BAGIAN 034 SABUK YANG KAU BERIKAN, KAU YANG MELEPASNYA
Wu Yuxuan bangkit, mencari pakaian lalu menyewa taksi menuju vilanya.
Meski tahu konsekuensi yang akan dihadapi, dia tetap tak bisa menolak.
Berdiri kembali di depan vila setelah sekian lama, dadanya terasa sesak. Dia menarik napas dalam sebelum memberanikan diri memasukkan kode dan masuk.
Lampu gantung di ruang utama menyala, membanjiri ruangan dengan cahaya romantis. Langkahnya menuju lantai dua. Baru saja melewati tangga, Su Nanfeng tiba-tiba menyergap dari atas, kedua lengannya mengurung erat. "Kupikir kau takkan datang."
Wu Yuxuan mencium aroma tubuh Su Nanfeng yang bercampur alkohol. Alisnya berkerut, "Kau minum?"
“Sedikit saja.” Suara Su Nanfeng penuh dengan kesepian yang tak berujung. Malam ini, hatinya sangat kacau, apalagi setelah bertengkar dengan ayahnya tentang pernikahannya dengan Gu Jingwei. Setelah minum beberapa gelas alkohol, kembali ke vila yang sunyi ini, pikiran dan hatinya dipenuhi oleh Wu Yuxuan.
Dia hampir gila, dia bahkan merindukan wanita tak berperasaan itu!
Dalam kondisi yang tidak sepenuhnya sadar, Su Nanfeng menghubungi ponsel Wu Yuxuan. Dia mengira wanita itu tidak akan datang, tapi tak disangka langit memberinya kejutan—dia datang, dia benar-benar datang.
Saat ini, Su Nanfeng memeluk wanita dalam dekapannya, hatinya dipenuhi rasa tenang yang membuatnya sangat nyaman.
Aroma alkohol mulai memanas di tubuh Su Nanfeng, terutama saat mencium aroma tubuh Wu Yuxuan. Keinginannya meluap, bibirnya menyambar bibir mungilnya, bergesekan berulang kali. "Yuxuan, temani aku, ya?"
Pertanyaannya kali ini tidak mengandung sifat otoriter seperti biasanya, lebih seperti permintaan yang hati-hati, seolah takut ditolak. "Yuxuan, aku ingin kamu. Berikan dirimu padaku, ya?"
Wu Yuxuan mengatupkan bibirnya, mengangguk, dan menjawab: "Baik."
Begitu kata Wu Yuxuan selesai, ciuman Su Nanfeng langsung menghujam,
Tangan Su Nanfeng langsung meraih ujung baju Wu Yuxuan, menyentuh perutnya yang lembut dan putih bersih. Ia merobek pakaian yang menutupi dada gadis itu, menarik tali bra ke bawah, lalu menyedot puting merah yang menggoda. Ujung lidahnya bermain-main di sekitar areola, suara decak basah terdengar jelas di telinganya.
"Su Nanfeng, jangan..."
Wu Yuxuan menggigit bibirnya, memandang kepala berambut pria itu yang sedang menempel di dadanya. Rasa malu menyergap hatinya, "Su Nanfeng, jangan di sini, ya?"
Ya Tuhan, kenapa dia begitu terburu-buru? Ini kan tangga!
Su Nanfeng sama sekali tidak menghiraukan. Jarinya yang lihai dengan cepat membuka kait bra di punggung Wu Yuxuan. Dua buah payudara putih menggembung keluar, menghantam wajahnya. Telapak tangan pria itu meremas salah satunya, jemarinya menggambar lingkaran di sekitar puting tanpa menyentuh bagian intinya.
Wu Yuxuan tak tahan godaan Su Nanfeng. Kakinya mulai lemas, tubuhnya condong ke belakang hingga punggungnya menempel di dinding.
Napas panas Su Nanfeng membakar kulitnya, mempercepat detak jantungnya. Matanya melotot ke arah pria yang tak berhenti bergerak itu, "Su Nanfeng, pelan-pelan sedikit!"
Yang merespons Wu Yuxuan hanyalah suara air "zzz..." yang tak henti-hentinya.
Wu Yuxuan yang terus dibiarkan dikendalikan Su Nanfeng mulai kehilangan kesabaran. Dia mencoba melepaskan diri dari pelukannya, tangan mencengkeram bahu pria itu, lalu menggigit keras pundaknya. Mendengar suara kesakitan yang dipendamnya, pria itu berkata: "Anak nakal."
Su Nanfeng melepas sanggul rambut di kepala Wu Yuxuan. Rambut panjangnya yang indah berantakan menjuntai di bahu, beberapa helai menempel pada tulang selangkanya yang seksi, menciptakan pesona yang memikat.
Saat ini, kecantikan Wu Yuxuan tak tertandingi. Terutama sorot mata berkilauannya yang penuh kebingungan, membuatnya ingin menyiksanya dengan liar sekilas melihatnya. Tangannya menggenggam dua tumpukan salju berbentuk setengah lingkaran di dada wanita itu.
Su Nanfeng menggeliatkan jakunnya. Sorot matanya semakin bernafsu menatapi keanggunannya, dipenuhi kerinduan yang tak terbendung. Ia menggigit lembut daun telinganya, berbisik: "Gadis baik, bantu aku membuka baju."
"Aku... Aku tidak bisa..." Wu Yuxuan menelan ludah gugup. Pengalamannya di bidang ini memang masih minim. Kini Su Nanfeng malah memintanya melakukan gerakan yang tak dikuasainya, membuatnya bingung harus mulai dari mana.
"Mari, aku yang ajari." Su Nanfeng menarik tangan kecil Wu Yuxuan ke kancing bajunya. "Lepaskan."
Wu Yuxuan tangannya gemetar hebat. Ia ingin menolak, tapi saat bertemu pandangan Su Nanfeng yang penuh kegairahan membara, hatinya meleleh. Dengan setengah terpaksa ia membuka kancing kemejanya satu per satu. Saat mencapai kancing terakhir, pandangannya tertahan pada ikat pinggangnya.
Ikat pinggang ini... Bukankah ini yang ingin dia beli sebagai hadiah tanda terima kasih?
Ternyata, dia menggunakannya.
Su Nanfeng mengikuti arah pandangannya. Ia juga menyadari ikat pinggang itu, menarik tangan Wu Yuxuan dan menaruhnya pada gesper. "Sayang, ikat pinggang pemberianmu, kamu yang harus membukanya."
"Su Nanfeng, aku..."
"Jangan takut, bukalah." Suara rendah nan seksi Su Nanfeng membimbing gerakannya. Seperti saat ia melepas pakaiannya, Wu Yuxuan melepaskan penghalang di tubuhnya satu per satu.
Su Nanfeng menciumi leher putih salju Wu Yuxuan turun ke bawah, sengaja meninggalkan jejak merah di setiap titik. Tangannya tak berhenti meraba tubuh mulusnya, merasakan suhu tubuhnya yang semakin panas di bawah telapak tangan, gemetaran halus itu memicu keinginannya yang membara.
Perlahan... belaian sederhana tak lagi memuaskan Su Nanfeng. Dengan kasar ia menarik celana Wu Yuxuan, namun tersangkut di lutut karena bahan jeans yang kaku. Geram, ia tak lagi peduli dan langsung menyorongkan tangan ke selangkangan.
Kelembaban yang menggigit membuatnya hampir gila, "Gadis baik, gadis baikku..."
Su Nanfeng mempercepat gerakan tangannya, menyentuh titik paling sensitif Wu Yuxuan, rasa geli mematikan mulai membanjiri otaknya. Di tengah rasa malu, dia merindukan keinginan yang lebih deras...
Jari-jari Su Nanfeng terus bergerak, mengaduk riak-riak gelombang di lubang sumbernya yang dalam.
"Sayang, cium aku."
Wu Yuxuan ragu sejenak, lalu berjinjit menyatukan bibir mereka. Lidah lincahnya menyusup seperti ular kecil, menggait dan menghisap lidahnya.
Tak disangka bocah kecil ini belajar begitu cepat.
Su Nanfeng mencengkeram tengkuk Wu Yuxuan, segera mengambil alih kendali dengan ciuman yang dalam dan menggila...
Beberapa menit kemudian, Wu Yuxuan terengah-engah. Matanya yang berkabut memancarkan gelombang hasrat, membuat darah Su Nanfeng mengalir deras ke satu titik. Dia ingin sekali melahap wanita ini bulat-bulat.
Tangan mungil Wu Yuxuan menyusup ke ikat pinggangnya, menggenggam benda berapi itu. Sentuhan itu membuatnya tersentak, nyaris kehilangan kendali.
Wu Yuxuan menggenggam lembut, merasakannya membesar dalam genggamannya. Tangannya nyaris tak bisa melingkari monster itu. Tidak heran setiap kali dia dibuat setengah mati - ternyata senjatanya... benar-benar luar biasa.
“Su Nanfeng tidak tahan lagi, kakinya tersangkut di antara kedua paha Wu Yuxuan, menginjak celana jeans, "Sayang, angkat kakimu."”
“Salah satu kaki Wu Yuxuan akhirnya terbebas dari lubang celana jeans, tapi kaki yang baru saja terbebas itu langsung diangkat oleh Su Nanfeng. Kaki satunya yang tersisa tak mampu menopang seluruh berat badannya, terpaksa memegang erat kedua lengan Su Nanfeng dengan kedua tangannya.”
“Su Nanfeng mengangkat tinggi kaki Wu Yuxuan, batang yang telah bangkit berdiri menekan bagian lembutnya, bergesek-gesek mencari pintu masuk.”
“"Ugh... Su Nanfeng, jangan main-main, aku tidak kuat..." Ya Tuhan, dia benar-benar tidak tahan dengan perlakuan Su Nanfeng seperti ini.”
“"Kau benar-benar gadis penggoda." Suara Su Nanfeng terdengar serak, penuh hasrat, dan sangat menggairahkan.”
“Su Nanfeng akhirnya menemukan pintu masuknya. Dengan satu gerakan maju, dia memasukkan dirinya ke dalam tubuhnya.”
“"Ah!"”
“"Ah!"”
“Wu Yuxuan dan Su Nanfeng sama-sama menghela napas puas. Keperkasaannya masuk sedikit demi sedikit, sementara pantatnya secara reflek bergoyang, seolah menghindar tapi juga menyambut.”
“Bab 35 Bab 035 Hati Dingin Setelahnya”
“Bab 035 Hati Dingin Setelahnya”
“Prak!”
“Telapak tangan besar Su Nanfeng menampar pantat Wu Yuxuan yang tegap, "Sayang, jangan bergerak dulu."”
“Su Nanfeng mengatupkan giginya menahan sakit. Saluran vaginanya terlalu sempit, belum sepenuhnya bisa menyesuaikan ukuran keperkasaannya.”
“Su Nanfeng, terlalu sakit, aku tidak mau lagi.” Wu Yuxuan merintih.
Su Nanfeng menusuk lebih dalam, namun entah karena penolakannya atau jalan yang terlalu licin, dorongan ini justru membuatnya terlepas keluar.
Tiba-tiba kehilangan sensasi terisi, tubuh Wu Yuxuan meronta dengan kekosongan tak tertahankan yang membutuhkan pengisian.
Perasaan hampa itu tidak bertahan lama, seketika terisi kembali dengan dorongan penuh yang kali ini berhasil masuk seluruhnya.
“Mmhh...!!”
Dalam gerakan berirama Su Nanfeng yang tak henti, jalan Wu Yuxuan akhirnya sepenuhnya menyesuaikan. Kecepatannya pun semakin meningkat.
“Jangan, jangan... perlahan...” Suara Wu Yuxuan terpotong-potong oleh guncangan, “Su Nanfeng, memalukan...”
Gelombang kenikmatan dari jalan tersebut hampir menenggelamkan Wu Yuxuan. Bagai perahu kecil yang tersesat di samudra, ia hanya bisa bergantung pada "batang kayu" Su Nanfeng agar tak tenggelam.
Dalam percepatan gerakannya yang terus menerus, pinggangnya lemas. Wanita bertumpu satu kaki itu merosot lemah menyusur dinding hingga duduk di lantai.
Su Nanfeng menggenggam bahu Wu Yuxuan dan mendudukkannya di pahanya, membuka kaki perempuan itu untuk menunggangi tubuhnya dalam posisi wanita di atas.
Dengan wajah puas, Su Nanfeng tersenyum, “Sayang, naiklah.”
“Su Nanfeng, cukup ya, aku sangat lelah.”
Baru mulai sudah mau berhenti?
Su Nanfeng tidak mau menyerah, dia menopang pantatnya dan membuatnya duduk, sensasi penuh yang mengembang membuatnya sangat tidak nyaman.
"Tidak, jangan..." Wu Yuxuan ingin pergi, Su Nanfeng mengencangkan cengkeramannya di pinggangnya, menunggunya sedikit beradaptasi sebelum mulai menggerakkan pinggang wanita kecil itu.
Awalnya hanya gerakan kecil yang perlahan, kemudian semakin cepat, akhirnya berubah menjadi liar. Rambut panjang Wu Yuxuan bergoyang bersama putaran putihnya seperti ganggang air yang menciptakan gelombang pesona.
Kedua tangan Su Nanfeng mencengkeram putaran putih yang bergoyang dengan kasar, "Gadis baik..."
Stamina Wu Yuxuan terbatas, setelah beberapa menit tenaganya habis sama sekali dan gerakannya melambat.
Su Nanfeng yang baru merasakan puncak kenikmatan tiba-tiba dihentikan, "Sialan!" raungnya yang hampir meledak.
Su Nanfeng duduk sambil memeluk pinggangnya, membuatnya berjongkok, lalu mulai menggerakkan pinggulnya ke atas dengan ritme yang membuatnya terus merintih.
Wu Yuxuan tidak menyadari matanya yang berkaca-kaca penuh gelora nafsu, mulut mungilnya yang merah mengeluarkan suara membuat darah Su Nanfeng mendidih.
Su Nanfeng membuat Wu Yuxuan merangkul lehernya dengan kedua tangan dan mengaitkan kaki di pinggangnya, sementara dia memeluk pinggangnya lalu perlahan berdiri.
Rangsangan seperti ini terlalu kuat, Wu Yuxuan sama sekali tidak bisa menahan.
Su Nanfeng menggendong Wu Yuxuan naik tangga, setiap langkah kakinya menapak anak tangga, dia semakin masuk lebih dalam ke dalam dirinya.
Setelah menanti-nanti lama akhirnya Su Nanfeng menggendongnya kembali ke kamar, tapi dia terus menggendongnya tanpa mau meletakkannya di tempat tidur, malah berjalan perlahan-lahan sambil menggendongnya.
Ya Tuhan, bagiannya masih berada di dalam dirinya...
Wu Yuxuan merasa seperti melayang di udara, takut terjatuh dia hanya bisa memegang erat bahu Su Nanfeng. Saat berjalan, dia terus-menerus menggerakkan tubuhnya, setiap kali berusaha memasukkan sampai ke titik terdalam.
Su Nanfeng terus menggendongnya seperti ini cukup lama, kemudian menindihnya ke tempat tidur, membuka kakinya selebar mungkin, terus menyerangnya.
Kedua tangan Wu Yuxuan mencengkeram pantatnya yang keras, merasakan kehangatan dan kekuatannya yang membuatnya seolah terbang ke surga.
Di bawah gerakan ritmis Su Nanfeng yang tak henti-hentinya, Wu Yuxuan melepaskan orgasme pertamanya. Tapi karena dia belum selesai, dia harus terus menahan cinta dalamnya.
Wu Yuxuan benar-benar tidak mengerti mengapa Su Nanfeng bisa sekuat ini. Masuk dan keluar berulang kali tidak membuat bagiannya rusak, malah semakin kuat. Setiap kali tidak membuatnya pingsan tidak mau berhenti.
Dalam keadaan setengah sadar, Wu Yuxuan mendengar raungan rendah Su Nanfeng sebelum sesuatu yang membara menusuk dalam-dalam, membuatnya pingsan seketika.
Pertarungan sengit itu telah menguras seluruh tenaga Yuxuan, tubuhnya tergeletak kaku di tempat tidur bagai mayat yang kehilangan nyawa.
Su Nanfeng yang telah pulih mulai membersihkan tubuh gadis itu. Sosok mungilnya tak bergerak, napasnya lemah. Kulit salju dipenuhi jejak merah bekas genggamannya, bulu mata basah oleh tetesan air mata masih bergetar pelan.
Sekali lagi dia kehilangan kendali, menghujamkan diri dengan kasar sampai Yuxuan tak sanggup menahan panasnya dan terlelap.
Su Nanfeng sendiri tak mengerti mengapa setiap bertemu wanita ini, dirinya selalu kehilangan rasio dan tergila-gila ingin menguasainya - meski tahu dia menerima 10 juta dari ayahnya untuk pergi.
Pernah Yuxuan berkata, dirinya adalah wanita yang bisa dibeli dengan uang.
Setiap kali kemarahan meluap karena ulahnya, justru kerinduan gila-gilaan pada wanita ini yang kemudian menyergap Su Nanfeng.
Lagipula, hari ini dia jelas melihat Su Nanfeng dan Gu Jingwei di depan perusahaan. Mengapa tak ada reaksi? Karena tak peduli? Atau karena... Gu Jingwei?
Realitas kejam menghantam tubuh Su Nanfeng dengan keras, Benar... Dia lupa bahwa dia memiliki perjanjian pertunangan dengan Gu Jingwei, cepat atau lambat dia harus menikahi Gu Jingwei. Jika hari itu benar-benar tiba, bagaimana Wu Yuxuan menghadapi keluarga Gu? Bagaimana menghadapi kenyataan bahwa dia adalah kakak iparnya?
Tangan Su Nanfeng menyibak rambut Wu Yuxuan, jarinya dengan lembut melukis alis dan matanya, bergumam pelan: "Wu Yuxuan, mengapa, mengapa kau putri keluarga Gu? Jika bukan..."
Tapi sayangnya, memang begitulah kenyataannya.
Karena perjanjian pertunangannya dengan Gu Jingwei, hubungan antara dia dan Wu Yuxuan akhirnya tetap menjadi hubungan yang tak boleh terang-terangan. Secara duniawi, ini adalah inses... Kakak ipar dan adik ipar perempuan...
Tubuh Wu Yuxuan kelelahan sampai ke titik puncak. Di pagi hari ketika dia bangun terlambat lagi, dia melihat pakaian yang disiapkan Su Nanfeng di meja samping tempat tidur. Hatinya tersentuh. Meski pria ini selalu menyiksanya, tapi harus diakui dia cukup perhatian padanya.
Wu Yuxuan memegang pinggangnya yang hampir remuk sambil bangun. Saat mengambil baju, sebuah kotak terjatuh ke lantai. Melihatnya, ternyata... pil kontrasepsi.
Hati Wu Yuxuan membeku. Tulisan di kotak obat itu menusuk matanya. Matanya berkaca-kaca. Dia pikir semalam hatinya dan Su Nanfeng bisa saling mendekat. Ternyata hanya khayalannya belaka.
Wu Yuxuan mengusap air mata di sudut matanya, menarik napas, dan tanpa ragu melemparkan pil ke dalam mulutnya.
Membawa pakaian ke kamar mandi, tak ada lagi perasaan tersentuh seperti sebelumnya.
Wu Yuxuan menutup pintu kamar mandi, berdiri di depan cermin sambil memandangi bekas-bekas yang ditinggalkan Su Nanfeng di leher putihnya dan dada - bukti keintiman mereka.
Sayangnya... tetap tidak berguna.
Wu Yuxuan membuka keran dan mengisi bak mandi dengan air hangat. Ia duduk sambil menggosok tubuhnya berulang kali dengan sabun, berusaha menghapus semua jejak Su Nanfeng.
Tapi tidak bisa dihapus, tidak bisa dihapus...
