BAB 043 Dia merindukanmu...
Wu Yuxuan menggigil di seluruh tubuhnya akibat kekuatan dahsyat yang menusuk darinya. Tanpa ragu, dia menghantam cepat dan dalam di terowongannya. Tangannya hanya bisa mencengkeram bahunya, bibir yang digigitnya tak kuasa memuji prestasinya.
Su Nanfeng menggunakan seluruh kekuatannya, tak peduli apakah tubuh mungilnya sanggup menahan kegarangannya. Dia membiarkannya meleleh seperti air musim semi di bawah tubuhnya.
Kecepatannya semakin meningkat, stamina tak kenal lelah membuat bibirnya bergetar. Kenikmatan yang tak diketahui asalnya merobek kesadarannya. Bibir merah yang digigitnya erat dan ekspresi memelas yang ingin menangis justru membuatnya ingin mempermainkannya lebih kasar.
Pikiran Wu Yuxuan yang kacau tak bisa memproses apapun. Dia hanya tersesat dalam setiap pertempurannya. Penglihatannya yang kabur tak bisa mengenali wajah di depannya. Tanpa sadar, kaki rampingnya melilit erat pinggang pria itu.
"Jinak sekali!" Dia kembali mempercepat ritmenya.
Seketika, Wu Yuxuan seolah melihat bunga api yang rumit dan megah bermekaran. Otaknya kosong, bagai terbang ke awan atau terjatuh ke neraka terdalam...
Wu Yuxuan kelelahan hingga ingin tidur selamanya. Matanya yang setengah terpejam melihat jam weker di meja samping tempat tidur. Tidurnya terlalu lama, sudah pukul delapan lebih malam.
Perutnya sangat lapar, dia bangun dari tempat tidur dan meraba-raba lama di sisi tempat tidur namun tidak menemukan bajunya. Setelah mencari lama di lemari pakaian tetap tidak ketemu, hanya ada kemeja putih Su Nanfeng di tepi tempat tidur yang langsung dia ambil dan kenakan.
Tubuhnya terlalu mungil, bahkan kemeja yang pas untuk tubuh Su Nanfeng terlihat seperti karung goni saat dikenakannya. Jarinya meraba-raba mencari kancing kemeja, baru sadar semua kancing kemeja ini sudah digunting kecuali kancing keempat yang masih tertinggal sendirian.
Ini...
Dia sangat paham ini ulah sengaja Su Nanfeng, hanya dia yang punya selera humor menyebalkan seperti ini.
Dengan kedua tangan merapatkan pakaiannya, dia turun ke lantai satu mencari makanan.
Ruang utama villa sunyi senyap, lampu kristal megah menerangi lantai satu dengan terang. Wu Yuxuan cepat-cepat masuk ke dapur. Di atas kompor tampak sesuatu yang sedang dihangatkan, saat membuka kukusan ternyata ada makanan lezat.
Langsung mengambil sumpit dan mulai makan di dalam dapur, dia benar-benar kelaparan.
Saat kenyang sekitar 80%, terdengar suara dari ruang tamu. Wu Yuxuan mengira itu pelayan rumah, lalu berteriak: "Tidak perlu ada yang melayani di sini, kalian semua bisa istirahat."
Suara sepatu menghantam lantai semakin keras, membuat jantungnya berdebar. Dia menjulurkan kepala melihat ke luar, sosok Su Nanfeng muncul di pintu masuk ruang makan.
"Wu Yuxuan hampir secara refleks meraih pakaiannya, tapi dia tak sadar bahwa pria itu sudah melihat seluruh 'pemandangan indah'-nya.
Rambut panjangnya terurai di punggung, kemeja putihnya menyoroti kulitnya yang lebih pucat, pinggang ramping dihiasi sepasang kaki jenjang putih menyilaukan.
Tak ada yang bisa menahan godaan wanita berkemeja putih pria, apalagi Wu Yuxuan yang saat ini memakai kemeja yang 'dipersiapkan khusus' olehnya.
Wu Yuxuan tak ingin jadi mangsa lagi, menggenggam erat pakaian di dadanya dan berlari ingin menabraknya untuk kabur dari pandangannya.
Tapi—dia meremehkan kecepatan pria itu.
Dengan lebih cepat, Su Nanfeng mencekram tubuh mungilnya dalam pelukan, mata hitamnya yang dingin menatap tajam, "Mau lari?"
"Kau... jangan..." Dadanya berdebar kencang, tubuhnya menjauh sebisanya dengan melengkungkan punggung.
Su Nanfeng mengeratkan cengkeraman di pinggangnya, memaksa tubuh mereka bersentuhan. Lekuk tubuhnya yang sempurna bergesekan dengan dadanya melalui tekanan lengan besi itu.
Adegan menggoda seperti ini membuat nafsunya berkobar.
"Lepaskan... cepat!" Suaranya panik, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan jahat itu.
“Memakai pakaian seperti ini bukan untuk menggoda 1 aku?” Begitu ucapannya selesai, bibir tipisnya yang seksi menyergap, mencaplok bibir merahnya yang lembut.
Aroma Su Nanfeng membanjiri seluruh inderanya, sementara dia dengan dominan merebut rongga mulut harumnya, hisapan kuatnya seolah ingin mengeringkan semua udara dari paru-parunya... Dia memukul-mukul dada pria itu dengan gagah, berusaha melepaskan diri dari kendalinya.
Keharuman khasnya masih sama manis dan menggoda, membuat Su Nanfeng begitu menyentuh tak ingin melepaskannya. Dia menghirup dalam-dalam manisnya mulut gadis itu, menggoda lidah mungilnya, hampir-hampir ingin menelan wanita jelita ini bulat-bulat.
"Mmm... mmm..." Wu Yuxuan berusaha melawan mati-matian, tapi justru perlawanannya membangkitkan hasrat penaklukkannya, hanya ingin mengecupnya dengan kasar.
Ciuman panas Su Nanfeng tetap sama bengis dan menguasai. Pukulan tinjunya pelan-pelan melemah, dia kembali kalah dalam perampokan tak berujung ini, lemas tak berdaya... Kenapa... kenapa tubuhnya masih menyukai sentuhannya, ilusi seolah dihargai dan disayang saat dia memeluk erat...
Tidak boleh! Dia harus berhenti kecanduan padanya, tak boleh terus terperosok dalam kesalahan yang sudah jelas. Dia melawan kesadarannya sendiri, "Bajingan... mmph..."
Su Nanfeng sedang menikmati manisnya dirinya, tak mau melepaskannya. Tangan jahatnya meraba pantatnya dan mencubit dengan kasar, bahkan menggesekkan benda yang membengkak itu ke celah intimnya: "Ia merindukanmu..."
Ucapan Su Nanfeng dengan senyum jahatnya membuatnya malu hingga gila, "Kau... tak tahu malu dan mesum!"
Bibirnya melengkung samar, sudut matanya berkilat jahat: "Tak keberatan untuk menjadi lebih mesum lagi padamu."
Karena "konspirasi"-nya, tubuhnya hanya mengenakan kemeja dengan satu kancing tersisa. Jika dia ingin menelanjangi pakaian terakhir itu, semudah membalik telapak tangan.
Tapi terkadang daya tarik kecantikan samar lebih menggairahkan daripada telanjang bulat.
Jari Su Nanfeng meliuk-liuk di payudaranya yang montok, menciptakan gelombang rasa geli. Setelah lama bermain-main, jarinya membuka penutup dada itu, lalu mulutnya menyedot puncaknya.
Dia merasakan gumpalan putihnya semakin lembab dan tegak di bawah jilatan lidahnya. Malu tak terucapkan, tangannya mendorong kepala itu, tapi bagaimanapun dia mendorong, mulut itu tak mau lepas dari gumpalan putih lembut itu.
U Yu Xuan dadanya yang sensitif digigit dengan lembut olehnya, tangan besarnya menyelusup ke 'sungai kecil'-nya yang sudah basah kuyup. Jarinya seperti sengaja atau tidak sengaja mengusap rerumputan di tepi 'sungai kecil', membuatnya malu dan marah. Kedua kakinya menggapai-gapai ingin melepaskan diri, tapi justru memberi kemudahan baginya.
Su Nanfeng memasukkan jari panjangnya ke dalam 'sungai kecil' itu, mengklaim kepemilikannya. Seluruh tubuhnya menegang, gemetar tak tertahan...
Kesadarannya melawan, tapi tubuhnya sudah tak menurut dengan sikap menyambutnya. Rintihan tangis tercekat keluar dari tenggorokannya.
Ekspresi kenikmatan terpancar di wajahnya, jari-jarinya semakin ganas masuk-keluar, sengaja memijit-mijit 'kacang kecil' paling sensitifnya. "Gadis baik..."
U Yu Xuan tak kuasa menahan serangan berulangnya, getaran dari lubuk jiwa terdalam membuatnya ingin mati karena malu.
