Chapter 047 Mungkinkah Mencari Pria Lain
Su Nanfeng tanpa basa-basi menindihnya di batu yang telah dihaluskan. Tempat ini adalah surga cinta seksual yang dibangun Lin Dong dengan biaya besar untuk pasangan dalam pesta kekasih, setiap undangan bisa melakukan hal gila di sini.
Tangannya mengurung kedua tangan wanita itu di atas kepala, telapak tangan mahirnya membuka resleting gaun belakang dan menanggalkan gaunnya.
Su Nanfeng menunduk, menggigit keras bahunya.
"...Jangan begini, jangan..." Kepalanya geleng-geleng panik, mata berkaca-kaca seperti ingin menangis, suaranya penuh kepedihan: "Jangan... jangan... ah..."
Tangan nakalnya yang tak terkendali menyusur ke bawah dari tulang selangkangannya, telapak tangan berapi itu terasa membakar kulitnya, berhenti di lekuk dada yang menggairahkan, menggenggam erat kelembutannya.
Wu Yuxuan pucat pasi karena aksinya. Ia tersenyum puas melihat reaksinya, menunduk dan menggigit lehernya, suhu panas dari bibirnya membuat tubuhnya gemetar tak terkendali.
Su Nanfeng tiba-tiba mengencangkan cengkeramannya pada kelembutannya, menekan penuh buah dadanya hingga membuatnya menjerit kesakitan, "Jangan... pelan-pelan..."
Su Nanfeng melembutkan tekanannya, menggantinya dengan usapan lembut yang mulai membangkitkan sensasi menggelitik di sekujur tubuhnya, "Jangan... di sini ada orang..."
Wu Yuxuan gugup, dadanya naik turun drastis mengikuti napas, gerakan lekuk tubuhnya membuat buah dada yang montok itu menyatu sempurna dengan genggaman telapak tangan besarnya.
"Bukankah ini lebih menggairahkan?" Bisiknya sambil menggigit daun telinganya, tubuhnya mendekatkan bagian tubuhnya yang panas seperti besi ke bawah roknya, menggesekkan kelembutan tersembunyinya melalui kain dalam tipis, "Kau rasakan? Dia merindukanmu."
"Lepaskan aku."
“Lepaskan?” Su Nanfeng memandangnya dengan sorot mata penuh ketidakpercayaan dan senyum mengejek, seakan mengolok kebodohannya, “Malam ini adalah akhir dari penemananmu, sebagai majikan sudah seharusnya aku memanfaatkanmu sampai habis.”
“Kau!~~” Wu Yuxuan melotot marah padanya.
“Bersikaplah baik, mungkin aku akan memberimu bonus tambahan.”
Su Nanfeng tidak memberinya waktu bereaksi. Bibirnya menyergap mulutnya, lidahnya menerobos gigi yang terkunci rapat, menjerat mulut mungilnya yang lembut, merampas madu harumnya tanpa ampun.
Di bawah gempuran Su Nanfeng, bibirnya perlahan melembek. Rintihan "umm...umm..." dari mulut yang terkunci membuat darahnya mendidih bagai lava.
Tangannya merayap masuk ke balik bra. Kali ini bukan sekadar menurunkan pakaian dalam, tapi mengeluarkan sepasang bukit salju dari sangkar bra hingga membentuk lengkungan salju yang terjepit di tepi kain.
Kedua tangan Su Nanfeng mencengkeram lengkungan salju itu, sensasi membara menggerogoti tubuhnya. Ia rakus menghisap kuncup merah di puncak bukit, satu tangan membelai lembut, sementara tangan lainnya menyusuri perut rata menuju lembah persiknya.
Airnya yang jernih merembes melintasi rumput membasahi sepetak tanah, dia seperti orang asing yang tiba-tiba memasuki surga persiknya, mengobrak-abrik riak airnya. Jarinya dengan tepat menemukan kuncup kecil itu, menekan dengan tekanan ringan maupun berat. Dia bisa merasakan jelas lubang intimnya yang mengembang dan mengerut di bawah usapannya, seolah ingin mencengkeram erat ujung jarinya.
Wu Yuxuan menggelengkan kepala, bergumam pelan, "Jangan, kumohon..."
Rintihan halusnya justru semakin memicu indranya, membuat naluri posesifnya berkobar seperti api.
Tubuh Wu Yuxuan selalu sangat sensitif di hadapan Su Nanfeng. Merasakan perubahan pada tubuhnya, jari-jarinya mencipratkan air yang mengeluarkan aroma wangi memabukkan bagai daya pikat mematikan.
"Gadis baik..." Suara Sun Nafeng serak, rendah dan menggairahkan. Sambil mencium mutiara telinganya, dia berbisik lembut seolah ingin menghancurkan pertahanannya, menguliti topengnya untuk menyingkap wajah asli yang tersembunyi.
Tangan Su Nanfeng semakin cepat menggesek. Dalam kebingungannya, Wu Yuxuan refleks mencoba mengatupkan paha untuk menghalangi serangannya. "Kumohon, lepaskan aku, bebaskan aku."
Bibir tipisnya menutupi bibir cherry-nya, menghentikan semua permohonan ampunnya di mulut, tangan kuatnya tak berhenti menyerang tubuhnya, jari-jarinya yang terampil menciptakan riak-riak gelombang di sekitar klitorisnya.
Wu Yuxuan dipenuhi rasa malu dan amarah, secara naluriah melawan, sayangnya perbedaan kekuatan antara pria dan wanita membuatnya tak berdaya. Air matanya memenuhi kelopak mata, tangisan lemahnya seperti domba yang akan disembelih. Di tengah serangan ganasnya yang berulang, dia justru mencapai orgasme pertamanya di bawah jari-jarinya.
Su Nanfeng merasakan kontraksi ritmis di lubang vaginanya, memandang kulit putih transparannya yang memerah akibat gelora nafsu. Semakin membuatnya terlihat mempesona, merangsangnya untuk menyiksa tubuh itu lebih keras dengan tangannya yang besar.
Su Nanfeng membuka gesper dan menurunkan resletingnya, menggeser penis kerasnya ke mulut vagina yang sudah basah. Dia mengangkat kepala memandangnya, "Kumohon, jangan seperti ini..."
Dengan kasar dia mulai menembus tubuhnya, kehangatan vaginanya yang sempit membungkusnya erat. Baru masuk beberapa sentimeter, "Xiao Susu"-nya seakan digigit, sensasi menusuk membuat otaknya tergelitik, "Dasar kecil!"
Rasa sakit menyergap, tangannya mencengkeram lengan pria itu kencang-kencang, kuku panjangnya menancap ke dalam dagingnya.
Pinggul Su Nanfeng bergerak maju mundur semakin liar, setiap dorongan masuk lebih dalam dari sebelumnya.
Wu Yuxuan tidak tahan dengan penetrasinya, "Sakit, kumohon, aku tidak mau lagi..."
Tapi dia pura-pura tidak dengar, menunduk menghisap kuncup merah muda di payudaranya yang montok. Aura maskulinnya yang kuat mengepung tubuh mungilnya, "Dasar peri kecil, entah siapa yang mengirimmu."
Kata-kata mesum terus mengalir dari bibir tipisnya. Wu Yuxuan mengerutkan alis. Di matanya, dirinya hanyalah sosok penggoda, alat pelampiasan nafsu yang bisa dipakai kapan saja. Bahkan ia sendiri tak mengerti, apa lagi yang diharapkan dari hati yang sudah remuk ini.
Su Nanfeng memandang penuh nafsu ke tulang selangka indah dan kulit putih salju-nya. Matanya yang berkaca-kaca akibat rangsangannya tak luput dari perhatian.
Dagu Wu Yuxuan dicengkramnya. Sorot mata tajam Su Nanfeng seolah ingin membedah jiwanya, "Besok setelah kau pergi, kalau butuh, apakah kau akan cari pria lain?"
Bibirnya menghunjam bibirnya, membara seperti amarah yang ingin mencetak label khusus miliknya di seluruh tubuhnya. Gadis sepolos sekaligus seksi ini memang membuat setiap pria ingin memuaskan dahaga.
Tak kunjung dapat jawaban, wajahnya menjadi muram, "Jawab! Kau akan cari pria lain atau tidak?"
Tangan panas Su Nanfeng yang membara terbentang menutupi payudaranya yang montok, membuat tubuhnya yang sensitif kembali gemetar. Dari tenggorokannya keluar erangan "mm", tangannya semakin kuat meremas putih montoknya. Melihat kilau air di mata indahnya, kulit kepalanya bergidik. Ia menunduk, mengulum dan menggigit puting merah di puncak putih itu. Ia menyedot perlahan, lalu menjilat dengan ujung lidah. Putih kemerahan itu dipenuhi air liurnya, bagai bunga pesona yang mekar sempurna.
