BAB 080 HADIAH TERIMA KASIH
"Sejak pukul enam sore, Wu Yuxuan sibuk di dapur, menghias meja makan dengan taplak putih. Di tengah meja terdapat bentuk hati dari kelopak mawar yang dipadukan dengan lilin, menciptakan suasana romantis."
"Su Nanfeng tidak sering kembali ke vila ini, namun kini terasa hangat dengan kehadiran Wu Yuxuan. Sebelum pukul delapan, mobil Su Nanfeng sudah memasuki halaman."
"Mendengar suara mobil, Wu Yuxuan berlari kecil keluar. Dengan penuh misteri dia berdiri di depan Su Nanfeng, 'Tutup matamu.'"
"Su Nanfeng agak terkejut melihatnya. Melihat senyum mengembang di bibirnya, tanpa bertanya dia menutup mata patuh."
"Wu Yuxuan menggenggam tangannya. Dalam kegelapan, dia mengikuti langkah gadis itu."
"'Baik, buka matamu.'"
"Su Nanfeng tersenyum. Saat membuka mata dan melihat pemandangan di ruang makan, dia tertegun sejenak lalu bertanya, 'Makan malam romantis untukku?'"
"'Bukan!' Wu Yuxuan langsung menyangkal, 'Aku hanya ingin berterima kasih atas semua bantuanmu.'"
"Wu Yuxuan menarik kursi untuknya. Dia duduk berseberangan. Makan malam ala Barat dengan steak, anggur merah, dan bunga yang semuanya disiapkannya membuat Su Nanfeng tak bisa menahan tawa."
"Makan malam ini terlalu indah, membuatnya merasa sangat nyaman."
Cahaya kehangatan yang lembut memenuhi seluruh ruangan. Su Nanfeng memandang wanita kecil yang duduk berhadapan dengannya. Malam ini, wanita itu tampil dengan gaun biru muda yang menampilkan postur tubuhnya. Bulu mata panjangnya membentuk bayangan kecil di bawah kelopak mata, memancarkan pesan menggoda namun tetap mempertahankan kesan kesuciannya.
Mungkin karena perawatan intensif darinya, dadanya tampak montok dan menjulang seperti dua bukit kecil.
Didampingi hidangan lezat, arak pilihan, dan sang dewi kecantikan, apa lagi yang bisa membuatnya lebih puas akan hidup selain saat ini?
Wu Yuxuan tak bisa menghindari tatapan membara Su Nanfeng. Malu campur gelisah, ia melompat berdiri, "Aku sudah kenyang, aku kembali ke kamar dulu."
“Su Nanfeng tak menyangka dia bisa semenggemaskan ini saat malu, tak tahan menarik sudut bibirnya.”
Saat Wu Yuxuan hendak melewati Su Nanfeng, tangan Su Nanfeng meraih pergelangan tangannya dan menariknya ke pangkuannya. Dia terjatuh di dadanya, "Kecil manis, kau pikir bisa lari?"
Ia merangkul pinggang rampingnya dan mengencangkan pelukan, "Sudah kubantu sebesar ini, tak mau berterima kasih?"
"Sudah kumasakkan makan malam, masih mau apa lagi?" Wu Yuxuan menggeliat mencoba lepas dari pelukannya.
Su Nanfeng menangkupkan tangan di wajahnya, "Malam ini berdandan secantik ini, bukan untuk menggoda gou gong 1 aku?"
“Ngomong kosong！Aku benar-benar hanya ingin mengucapkan terima kasih, hanya ini saja, tidak ada maksud lain.”
“Si kecil manis yang sok jaim.”
Ciuman Su Nanfeng menutupi dengan ganas, desakan lidahnya yang penuh nafsu merobek pertahanan bibirnya, menyelusup ganas ke dalam rongga mulut dan melahap setiap tetes madu di sana.
Bibir lembut Wu Yuxuan bagai candu, sekali menyentuh langsung membuatnya kecanduan. Ia terus menyedot dan mengulum, seolah tak pernah puas. Lengan yang melilit pinggang rampingnya makin mengencang, ingin meremasnya hingga menyatu dengan tubuhnya.
“Mmm...”
Ciuman ganas Su Nanfeng membuatnya terengah-engah. Pipi polosnya memerah, tatapan mata berkaca-kaca, dan erangan lembut dari bibirnya memicu badai nafsu dalam tubuh pria itu.
Wu Yuxuan menatapnya geram, namun aura menggairahkan di antara alisnya lebih pekat dari malam ini. Bibir mungilnya yang baru saja dicium basah berkilau, memantulkan cahaya lampu yang hangat.
Pesona memabukkannya yang tertangkap di mata pria itu memuaskan hati.
“Kecil manis, tubuhmu selalu lebih jujur dari mulutmu.”
Wu Yuxuan belum pulih dari ciuman ganasnya, tangan Su Nanfeng sudah menyusup di balik rok. Jarinya mengusik tepi celana dalam, membuat tubuhnya gemetar. Ia mencoba menghentikan invasi itu.
"Tapi, kecepatan Su Nanfeng lebih cepat darinya. Tangannya sudah merayap di antara paha gadis itu, menggesek-gesek kain penutup auratnya bolak-balik."
Wu Yuxuan mendesah gemulai, napasnya tersengal-sengal. Detak jantungnya kencang memompa darah yang membuat pipinya memerah. Sensasi geli menyebar hingga ke ubun-ubun.
"Su Nanfeng, jangan... hentikan ini..." Suara Yu Xuan terdengar merintih dengan penuh perlawanan, "Tidak boleh... Su Nanfeng, jangan sentuh sana..."
"Hm? Tidak boleh?!" Jari Su Nanfeng membuka celana dalamnya, menyentuh langsung titik sensitifnya. Ujung jarinya mengelus daging lembut itu, lalu mengoleskan cairan bening yang menempel di jarinya di depan mata gadis itu. "Lihat, ini bukti bahwa aku boleh."
Di bawah cahaya lampu, Wu Yuxuan jelas melihat cairan lengket di jari pria itu yang memancarkan aroma khas. Rasa malu membakar wajahnya. "Su Nanfeng, bajingan!!"
Teriakan marahnya tidak menghentikan aksi pria itu. Jarinya kembali menyusup ke bawah rok, menguasai benteng malunya. "Sayang, kamu sudah basah."
Tiba-tiba Su Nanfeng menarik jarinya dan menekan masuk ke gerbang rahasia yang sensitif itu, mendorong jari panjangnya masuk lebih dalam.
“Ah...” Wu Yuxuan menggeliatkan pinggangnya, matanya menyipit. Kepekaannya sama sekali tak tahan godaan darinya, apalagi dengan cara seperti ini, “Su Nanfeng, jangan...”
Su Nanfeng mengabaikan permohonannya. Tangannya merangkul tubuhnya sambil membuka kedua kakinya hingga ia menunggang di pahanya. Satu tangan menyusup ke bawah tubuhnya, sementara tangan lainnya meremas payudaranya yang montok melalui kain, sengaja menggoda putik merah muda yang tegak di atas bukit putih itu.
“Su Nanfeng, jangan begini... jangan...”
“Anak yang suka berbohong harus dihukum.” Begitu ucapannya selesai, jari-jari Su Nanfeng dengan lincah menari-nari di gerbang rahasianya. Dengan familiar, jemarinya mengusik dinding giok yang rapat milik Wu Yuxuan, sementara ujung jarinya mengganggu kacang kecil di antara pahanya – terkadang mencubit lembut, terkadang menekan kuat.
Tangan Wu Yuxuan mencengkeram erat lengan Su Nanfeng. Mengikuti gerakannya, perutnya mengempis dan mengembang tak karuan. Tanpa sadar ia mengangkat pantat mungilnya, membuat jari-jarinya dengan mudah memicu gelombang kenikmatan dahsyat.
Tiba-tiba, sensasi kesemutan melanda. Tubuh Wu Yuxuan yang tak berdaya langsung mencapai puncak pertama hanya dengan invasi satu jarinya. Saat klimaks tiba, cairan panas dari tubuhnya mengalir di bawah jarinya, sementara gerbang rahasia itu berdenyut-denyut, menggigit erat jari Su Nanfeng tak mau melepas.
Setelah dia pulih dari puncak klimaks, Su Nanfeng menarik keluar jarinya dan memasukkan jari yang masih basah oleh cairan hasratnya ke dalam mulut wanita itu, mengaduk-aduk lidahnya.
"Mmm..."
Bagaimana mungkin dia memasukkan jari yang terkena cairan intimnya ke dalam mulutnya sendiri... Rasa malunya semakin menjadi, ingin mengusir jari pria itu keluar. Ujung lidahnya terus mendorong menolak, tapi justru membelit jari panjangnya. Sentuhan ujung jarinya memicu getar di ujung lidahnya.
Jari Su Nanfeng bermain-main dengan lidah kecilnya yang hangat dan lembap, memandangi ekspresi mabuknya. "Wanginya enak tidak? Ini aroma khasmu."
"Mmm, Su Nanfeng..."
"Ya, aku di sini! Masih mau? Kalau mau, aku kasih."
"Tidak, tidak... Ah!"
Penolakan Wu Yuxuan sudah terlambat. Jarinya sudah masuk ke dalam tubuhnya. Kehangatan yang menyelimuti membuatnya bergemuruh, hampir tak sabar ingin menusukkan "Xiao Susu" ke tempat hangat itu.
