Bab 057 Bukannya Katanya Hanya Gosok-Gosok?
Perawat berkata: "Nona Wu, perlu saya bantu?"
"Tidak perlu, tidak perlu, saya bisa sendiri... Ah!" Seluruh tubuh Wu Yuxuan kejang-kejang,
Su Nanfeng mencengkeram buah dada montoknya, pinggulnya bergerak liar bagai mesin bor. Desah mesum dan pipi memerah membuat kulit kepalanya bergidik, cairan harum merembes dari antara pahanya.
Su Nanfeng menghembuskan napas di telinganya, mengayunkan pinggang ritmis sambil membisik pelan: "Sayang, mau kubuat terus?"
Wu Yuxuan menggigit bibir, "Jangan... Ah!..."
Penolakannya dibalas dengan tusukan dalam nan ganas.
Perawat di luar panik, "Nona Wu, Nona Wu! Anda benar-benar tidak apa-apa?"
“Hmm... tidak apa-apa... cuma pergelangan kaki... hmm... terlalu sakit...”
Karena ketegangan Wu Yuxuan, vagina-nya berkontraksi hebat. Jika bukan karena Su Nanfeng cepat menarik keluar "Xiao Susu"-nya, pasti akan membuatnya ejakulasi dini.
Wu Yuxuan melirik Su Nanfeng, "Kamu tidak habis-habis, cepat selesaikan!"
Belum lagi perawat di balik tirai, gerakan tubuhnya sudah melebihi daya tahan tubuhnya. Dia hanya ingin ini cepat berakhir agar bisa beristirahat.
Perawat berkata: "Nona Wu, saat ini tempat tidur rumah sakit sangat terbatas. Jika cedera pergelangan kaki Anda tidak parah, bisakah Anda pulang hari ini?"
"Bisa... ah... nanti saya langsung pulang."
"Terima kasih atas pengertian Nona Wu. Silakan beristirahat dulu, saya akan periksa kamar lain. Terima kasih atas dukungannya."
"Hmm... hmm... Sama-sama!"
Wu Yuxuan mendengar langkah perawat menjauh, lalu suara kunci pintu kamar. Setelah memastikan perawat sudah pergi, barulah hatinya tenang.
Jarinya mencubit pinggang pria di atasnya, "Su Nanfeng, bajingan!"
"Aku bisa lebih bajingan lagi!" Katanya sambil memasukkan kembali "Xiao Susu" yang baru ditarik ke dalam rongga berduri-nya. Sensasi erat itu membuatnya mendesah puas, sementara si gadis bereaksi lebih hebat darinya.
Bibir Su Nanfeng dengan lembut menggigit daun telinganya, tangannya meraba payudaranya, dia tak kuasa mengeluarkan erangan.
Pinggang Wu Yuxuan bergetar hebat, menggoyang-goyangkan tubuh dengan penuh gairah. Kelamin yang besar itu menyelinap masuk-keluar membawa cairan panasnya yang bening. Dia telah terjatuh ke jurang kenikmatan. Ekspresi kemayu dan gerakan liar tubuhnya membuatnya semakin bersemangat. "Tombak Perang"-nya bagaikan binatang buas yang tak kenal lelah.
Bibir Su Nanfeng menggesek bibirnya, lidahnya menyelinap masuk dan bermain dengan lidahnya. Ciumannya penuh gairah dan membara. Payudara montok yang dibelainya bergoyang mengikuti tarikan napasnya, puncak merah muda merekah seperti mawar. Kulit putihnya memerah, mata berkaca-kacanya penuh daya pikat. Setiap inci tubuhnya merindukan persetubuhan.
Setiap tusukan dalam Su Nanfeng penuh gairah namun tetap hati-hati, takut melukainya.
"Kenapa belum sampai..."
"Gadis baik, tahan sebentar lagi..."
Dalam sensasi tak berdaya akibat gempuran Su Nanfeng, tubuhnya lemas, pikiran tak bisa dikendalikan. Pandangannya berkunang-kunang. Dia melengkungkan pinggul menyodorkan payudaranya ke mulut pria itu, memohon belaian.
Su Nanfeng mulutnya menggigit lembut salah satu puting, setelah mencium beberapa saat beralih ke yang lain, tubuhnya bergoyang mengikuti gerakannya, rambut hitam lurusnya terhampar di kasur menambah pesona luar biasanya.
Wu Yuxuan menggigit bibirnya yang bergetar sambil merintih, mata basahnya semakin berkaca-kaca dan tak fokus.
Kedua pahanya menjepit erat pinggulnya yang kokoh, setiap dorongan kuat membuatnya kejang-kejang, menyerahkan seluruh jiwa raga pada kenikmatan tak terbayangkan yang diberikan pria itu.
Tenggelam dalam lautan nafsu, Wu Yuxuan tak sadar telah membuka seluruh dirinya untuk Su Nanfeng. Cinta yang terpendam dalam-dalam membanjiri hatinya, menerima tanpa syarat setiap tusukan yang menusuk sumsumnya.
Bagi Su Nanfeng, bukankah cinta ini juga tumbuh tanpa disadari? Namun lingkungan tumbuhnya membalut hatinya dengan lapisan es tajam. Kerinduannya ia artikan sebagai hasrat menguasai tubuhnya. Meski cinta telah berakar, ia lebih memilih menganggap ini sebagai obsesi fisik belaka.
Su Nanfeng terobsesi pada tubuhnya hingga setiap dorongan mencapai rahim terdalam, menumpuk gelombang kenikmatan yang memuncakkan hasrat wanita itu ke titik tertinggi.
“Tapi dia masih tidak puas, dia ingin sepenuhnya menaklukkan wanita yang berbaring di bawahnya menikmati kesenangan ini. Gerakannya semakin cepat dan keras, bagaikan kuda liar yang berlari kencang, mengikis sikap anggunnya dan menggila menguasai tubuh serta jiwanya.”
Setiap kali Su Nanfeng menarik keluar, cairan panas dari liangnya terbawa, membasahi seprai.
“Tidak bisa... Aku tidak bisa lagi...”
Wu Yuxuan berteriak ketidakmampuan, namun pantatnya yang menggoda justru terangkat tinggi merindukan "naga ungu"-nya masuk lebih dalam. Ia tenggelam dalam gelombang kenikmatan yang memabukkan, memejamkan mata menikmati rasanya.
Melihat ekspresinya, nafsu Su Nanfeng semakin membara. Dorongannya yang kasar ke dalam liangnya mengirimkan rangsangan dahsyat bagai ombak menggulung. Keringat harumnya mengembang, tangan mencengkeram lengan pria itu sementara ekstase gila menerpanya, tenggelam dalam lautan kenikmatan.
“Sayang, aku suka mendengar suaramu.”
“Ugh... jangan...”
Desahan Su Nanfeng semakin kasar, erangan wanita itu semakin terburu-buru. Kakinya diangkat ke bahu pria itu untuk memudahkan gerakan penusukannya.
Tanpa penyangga lengan Su Nanfeng, tangan Wu Yuxuan mencengkeram seprai. Payudaranya bergoyang liar sementara napasnya terengah-engah.
“Pada saat ini, batu gioknya mengalami kontraksi hebat, menghisap erat Xiao Susu, kenikmatan yang meluluhkan tulang tiba-tiba membanjiri otaknya.”
“Kenapa belum sampai juga...”
“Gadis baik, apa kau meragukan stamina ku?”
Di bawah serangan Su Nanfeng, dia kembali mencapai puncak. Aliran panas seperti air mancur di lorong rahim tak henti-hentinya, kenikmatan seperti sengatan listrik menyapu sisa kesadarannya. Kontraksi puncaknya yang lagi-lagi mengencangkan Xiao Susu membuatnya merasa akan segera mencapai klimaks. Dengan mengangkat kaki gadis itu selebar mungkin dan kedua tangan mencengkeram pinggang rampingnya, ia mengerahkan seluruh tenaga untuk mengisi kekosongannya dengan gila-gilaan.
Tiba-tiba tulang punggungnya tersengat listrik, pandangannya kosong namun seolah dihiasi bintang-bintang. Tenggelam dalam kenikmatan, ia melepaskan gelombang primal dalam tubuhnya ke tubuh gadis itu, yang kembali mencapai puncak dalam riak tak berujungnya.
Setelah gelombang Su Nanfeng mereda, tubuhnya yang gagah tadi lunglai jatuh di atas kelembaman gadis itu. Nafas berat dan lelahnya terdengar di telinganya.
Wu Yuxuan yang masih terombang-ambing dalam euforia, mata sendunya berkaca-kaca, seluruh tubuhnya bergetar halus.
Tangannya mengencangkan pelukan pada wanita di bawahnya, mencium kelopak matanya, “Gadis baikku...”
Setelah gairah memudar, mata Wu Yuxuan kosong, napasnya lemah seperti boneka kain yang mengambang tak berdaya di laut, hanya bisa terbawa arus.
"Xiao Su Su" yang sudah kehilangan kekuatan terdorong keluar dari tubuhnya oleh kontraksi saluran vaginanya, bersamaan dengan cairan beningnya dan lendirnya.
Wu Yuxuan yang tercabik-cabik oleh siksaan Su Nanfeng mengumpat dalam kesadarannya yang melayang: "Pembohong, penipu besar..." Padahal sudah janji hanya gesekan luar...
