CHAPTER 024 BADAI OPINI PUBLIK
Setelah diperlakukan kasar oleh Su Nanfeng dalam waktu lama, Wu Yuxuan benar-benar kehilangan kesadaran. Yang dia tahu hanyalah saat terbangun, tubuhnya sudah bersih - dialah yang membersihkan semua bekas di tubuhnya.
Dengan mata bengkak kemerahan, Wu Yuxuan melihat jam weker di meja samping tempat tidur. Sudah lewat tengah malam pukul dua lebih. Perutnya keroncongan. Sambil memegangi pinggang rampingnya yang pegal, dia turun dari tempat tidur dan pelan-pelan menuruni tangga menuju dapur.
Masih ada makanan yang dihangatkan di kompor. Wu Yuxuan yang kelaparan langsung menyantap dua mangkuk nasi penuh. Setelah kenyang, dia kembali ke tempat tidur. Dengan kondisi tubuhnya sekarang, mungkin butuh tidur tiga hari tiga malam baru bisa bangun.
Tapi kenyataan seringkali jauh lebih keras. Baru saja terlelap, Wu Yuxuan mendengar suara mobil masuk ke halaman. Tubuhnya gemetar - dia kembali!!
Sejujurnya, Wu Yuxuan sekarang sangat takut pada Su Nanfeng. Bukan karena sikap dinginnya, tapi karena takut amukannya yang membuatnya tersiksa. Dia benar-benar tidak sanggup lagi, tubuhnya sudah mencapai batas.
Wu Yuxuan masih terpaku dalam ketakutan "Su Nanfeng kembali", sampai tidak menyadari pintu kamar terbuka. Sosok tinggi berdiri di samping tempat tidur, menatap wanita kecil yang linglung itu. Suara beratnya bergema, "| Memikirkan apa? Apakah sedang mengingat-ingat cinta dalamku padamu?"
“Wu Yuxuan tersadar, menatap lelaki tinggi besar yang berdiri di sisi tempat tidur, dia membuka mulut dengan suara lemah: "Bukan... Aku hanya sedang berpikir... sedang berpikir..."”
“Katakan, sedang memikirkan apa?”
Wu Yuxuan menggerakkan bibirnya, menjawab: "Memikirkan apakah kau akan melepaskanku malam ini."”
Hal ini justru membuat Su Nanfeng sedikit terkejut, dia bertanya: "Bagaimana pendapatmu?"
Wu Yuxuan memiringkan kepalanya, "Apakah kau akan bermurah hati melepaskanku?"
Su Nanfeng tidak memberinya jawaban pasti, duduk di tepi tempat tidurnya sambil melepas jas dan sepatu. Kakinya yang panjang terentang di atas kasur, menatap gadis kecil yang gemetar ketakutan seperti kucing. Sudut bibirnya menegang: "Di hatimu, aku ini setan?"
Harus!!!
Wu Yuxuan sangat ingin melontarkan pikiran aslinya, tapi kata-kata itu masih belum sempat keluar dari mulutnya. Berani mengucapkan kalimat itu? Pasti dia akan mencabik-cabiknya!
Tangan Su Nanfeng menepuk-nepuk pahanya, "Baiklah, duduk sini. Naik ke sini."
Wu Yuxuan menggelengkan kepala ingin menolak, tapi sepertinya dia tidak punya hak untuk menolak. Akhirnya bertanya: "Apakah kau tidak akan melepaskanku?"
"Duduk sini!"
Tubuh Wu Yuxuan bergetar. Dia terlalu memahami lelaki ini - diktator, dingin, tidak mengizinkan siapapun melawan keinginannya. Ketidaksabaran barusan sudah menjadi batas toleransi terakhirnya. Jika berani menentang, akibatnya pasti mengerikan.
Wu Yuxuan mengumpulkan keberanian dan duduk di pangkuannya, "Tuan Su, kau..."
"Sudah makan?"
“Ha?” Wu Yuxuan tertegun, tidak menyangka Su Nanfeng justru menanyakan hal ini, ia menjawab: “Sudah makan.”
“Hm!”
Lalu, keheningan yang berkepanjangan menyelimuti.
Wu Yuxuan merasa heran, benar-benar tidak bisa memahami watak pria ini, ia mencoba membuka pembicaraan: “Direktur Su...”
“Hn.” Sebuah suara tunggal menjadi responnya.
“Apa maksudmu ini?”
Su Nanfeng tiba-tiba menarik lengannya dengan kasar, karena tenaga yang terlalu besar dan tak terduga, dahinya membentur dada pria itu. Seketika, suaranya menggema dari atas kepalanya, “Bukannya memohon agar aku jangan?”
Wu Yuxuan menatapnya dengan bingung, bertanya ragu: “Jadi... malam ini tidak jadi dilakukan?”
“Kecewa?”
“Tidak-tidak, sama sekali tidak!” Justru ini yang sangat diharapkannya, mana mungkin kecewa, “Kalau begitu Direktur Su, bolehkah saya turun?” Meski pria itu benar-benar mengurungkan niat, namun duduk di pangkuannya tetap terasa agak mes1um, ia tak bisa menjamin apakah nantinya hasratnya tidak tiba-tiba muncul lagi.
Kaki Su Nanfeng tiba-tiba bergerak, sengaja menekan area sensitifnya hingga membuatnya gemetar sesaat, lalu berkata: “Turun dan berbaringlah.”
Seperti mendengar amnesti, Wu Yuxuan segera turun dari pangkuan Su Nanfeng dan berbaring patuh di sampingnya.
Tubuh Su Nanfeng bergerak, dia mengira dia menyesal, segera siaga penuh. Tapi tak disangka dia malah turun dari tempat tidur dan memakai sepatu, berkata: "Kamu tidurlah nyenyak, malam ini aku tidak menginap di sini. Sekarang kamu bisa tenang."
"Baik."
Su Nanfeng meninggalkan kamar tidur setelah dia menjawab "baik". Hanya setelah mendengar suara mobilnya meninggalkan kompleks, barulah dia yakin dia benar-benar pergi. Perasaan kehilangan yang tak terungkap mulai tumbuh di hatinya, menyapu seluruh relung jiwanya.
Tak bisa dijelaskan, sebenarnya apa yang dia harapkan...
Setelah malam itu meninggalkan vila, Su Nanfeng tak pernah kembali. Sudah dua minggu lebih tidak terlihat. Wu Yuxuan bingung: Bukankah dia bilang akan menemaninya sebulan? Kok bisa hilang dua minggu?
Perasaan hampa mulai menyergap hati Wu Yuxuan. Apakah ini karena merindukannya?
Kerinduan Wu Yuxuan tumbuh sedikit demi sedikit. Dia merasa hampir gila.
Untuk mengalihkan perasaan, dia membuka komputer dan mulai berselancar di internet. Tiba-tiba sebuah berita muncul di sudut kanan bawah layar. Begitu membaca judulnya, dadanya langsung sesak.
Judul berita: Karyawan penjualan properti XXX demi target kerja nekat menukar penjualan dengan daya tarik fisik.
Ada foto ada Jiebao.
Jantung Wu Yuxuan semakin tenggelam seiring gulungan scroll mouse. Orang lain mungkin tidak tahu, tapi dia sendiri sangat paham - karyawan penjualan yang dimaksud berita ini adalah dirinya sendiri.
Wartawan yang memposting pesan ini berhasil mengambil foto wajahnya secara frontal, namun wajahnya di-blur dengan mosaik sehingga tidak bisa dikenali oleh orang yang tidak mengenalnya. Yang membuatnya semakin gemetar adalah gambar terakhir.
Gambar terakhir menampilkan balkon lantai dua vila tersebut. Dalam gambar terlihat seorang wanita telanjang bulat dengan rambut acak-acakan menutupi wajahnya, di belakangnya berdiri seorang pria yang juga tidak mengenakan sehelai benang pun.
Posisi berdiri pria dan wanita tersebut jelas menunjukkan...
Benar, adegan itu adalah momen gila antara dirinya dan Su Nanfeng di depan jendela pada pagi hari neneknya menjalani operasi.
Ya Tuhan...
Meskipun semua gambar yang diunggah telah diberi mosaik dan netizen tidak mengetahui detailnya, pastilah si pengambil foto mengetahui semuanya dengan jelas. Sekarang hanya gambar berkualitas rendah yang diunggah, tapi tidak menutup kemungkinan suatu hari nanti gambar HD akan tersebar di internet.
Wu Yuxuan membaca komentar di bawah berita. Para anak konglomerat ternama telah di-doxing secara detail oleh netizen. Melalui perbandingan gambar, pria dalam foto tersebut dikaitkan dengan tiga kandidat, dengan nama Su Nanfeng menempati urutan pertama.
Su Nanfeng!
Keluarga Su bertahan di dunia bisnis berkat reputasi mereka. Sebagai calon penerus yang dipilih keluarga, jika Su Nanfeng terjerat skandal seperti ini, bukankah posisinya dalam keluarga akan digantikan orang lain?
Tangan dan kaki Wu Yuxuan terasa dingin. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika Su Nanfeng benar-benar terdampak, ia tidak bisa membayangkan konsekuensi yang akan dihadapi Su Nanfeng.
Dia arogan, dominan, selalu mencari cara untuk menyiksanya, tapi dia tidak pernah menyakitinya malah mencari dokter terbaik untuk neneknya.
Tidak boleh! Wu Yuxuan tidak bisa membiarkan Su Nanfeng terjatuh dalam insiden ini.
