Bab 19 Bab 019 Tawanan Cinta dan Belenggu Nafsu

　　　　Bab 019 Tawanan Cinta dan Belenggu Nafsu 　　　　Dalam kondisi setengah sadar, Wu Yuxuan merasakan sepasang tangan kasar mengelus seluruh tubuhnya. Ia merintih tidak nyaman, membuka mata lelah. Kamar tidur sunyi dengan tirai tebal tertutup rapat, menghalangi cahaya luar. Lampu kamar pun mati, kegelapan yang mencekam membuatnya merinding. 　　　　Dia menggerakkan tubuhnya, namun tiba-tiba menyadari kedua tangannya terikat. Wajah kecilnya dipenuhi ketakutan sambil berteriak, "Tolong... tolong aku..." Tubuhnya menggeliat putus asa di atas tempat tidur empuk, tiba-tiba sebuah tangan besar menyentuhnya dalam kegelapan. 　　　　Wu Yuxuan menjerit ketakutan, tubuh mungilnya gemetar, "Siapa kamu?!" 　　　　Pemilik tangan besar itu tidak menjawab. Tangannya menjelajahi tubuhnya dengan lembut, lalu menariknya tiba-tiba ke dalam pelukan. 　　　　Mata besar Wu Yuxuan membelalak penuh kengerian dan keputusasaan, tubuhnya gemetar tak terkendali, "Kamu ini siapa?!" 　　　　"Sepertinya ingatanmu tentangku masih kurang mendalam." 　　　　Begitu suara itu terdengar, Wu Yuxuan langsung mengenalinya sebagai Su Nanfeng. 　　　　Tangan Su Nanfeng menekan bahunya untuk melumpuhkan perlawanan. Dadanya yang keras seperti besi menggesek payudaranya, napas panasnya membakar kulit lembut di belakang telinganya. 　　　　"Su Nanfeng, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" 　　　　Tubuh Su Nanfeng menindih ke depan dengan mudah, mengurung tubuh rapuhnya di bawahnya dalam lingkaran aura gelap yang menyengat. 　　　　Tubuh Wu Yuxuan gemetar hebat, "Lepaskan aku... lepaskan aku..." 　　　　“Kecuali aku mati!” Teriak pria yang menindihnya, mengunci kaki panjangnya yang meronta dengan kaki panjangnya sendiri. Ia menunduk dan mencium dengan kasar bibir mungilnya yang menggoda. 　　　　Lidah naga yang otoriter merangsek ke dalam mulutnya, menyapu setiap sudut rongga mulut tanpa menyisakan setetes manis. Gigitan hukamnya terasa sakit... 　　　　Amarah Su Nanfeng yang membara perlahan berubah menjadi keinginan untuk menguasai dan merobeknya. Tangannya yang besar merobek kerah baju wanita itu, menarik paksa bra di dadanya hingga dua gumpalan salju putih nan lembut terpampang. 　　　　Saat bra terlepas, Wu Yuxuan merasa kehilangan pelindung. Secara refleks ia ingin menutupi diri dengan tangan, tapi sadar tangannya terikat. Dalam gelap ia tak bisa melihat wajahnya, tapi bisa merasakan sorot matanya yang membara, seolah ingin menghanguskannya. 　　　　Tangan Su Nanfeng mencengkeram salah satu buah lembutnya, membungkusnya dalam genggaman panas. Tubuhnya mengkerut, suara rintihan keluar dari bibirnya. Tak hanya menyerang payudaranya, jemarinya merangsek ke tempat tersensitif, mengusik rerumputan, meluncur di celah pantat, memainkan mutiara giok. 　　　　Bagaimana Wu Yuxuan bisa menahan penghinaan seperti ini dari Su Nanfeng? Dia menangis tersedu-sedu, kedua tangan yang diikatnya mengepal dan berusaha melepaskan diri dengan keras. Bekas merah dari ikatan tali di pergelangan tangannya semakin jelas saat dia terus meronta. Namun Su Nanfeng malah mengigit puncak payudaranya yang menjulang dengan bibirnya. Saat sentuhannya menyentuh "puncak salju" itu, tubuhnya seperti tersengat listrik, menimbulkan sensasi aneh yang memuncak. Perut bawahnya mengencang tiba-tiba, cairan hangat mengalir keluar. 　　　　"Lepaskan... lepaskan aku..." Tubuh Wu Yuxuan terus menggigil, suaranya sudah serak karena terus berteriak. Tapi pria di atasnya sama sekali tidak berniat berhenti.