BAB 068 KEGUGURAN CHEN XUE
Wu Yuxuan memandang tak percaya pada Chen Xue yang pucat pasi. Bahkan dari antara kaki Chen Xue terlihat darah yang mengalir perlahan, tapi hatinya tetap dingin, “Chen Xue, bagaimana bisa... bagaimana bisa...”
“Wu Yuxuan, jika terjadi sesuatu pada Xue’er dan anak ini, aku tidak akan membiarkanmu lolos.” Sorot mata penuh kebencian An Bin menyala-nyala memandangi Wu Yuxuan, seolah ingin langsung mencabiknya untuk membalas dendam bagi Chen Xue.
“An Bin, bukan aku yang mendorong! Dia, dia sengaja, aku sama sekali tidak ingin menyakitinya, kenapa aku harus menyakitinya!”
Chen Xue: “Wu Yuxuan, aku tahu kau membenciku karena merebut An Bin, tapi kalau ada ketidakpuasan lebih baik luapkan semua padaku, anakku tidak bersalah, bagaimana bisa kau begitu kejam!”
Perdebatan yang tampak tak berujung ini tiba-tiba terhenti saat ambulans 120 tiba di lokasi pernikahan. Dokter melakukan penanganan darurat pada Chen Xue terlebih dahulu sebelum membawanya ke rumah sakit.
Su Nanfeng tidak mengerti apa yang terjadi. Melihat ambulans datang, hatinya berdebar tak karuan. Di antara kerumunan orang, ia tak melihat bayangan Wu Yuxuan. Ingin ia menyusup1 masuk kerumunan mencari gadis itu, baru bisa tenang setelah memastikan yang celaka bukan dirinya.
Sayangnya pengunjung pesta pernikahan terlalu banyak. Bagaimanapun Su Nanfeng berusaha menyusup, tak bisa masuk1. Tapi saat melihat orang yang diusung tandu bukan si kucing liar, ia menghela napas lega.
Wu Yuxuan yang baru keluar pintu tiba-tiba dipeluk erat. Desakan pelukan itu hampir membuatnya terjatuh. Hidungnya menangkap aroma khas Su Nanfeng. Tangannya langsung membalas memeluk, wajah mungilnya menempel di dada pria itu. "Bukan aku, sungguh bukan aku..."
Nyatanya Chen Xue sengaja menjatuhkan diri sendiri. Yu Xuan tidak mengerti, kenapa harus menyalahkan dia untuk hal seperti ini.
Pernikahan ini belum dimulai sudah berakhir. Orang tua Chen Xue, karena khawatir pada putri mereka, ikut ambulans ke rumah sakit.
Setelah emosi Wu Yuxuan mereda, dia bercerita pada Su Nanfeng tentang kejadian di jalur darurat. Setelah selesai bicara, dia menatapnya, "Tuan Su, semua orang tidak percaya padaku, mengira aku yang mendorong Chen Xue. Apakah kamu percaya padaku?"
Su Nanfeng memeluknya ke dadanya, "Bodoh, aku percaya gadis baikku tidak akan melakukan hal seperti ini. Aku percaya padamu tanpa syarat."
Air mata Wu Yuxuan tak tertahan lagi. Hanya karena kepercayaan Su Nanfeng - saat semua orang meragukannya, masih ada satu orang yang percaya tanpa syarat. Itu sudah cukup.
Gerombolan wartawan memadati depan rumah sakit tempat Chen Xue dirawat.
Chen Xue bukan selebriti atau publik figur. Kegugurannya karena terjatuh tak mungkin langsung menarik perhatian banyak orang. Kejadian ini jelas merupakan jebakan untuk menjadikan Wu Yuxuan sasaran penilaian moral dan kecaman masyarakat.
Pemandangan wartawan yang mengepung rumah sakit tertangkap jelas di mata Su Nanfeng. Sorot matanya yang dalam tiba-tiba menyala dingin. Dia menelepon asistennya, "Berikan waktu satu jam. Redam semua isu ini."
Setelah menutup telepon, Su Nanfeng menoleh ke Wu Yuxuan di kursi penumpang, "Serahkan semuanya padaku. Jangan beri penjelasan apapun. Tuduhan kosong tak akan bisa melekat padamu."
Kepala Wu Yuxuan kacau balau, seolah tertutup oleh tumpukan benang kusut, "Apakah dia benar-benar membenciku sampai harus mengorbankan anak dalam kandungannya untuk memfitnahku?"
Meski Su Nanfeng sudah terbiasa melihat kekejaman sifat manusia, tindakan Chen Xue tetap terasa terlalu kejam. Melihat kesedihan di wajah Wu Yuxuan, dia merangkulnya. Aroma harum yang familiar di hidungnya memberi sedikit kelegaan. Di saat ini, dia justru bersyukur Chen Xue menyakiti diri sendiri untuk memfitnahnya. Jika yang terjatuh tangga adalah Wu Yuxuan, yang terbaring di tandu berlumuran darah adalah dia, pasti dirinya akan menjadi gila.
Dagu Su Nanfeng menyentuh lembut dahi mulus Wu Yuxuan. Sentuhan hangat yang nyata memberinya rasa aman, "Sifat asli Chen Xue memang begitu. Ketulusanmu takkan bisa menukar ketulusannya."
"Sifat dingin dan tak berperasaan itu urusannya sendiri. Menggunakan anaknya untuk memfitnahku adalah pilihannya, tapi aku bukan buah kesemek lunak yang bisa dia remas!" Cahaya tegas berkilau di mata Wu Yuxuan. Terlalu banyak kompromi telah dia berikan pada Chen Xue. Kelunakan yang terus-menerus justru menjadi alasan Chen Xue memframingnya. Dia tak mau mengalah lagi, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk janin yang bisa gugur kapan saja! Jarinya menggenggam kencang sampai memucat.
Wu Yuxuan duduk di dalam mobil, menunggu sampai semua wartawan yang mengerumuni rumah sakit bubar barulah dia membuka pintu mobil. Su Nanfeng menghalangi jalannya, "Serahkan ini padaku, jangan kau bertindak gegabah."
"Jika aku sendiri tidak memperjuangkan keadilan untuk diriku, masih bisa berharap pada siapa lagi?"
"Kau bisa berharap padaku."
Wu Yuxuan mengibaskan tangan pria itu, "Terima kasih, tapi tidak perlu. Urusanku akan kuselesaikan sendiri."
Dia melangkah menuju rumah sakit dengan langkah mantap yang tak tergoyahkan. Su Nanfeng berdiri di belakangnya, mendengar keteguhan langkah dan tekadnya yang tak mau menoleh kembali. Bibirnya yang tegang tiba-tiba merekah dalam senyuman dalam. Kucing liar kecilnya mulai mau menggigit orang.
Su Nanfeng memiliki sifat maskulinitas yang kuat, menganggap pria harus melindungi wanita dari badai kehidupan. Namun sebenarnya, di lubuk hatinya lebih menghargai wanita yang mandiri dan tak mudah ditaklukkan.
Saat ini Wu Yuxuan justru memancarkan aura yang paling dia kagumi. Kemilau yang terpancar bukan pemberian siapa pun, tapi kebanggaan alaminya sendiri. Wanita percaya diri seperti ini memiliki pesona tak terbatas, membuatnya... semakin ingin menaklukkan.
Chen Xue sudah stabil setelah pertolongan dokter, tapi janin tidak bisa diselamatkan. Wu Yuxuan terpaku mendengar kabar ini dari dokter. Bayi tak bersalah itu benar-benar telah pergi...
Wu Yuxuan menuju ke ruang perawatan Chen Xue. Di depan pintu kamar sudah berkumpul banyak kerabat Chen Xue. Begitu dia muncul, berbagai tuduhan kasar langsung dilontarkan. Karena tidak merasa bersalah, dia berjalan tegak melewati mereka.
Begitu mendengar nama Wu Yuxuan, Ibu Chen langsung berlari keluar dari kamar dengan emosi meluap. Dia menghantam dan memaki: "Wu Yuxuan! Wanita jahat kau ini! Kau sudah menghancurkan hidup putriku! Sungguh kejam hatimu... Padahal dia selalu menganggapmu sahabat! Inikah balasanmu? Jika ada apa-apa dengan putriku, aku akan menuntutmu sampai kau dihukum mati! Pembunuh! Kembalikan cucuku!"
Setelah rentetan makian itu, Ibu Chen nyaris pingsan. Usai memukul, dia menangis tersedu-sedu: "Putriku malang... Cucuku malang... Dosa apa yang telah kami perbuat? Ya Tuhan, hukum saja aku..."
