Chapter 054 Aku Menerima godaanmu1
Su Nanfeng menangkap pandangannya, kini dia bukan lagi kucing liar yang sabar dulu. Cakar yang ditunjukkannya sangat tajam, sedikit lengah saja dia akan tercakar. Di bawah tatapan mantapnya yang tak berkedip, Su Nanfeng menggeser tubuhnya namun tetap tak bisa lolos dari jangkauan tatapannya. Dengan menahan emosi, dia menggertak: "Lagi-lagi menatap, nanti kau kumakan!"
Ancaman Su Nanfeng hanya dibalas dengan kedipan sinisnya. Ruang rawat menjadi hening. Beberapa saat kemudian, Wu Yuxuan tak tega melihat postur tinggi itu terpaksa duduk di kursi sempit. Dia menggeser tubuh ke tepi tempat tidur, menyisakan ruang: "Mau tiduran di sini sebentar?"
Kilatan kebingungan jelas terlihat di matanya.
"Kalau tidak mau ya sudah."
Su Nanfeng tiba-tiba berdiri melepas jas dan berbaring. Lengan panjangnya merangkul pinggang ramping Wu Yuxuan, berbisik di telinganya: "Karena kau begitu bersemangat menggoda1ku, dengan berat hati... kuterima godaanmu1."
“...”
Wu Yuxuan sudah memutuskan, jika dia berani melakukan gerakan tak senonoh padanya, dia pasti akan mendorongnya keluar tempat tidur tanpa ampun. Tapi tindakannya hanya sebatas memeluk pinggangnya. Setelah lama terdiam, dia mendorongnya perlahan, "Ah.."
"Kucing liar, jangan bergerak-gerak. Kalau terus bergerak, aku akan melahapmu."
Di telinga Wu Yuxuan terdengar napasnya yang ringan dan stabil. Dalam hati, dia menggerutu, seberapa kotor pikiran pria ini sampai dalam tidur pun masih ingin "melahap" dirinya.
Su Nanfeng yang sudah menjaga di samping tempat tidurnya hampir seharian benar-benar kelelahan. Memeluk tubuhnya yang harum, dia segera terlelap dalam mimpi indah hingga pagi.
Mata Su Nanfeng masih terpejam saat tangannya meraba sisi tempat tidur. Saat tidak menemukan tubuh lembutnya, hatinya merasa sedikit kecewa. Begitu membuka mata, kilatan cahaya kamera menyilaukan. Wajah tampannya sudah terekam di ponselnya.
Senyum kemenangan mengembang di bibir Wu Yuxuan: "Presiden Direktur Su, menurutmu berapa honor yang bisa kudapatkan kalau foto kamu ngiler waktu tidur ini kuberikan ke media?"
"Berani-beraninya!" Su Nanfeng mengepal tangan.
Wu Yuxuan tidak takut dengan kemarahannya. Beberapa foto yang baru diambilnya disimpan rapi di cloud storage, lalu digoyang-goyangkan di depan wajahnya dengan sombong, "Kalau berani membentakku lagi, pasti kubocorkan ke wartawan."
"Serahkan ponselnya!"
“Nah, nah, ini, ambil saja.” Wu Yuxuan menyimpan foto Su Nanfeng di cloud storage. Ia tak percaya pria ini bisa menghapusnya.
Su Nanfeng mengambil ponselnya dan mengambil foto baru yang lebih gagah, lalu mengatur sebagai screensaver, wallpaper, latar belakang. Setelah selesai mengatur, ia mengembalikan ponsel.
Wu Yuxuan langsung marah setelah melihatnya, "Su Nanfeng, kamu tidak tahu malu!"
Ia ingin menghapus semua pengaturannya. Begitu jarinya menyentuh layar, sang pria langsung menariknya ke arah tempat tidur rumah sakit. "Aku memang tidak punya muka. Yang kuinginkan adalah kamu."
"Lepaskan!"
"Minta tolonglah!"
Mata Wu Yuxuan berapi-api, "Minta adikmu saja!"
"Minta adikku tidak ada gunanya. Mintalah padaku."
Tangan Wu Yuxuan menggeliat mencoba melepaskan diri, tapi akhirnya menyerah. "Beli sarapan untukku. Aku lapar."
Cahaya pagi menembus jendela kaca, memenuhi lantai dengan cahaya keemasan. Kilauan lembut bermain di rambut panjang Wu Yuxuan, menerangi kulitnya yang putih mulus seperti momen terindah di dunia.
Saat itu, perasaan tak bernama mulai tumbuh liar seperti rumput laut di dasar laut.
"Yuxuan, kau begitu cantik."
Hati Wu Yuxuan berdebar kencang, matanya yang sedikit terangkat menatapnya. Fitung wajahnya yang dalam bagaikan dewa, aura kalem yang terpancar dari alisnya sungguh memikat. Di balik bulu matanya yang panjang tersembunyi sorot mata hitam yang dalam, kini memancarkan kilau hangat. Saat pandangan mereka bertemu, seolah ada daya tarik kuat yang menyedotnya masuk.
Di bawah tatapan Wu Yuxuan, bibir tipisnya yang melengkung sempurna dengan lembut menempel di ujung hidungnya, membuat hatinya bergejolak tak karuan.
Ciuman Su Nanfeng kali ini penuh kehati-hatian, seperti ingin menguji reaksinya. Ia tak berani berlama-lama di ujung hidungnya, takut ditolak.
Ia kembali menunduk, mendekatkan hidungnya ke lehernya dan menghirup perlahan. Aroma harum khas gadis dalam ingatannya memenuhi indranya. Napas beratnya menyapu kulitnya, menimbulkan rasa gatal yang merambat sampai ke relung hati, bagai ratusan bulu angsa menggelitik jantungnya. Api kecil di dadanya mulai membesar di luar kendali, perlahan membakar habis kesadarannya.
Mata berkilau Wu Yuxuan bagai bermandikan remang-remang cahaya mentari membuatnya tak tahan. Tatapannya yang tak berkedip memicu kobaran api liar di perut Su Nanfeng. Dengan mata menyipit, ia menunduk untuk menciumnya.
Namun, Wu Yuxuan memalingkan kepala menghindar, bibirnya mendarat di sudut mulutnya. Tangan pria itu menggenggam dagunya dan memposisikannya kembali agar tak bergerak, lalu menempelkan bibirnya di bibir gadis itu.
Keempat bibir itu saling menempel, seolah mentransfer suhu tubuh masing-masing.
Su Nanfeng menggunakan kedua tangannya yang kuat mengikat erat pinggangnya, bibir tipisnya membawa aroma khasnya menyergap napasnya, membuat jantungnya berdebar kencang. Bibirnya bagai membawa api, meninggalkan sensasi terbakar di setiap tempat yang diciumnya.
Tangan lembut Wu Yuxuan meraih kepala pria itu, jemarinya menyelusup ke rambut hitam pendeknya. Ia sedikit menaikkan kepala menyerahkan bibir merahnya. Gerakan ini membuatnya tertegun...
Meski sudah berkali-kali bercinta dengannya, Su Nanfeng jarang melihatnya aktif. Respon spontannya tadi membuat hatinya berdebar seperti remaja 18 tahun yang baru pertama kali jatuh cinta.
Ia menahan kepala gadis itu, menciumnya dalam-dalam. Lidah berapinya langsung menerobos gerigi giginya, menjelajah dan menjilati lidah mungilnya yang lembut.
"Mmm...mmm..."
Ciuman Su Nanfeng begitu kasar dan intens, tidak memberinya waktu untuk beradaptasi, membuat seluruh sel tubuhnya seakan diaktifkan olehnya. Suhu tubuhnya yang semakin panas menumbuhkan perasaan indah di hatinya, sementara suara desakan dua lidah yang tak henti membuat suasana ruangan menjadi semakin panas.
Renikan rendah yang keluar dari bibirnya seperti kucing kecil yang mencakar ujung hati Su Nanfeng, membuat tubuhnya semakin membara. "Si Kecil" tumbuh dengan gila-gilaan, ciuman sederhana ini sudah tak bisa memuaskannya. Dia ingin lebih... lebih banyak... Bahkan ingin segera menguasai gadis manis dalam pelukannya, terutama setiap kali ingat masa lalu saat dia berbaring telanjang di bawah tubuhnya, menerima segala hasratnya - hasrat itu langsung menyala.
