintih manja, ia tidak bisa mengucapkan satu kalimat utuh pun.
“Su Nanfeng, bisakah kita berhenti? Aku benar-benar tidak sanggup lagi.”
“Gadis baik, setelah berkali-kali seperti ini, kamu harusnya sudah tahu daya tahanku.”
Ya, ia sangat paham daya tahan Su Nanfeng. Setiap kali tidak menyiksanya sampai hampir mati, dia tidak akan berhenti. Tapi Wu Yuxuan benar-benar tidak tahan dengan siksaan bertubi-tubi ini. Tubuhnya lunglai di tempat tidur, tak ada lagi tenaga untuk menopang.
Su Nanfeng mengangkat tubuh Wu Yuxuan dan mendudukkannya di pangkuannya. Kedua tangan wanita itu merangkul lehernya, melanjutkan gerakan yang belum selesai.
“Hiks... Su Nanfeng, brengsek kamu, kamu~~ ah~!”
Su Nanfeng berkata: “Aku hanya brengsek padamu, kamu juga suka kan?”
Wu Yuxuan menggelengkan kepala, bersikeras menyangkal, “Tidak, tidak...”
“Si pembohong kecil, mulut dan hati tidak sesuai lagi.” Setelah berkata demikian, Su Nanfeng kembali menyerang dengan keras, “Kamu benar-benar peri kecil yang menyiksa, aku hampir kering dibuatmu.”
“Aku tidak.”
“Tidak? Bukankah tadi kamu yang aktif merayuku?”
Pengingat Su Nanfeng membuat hati Wu Yuxuan berdebar. Memang tadi dia yang memulai, tapi... tapi... alasannya karena jatuh cinta, ingin tenggelam dalam pelukannya, ingin mendapat kasih sayangnya. Tapi bagaimana perasaannya?
Apakah perasaannya padaku juga sama?
Atau murni hanya hubungan kontrak?
Wu Yuxuan tidak tahu. Dia selalu begitu misterius, sampai-sampai dia sama sekali tidak bisa memahami perasaannya.
