BAB 072 Sekali Lagi dan Lagi
Kedua tangan Su Nanfeng menahan tubuh Wu Yuxuan. Dengan tenaga penuh, dia menanamkan seluruh batangnya ke dalam tubuh perempuan itu.
Awalnya dia menyodok perlahan, menunggunya menyesuaikan ukurannya. Begitu Wu Yuxuan mulai bergoyang, kedua tangannya mencengkeram payudara putih yang bergetar itu, pinggangnya mulai menghujam cepat, setiap kali sampai ke dasar.
Laki-laki yang bekerja keras terus menghela napas, perempuan yang menahan beban terus merintih. Keduanya menyatu dalam gelora hasrat paling purba dan vulgar.
"Lengan putih salju Wu Yuxuan mencengkeram kuat seprai, pantat mungilnya sedikit terangkat menerima hantaman ganasnya. Bibir ceri yang tergigit mengeluulkan erangan lemah tak tertahan dari kenikmatan yang diberikannya."
"Mendengar desahan menggairahkannya, Su Nanfeng bergerak semakin garang bagaikan serigala yang menggasak wanita di bawah tubuhnya."
"Kaki jenjang Wu Yuxuan melilit erat pinggangnya, menginginkan lebih. Mata berlinau penuh bujukan membuatnya semakin menggila, membawa sang dewi seksi ini berputar-putar dalam lautan nafsu."
"Ah... terlalu cepat, perlahan..."
"Gerakan Su Nanfeng tak juga melambat, malah semakin beringas mengocok liang basahnya. 'Hmm... ah...' dengusnya terputus-putus, 'Sayang, kau benar-benar siluman.' Dorongannya semakin keras, memaksa tubuh di bawahnya mengeluarkan lebih banyak rintihan."
"Su Nanfeng terus-menerus menaklukkannya. Tubuh giok telanjang, lekuk putih bergoyang, rintihan merdu... Gambarannya membuat darah berdesir. Tangannya mencengkeram pinggang ramping, menarik si manis yang sudah terdesak ke ujung tempat tidur kembali. Bantal diselipkan di punggungnya, dan ketika menusuk lagi, dorongannya lebih dalam, membuatnya menjerit-jerit."
"Su Nanfeng yang membara dan besar masuk-keluar dari lubang misteriusnya. Wajah cantiknya sebesar telapak tangan dipenuhi gelora nafsu, mata setengah terpejam, bibir merah sedikit terbuka, kaki panjangnya melilit pinggangnya. Dua tubuh yang erat menyatu tak terpisahkan, bersama-sama menjelajahi kitab rahasia surga dunia."
"Su Nanfeng terus menerus mengayunkan pinggulnya, dalam keganasan pria itu dia mencapai klimaks kedua kalinya."
"Sayang, sekali lagi."
"Dia memutar tubuhnya hingga tengkurap di ranjang, pantatnya dicengkeram dengan kasar. Xiao Susu seketika menembus lubang rahasianya dari belakang."
"Perlahan, aku tak tahan, kau terlalu cepat!" Permintaan Wu Yuxuan berbaur dengan erangan kepuasan.
"Siluman, kau siluman kecilku." Sesuai dengan tusukan-tusukannya, pekikan ganasnya menggema, ingin meninggalkan cap miliknya di tubuh perempuan itu.
"Ah..." Wu Yuxuan tak kuasa menahan gelombang kenikmatan yang bercampur sakit. Jeritannya mengandung kepuasan di balik kesakitan. Tangannya mencengkeram sprei, tubuh anggunnya menari-nari menerima hantaman ganas yang mengantarkannya ke surge.
Tubuh Wu Yuxuan kembali dibalikkan olehnya, dia mengangkat kedua kaki perempuan itu ke bahunya, membuat gerbang rahasianya terekspos sepenuhnya di hadapan matanya. Gerbang rahasia yang mengalirkan cairan kental panas itu menggoda, membuatnya menunduk dan menciumnya dengan lidah.
"Wu... wu..." Suara rintihan tak tertahankan keluar dari mulut Wu Yuxuan, pantatnya mulai menggeliat tak henti mencoba menghindar.
Di bawah ciuman ujung lidah Su Nanfeng, dia merasakan kontraksi kuat dari gerbang rahasianya yang membuat ujung lidahnya kesemutan. Sorot matanya menggelap, dia membelah kedua kaki perempuan itu, mengarahkan Xiao Susu untuk menyelusup ke gerbang rahasianya. Pada saat penetrasi pertama, suara kepuasan meledak dari kerongkongannya. Gerakannya mulai dari lambat kemudian makin cepat, dua tubuh berguncang tak henti. Di bawah guncangannya, aliran hangat terus mengalir dari tempat persatuan mereka, membasahi seprai di bawah tubuh.
Wu Yuxuan merasa dirinya hampir mati, anggota badan lemas tak berdaya, hanya bisa pasif menerima tusukan tak henti. Gelombang sensasi kesemutan yang padat itu merambat ke seluruh tubuh.
Tangan Su Nanfeng menyusuri ketiaknya mengangkat seluruh tubuhnya melintang di pangkuannya. Dua lengkungan salju di dadanya tepat di mulutnya. Ia menyedot dalam-dalam, sensasi geli nan indah merambat dari dadanya. Dijilati tanpa henti, tubuhnya tak kuasa melengkung mengeluarkan erotan halus. Dalam tatapan kabur berkilau, hanya tampak kepala hitam yang terbenam di dada, lidah lincahnya melukis di salju berkilau, mengguncang seluruh tubuhnya.
Tangan Wu Yuxuan menekan kepala pria ke dadanya. Tubuhnya tak tertahan menggeliat. Puncak merah muda di payudara putih merekah di bawah usapan jemarinya. Seluruh tubuhnya bergelombang mengikuti irama gelora hasrat.
"Su Nanfeng bergoyang di pinggang dengan frekuensi yang semakin cepat membuatnya menjerit histeris."
"Sayang, kau begitu ketat..." puji Su Nanfeng. Meski telah memilikinya berkali-kali, setiap penetrasi ke Jalan-nya selalu terasa sesempurna gadis perawan, menguncangnya hingga gemetar.
"Mmm...ah...ugh..."
"Bajingan..." Wu Yuxuan terbuai kenikmatan surgawi, tumbang di bawah gempuran tak kenal ampun, berubah menjadi manusia tanpa batas yang hanya haus pelesir.
Su Nanfeng terus menerus mengayunkan pinggang, menyerbu ganas ke dalam Lubang intim-nya. Ia ingin menyatu seluruh diri ke dalam Jalan mungil itu, menikmati sensasi luar biasa dibungkus kehangatannya.
“Oh……” Wu Yuxuan mengeluarkan erangan kepuasan, kenikmatan puncak yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Tangannya mencengkeram erat bahu Su Nanfeng, tak peduli rasa sakit yang ditimbulkannya, meninggalkan bekas cakaran di tubuh pria itu.
Wu Yuxuan telah mencapai orgasme ketiga kalinya. Kakinya lemas, pikirannya kosong. Namun Su Nanfeng bagai prajurit tak kenal lelah, terus menancapkan "stempel kekuasaan" di tubuhnya, merebut semua "benteng pertahanan" hingga menjadi raja mutlak atas dirinya.
"Cukup... jangan lagi..." Wu Yuxuan mendorongnya, berusaha menghentikan kegilaan pria itu.
"Gadis baik, kau sudah tiga kali, aku belum selesai. Sabar sedikit." Su Nanfeng membujuk lembut sambil terus mengayunkan pinggang. Wu Yuxuan merasakan benda keras sebatang besi itu menghantam Jalan-nya. Erotisnya desahan dan gesekan yang memicu gatal-gatal liar membuat pinggulnya tak kuasa berhenti bergoyang.
Su Nanfeng mengulum putik merah muda itu, menyedotnya kuat-kuat. Desahan menggoda dari bibir wanita itu membuatnya makin ganas menembus tubuhnya. Dengan stamina tak terbatas, ia terus membawa tubuh lembut di bawahnya naik-turun di antara kejang-kejang puncak, terkunci dalam pelukan maut.
"Lelah sekali..."
Su Nanfeng mendengar dia mengeluh lelah, menekan tubuhnya kembali ke tempat tidur. Pinggangnya mulai bergerak keras menembus, setiap dorongan semakin kuat dan dalam, sepasang kaki putihnya terus bergoyang di sisi pinggangnya. Ia menyibak rambut panjang yang basah oleh keringat yang menempel di tubuhnya, menunduk untuk mencium bibirnya dan menikmati manisnya mulutnya, bermain-main dengan lidah mungilnya. Setelah selesai mencium bibir dan lidahnya, ia mulai berputar-putar di puting merah mudanya, tangan mencengkeram dua gundukan putih salju sebagai tumpuan, menggenggam erat salju kristal itu untuk mendorong pinggangnya terus menerus menghantam ke atas.
Wu Yuxuan terengah-engah, dadanya naik turun menahan tusukan brutalnya, sementara dia seperti orang kesurupan terus menyelusup lebih dalam ke liang rahasianya.
"Cepatlah, aku benar-benar tidak mau lagi."
"Baik, akan kucoba percepat." Su Nanfeng terus menyerang dengan ganas,
"Ah...ah..." Wu Yuxuan menjerit protes tak tertahankan: "Maksudku cepat SAMPAI, bukan mempercepat ritme, uung... pelan, pelan dikit..."
"Kalau mau aku cepat sampai, harus dengan kecepatan!" Sambil berkata demikian, Su Nanfeng mulai menyerbu cepat dan tak beraturan. Di bawah percepatan ritmenya, dia kembali mencapai puncak, aliran panas menyiram Xiao Susu-nya, membakarnya sampai gemetar. Ia menikmati kontraksi itu dengan tenang, "Si pembohong kecil, katanya sudah tidak kuat? Kamu lebih hebat dariku, sudah klimaks lagi."
Wu Yuxuan seluruh tubuhnya lemas tak berdaya, napasnya terengah-engah dari bibirnya. Gelombang nafsu yang belum pernah ia rasakan membuat pikirannya kosong, tak menyadari waktu yang berlalu.
