Chapter 045 Jangan... Basah
Penasaran, Wu Yuxuan mengintip sembari takut ketahuan. Tapi suaranya yang tenang terdengar, "Masuklah dan lihat."
Karena sudah ketahuan, dia masuk dengan percaya diri sambil mengamati dapur. Tangan terampilnya membersihkan ikan, ekspresi seriusnya memancarkan daya tarik khasnya.
Meski sangat takut padanya, Wu Yuxuan tetap harus mengakui bahwa dia adalah pria idaman di hati banyak wanita. Mengesampingkan latar belakang keluarga superiornya, mengabaikan penampilannya yang tampan dan berkarisma, serta tidak membahas aura elegannya, hanya kemampuan memasaknya saja sudah bisa membuat wanita tergila-gila.
Su Nanfeng membersihkan ikan dan mengukusnya, lalu mulai mengolah tomat, brokoli, dan daging cincang, menciptakan kombinasi lauk-pauk dan sayuran yang seimbang.
Wu Yuxuan menggigit bibirnya ingin bertanya mengapa dia begitu mahir memasak, tapi setelah lama bergumam tak berani bertanya. Justru dia yang memulai pembicaraan: "Ibuku meninggal sejak aku kecil, aku dibesarkan nenek. Nenek yang sakit-sakitan ini butuh perawatan jangka panjang, akulah yang menyiapkan tiga makanannya sehari."
Tiba-tiba, hati Wu Yuxuan terasa nyut-nyutan. Rupanya ibunya juga sudah lama meninggal... Mirip seperti dirinya.
"Ibumu..."
"Kecelakaan mobil."
Alis Wu Yuxuan berkerut. Kecelakaan? Kok bisa... Kok mirip sekali, ibunya juga tewas dalam kecelakaan mobil... Ingatannya tiba-tiba membanjir seperti air terjun. Saat usianya lima tahun, di usia yang sudah mulai mengerti, dia menyaksikan mobil ibunya ditabrak hingga terbalik. Ibunya tewas seketika.
Dalam kecelakaan itu, Wu Yuxuan tidak hanya kehilangan ibunya, tapi juga kakeknya, serta statusnya sebagai putri keluarga Gu...
“Kakek nenek dan ayahnya sepakat mengatakan bahwa kecelakaan itu adalah insiden, tapi dia merasa tidak demikian. Namun, dia tidak tahu harus mencari bukti dari mana.”
Su Nanfeng berkata: "Hari aku mabuk itu kebetulan hari ulang tahun ibuku, jadi..." Karena itu dia meneleponnya tengah malam, hanya ingin dia menemani agar merasa tidak sendirian di dunia ini.
Tiba-tiba Wu Yuxuan tak tahu harus memandang pria ini dengan ekspresi apa. Siapa sangka di balik tubuh kokohnya tersembunyi hati yang lembut penuh luka.
Wu Yuxuan tergerak, tanpa sadar melangkah memeluk pinggangnya. Pelukan ini bukan karena kasihan atau cinta, hanya ingin menghangatkan hatinya yang beku, seperti dua orang terluka saling berpelukan.
Niat Wu Yuxuan memeluknya sangat tulus, tapi pria itu malah memutar badan mengurungnya dalam dekapan. Matanya menyala bak ingin melahapnya, "Kau menginginkanku?"
"Tidak, tidak..." Dia kaget menarik tangan sambil mundur dua langkah, gagap: "Aku hanya... Aku... Tidak mau, aku..."
Melihat reaksinya, sorot matanya yang biasanya dingin tiba-tiba memancarkan kehangatan tak terduga, seperti embun pagi yang belum pernah ia lihat.
"Kalau tidak mau, cepat atur piring di meja. Waktunya makan."
Su Nanfeng bermurah hati melepaskannya, tentu saja dia tidak akan nekat menawarkan diri menjadi target tembak lagi. Dia segera meninggalkan dapur untuk menyusun peralatan makan.
Setelah Wu Yuxuan merapikan peralatan makan, Su Nanfeng membawa ikan kukus utuh ke meja makan. Hanya dengan melihat warna dan mencium aromanya, sudah bisa dibayangkan betapa lezatnya makan malam ini.
Su Nanfeng menyajikan semangkuk nasi untuknya. Dia mengambil sumpit dan menyuap sepotong daging ikan ke mulutnya. Manisnya daging ikan terjaga sempurna, sungguh lezat.
Wu Yuxuan tanpa sungkan menghabiskan dua mangkuk besar nasi, dan memakan lebih dari setengah bagian ikan. Tulang ikan di samping piringnya menumpuk seperti bukit kecil.
Setelah kenyang, Wu Yuxuan bersandar puas di kursi sambil terus menikmati aroma segar di mulutnya. Dia benar-benar tidak menyangka Su Nanfeng bisa memasak dengan sangat mahir. Untung hanya makan sekali ini, kalau setiap hari bisa membuat seleranya manja, mungkin makanan orang lain akan terasa seperti kiamat.
Setelah Su Nanfeng selesai makan, dia berkata: "Aku yang masak, kamu yang cuci piring. Ada keberatan?"
Wah, CEO Su yang otoriter ini mau meminta pendapatnya? Dia cukup terkejut. Tapi seperti yang dikatakannya, pembagian tugas ini masuk akal. Tanpa bicara lagi, dia langsung bergegas membereskan meja makan.
Wu Yuxuan mengikat celemek dan meletakkan piring di wastafel. Saat menunduk mencuci piring, siluetnya tertangkap pandangan Su Nanfeng. Dari sudutnya, terlihat lekuk sempurna lehernya yang melengkung, diterangi cahaya lampu dapur yang menyelimuti tubuhnya dengan aura misterius dan samar-samar, membuat hatinya berdesir.
Otak Su Nanfeng tak bisa mengendalikan kesadarannya. Dengan dorongan nafsu, ia menghampiri dari belakang dan memeluknya, mencium telinganya dengan lembut.
Tubuh Wu Yuxuan gemetar. Piring di tangannya jatuh ke wastafel, percikan air membasahi celemeknya. "Jangan... basah..." ujarnya refleks.
"Hmm?"
Wu Yuxuan tersadar dan buru-buru menjelaskan, "Maksudku celemek, celemek!"
Nafas Su Nanfeng semakin membara. Ia menyedot lehernya meninggalkan jejak kemerahan, "Lalu? Biar kuraba apakah basah..."
Wu Yuxuan cepat-cepat menggenggam pergelangan tangannya, "Jangan... Aku tidak mau..."
Su Nanfeng memutar kepalanya dan menyambar bibir lembut itu, menghisap dengan gairah. Tarikan nafas mereka semakin cepat, bulu matanya yang lentik bergetar halus.
Su Nanfeng menyelusupkan lidahnya mengecap keharuman mulutnya. Wu Yuxuan menahan dada mereka dengan tangan, "Bukankah kau bilang hari ini akan melepasku?"
Su Nanfeng menciumnya cukup lama, saat meninggalkan bibirnya masih terlihat benang perak yang membuat pemandangan itu terlihat begitu mesum hingga ia malu mengungkapkannya. Dia membelai wajahnya dan berbisik lembut, "Jangan takut, hanya ingin menciummu."
Benar saja, dia melepaskannya.
Melihat sosok Su Nanfeng yang pergi menjauh, Wu Yuxuan menarik napas lega.
Setelah mencuci piring, Wu Yuxuan baru saja keluar ke ruang tamu ketika suara mobil terdengar dari halaman. Ia berlari keluar dan mendapati Su Nanfeng telah pergi lagi. Ia berdiri di pintu lama sekali tanpa mengalihkan pandangannya.
Perlahan-lahan rasa kecewa menyelimuti hatinya.
Wu Yuxuan tidak tahu bahwa kepergiannya sebenarnya karena ingin menepati janji untuk tidak menyentuhnya hari ini. Dia takut akan kehilangan kendali dan melanggar janji padanya.
Tanpa gangguan tak henti-hentinya dari Su Nanfeng di malam hari, ia bisa tidur nyenyak. Untuk pertama kalinya dalam dua hari ini, bangun pagi tanpa rasa pegal di pinggang.
Awalnya Su Nanfeng mengajukan kesepakatan agar ia menemani selama tiga hari lagi. Hari ini tepat hari ketiga, artinya setelah hari ini ia bisa benar-benar terbebas dari belenggunya.
Hari itu, Wu Yuxuan baru bertemu Su Nanfeng sekitar pukul enam sore. Ia mengenakan setelan jas rapi dengan gaya rambut khusus, bahkan pulang sambil membawa penata rambut dan stylist.
Su Nanfeng memintanya menemani ke sebuah pesta jamuan malam.
Dalam proses merias wajah, Wu Yuxuan merasa sangat tidak nyaman, karena terakhir kali dia didandani mewah adalah untuk memancing Zhang Qiang. Kini dia tak tahu siapa target berikutnya yang ingin dijebak melalui dirinya.
