Chapter 083 Gadis baik, kamu hebat...
Di bawah bujukan Su Nanfeng, Wu Yuxuan mulai menggerakkan tangannya. Telapak tangan mengusap penuh buah dadanya sendiri, sensasi yang bahkan lebih nikmat dari sentuhannya. Ia meniru gerakannya memutar-meremas puncak merah muda yang ranum...
Melihat pesonanya, dia mengeratkan gigi, terus menerus mengayunkan dengan kuat di dalam Jalan yang terus berkontraksi, menikmati tekanan dinding giok yang menyedot erat benda besarnya. Tangan besarnya menyelip ke tempat persatuan mereka, menemukan Mutiara gioknya yang mengeras seperti batu kerikil, menekannya dengan kuat.
Wu Yuxuan menggoyangkan kepala sambil berteriak, tak sanggup menahan lebih banyak kenikmatan, merengek, "Ampuni aku, kumohon…"
Rintihan menggoda darinya justru membawakan kegilaan penaklukan yang lebih besar. Dia membantingnya tanpa ampun, setiap tarikan mengeluarkan banjir cairan panas dari tubuhnya, membasahi rumput antara mereka berdua.
"Sempurna…" Su Nanfeng meluruskan pinggang lalu menghujam dengan gila, kekuatan kasar dan penuh kegilaan.
Hantaman ini hampir melemparkannya keluar. Tangan mungilnya mencengkeram lengan kokohnya, menerima hantaman liar yang dipaksakan. Bunyi tabrakan daging bergema bersama cairan panasnya.
Si kecil ini benar-benar menghanyutkan. Dia hanya ingin mengumbar segala nafsu di tubuhnya, mencintainya dengan segala cara. Dia mempercepat guncangan di bawah, menatap wajah indahnya yang tak karuan, "Kecil manis..!!"
Su Nanfeng menarik sedikit benda besarnya sampai ke Lubang intimnya, lalu menghentakkan pinggang macan, menusukkan dengan kekuatan penuh ke Jalan-nya, membelah dinding giok sampai ke tempat terdalam.
Wu Yuxuan mendengus sambil menarik napas dalam, melengkungkan pinggang rampingnya untuk menerima keperkasaannya yang besar. Rasa penuh yang menggelembung membuat perutnya bawahnya bergetar hebat, menggigit keperkasaannya yang menusuk dalam. "Besar sekali...dalam sekali..."
Kontraksi intens di bagian terdalamnya membuatnya menegangkan punggung, seakan takkan berhenti sebelum menggigit putus kepala naganya. Dengan kasar ia mendorongnya ke bangku panjang, menarik sebagian lalu menghunjamkan lagi dengan keras.
Wu Yuxuan menjerit, "Terlalu dalam...ah...jangan lanjutkan lagi..."
Su Nanfeng yang sudah merasakan kenikmatan tak mau berhenti. Dengan sengaja ia menarik keluar lalu menusuk keras, mengancam akan menghancurkannya. Ia mulai membiarkan dirinya menghantam, menusuk dalam, memutar dan menggesek di jalan rahasianya.
Rintihan Wu Yuxuan tak putus-putus, gelombang kenikmatan menerpanya. Di balik penolakan, pinggulnya aktif mengikuti ganasnya gerakan. Teriakan mesumnya bergema, tubuhnya terombang-ambing di antara hantaman gila-gilaannya, sebelum akhirnya terjatuh lagi ke ombak orgasme.
Setiap kali dia mencapai puncak, ia ingin mati terkubur dalam klimaksnya.
"Gadis baik, sekali lagi..."
Wu Yuxuan hampir tak tahan, "Tidak bisa...aku tidak kuat...lepaskan aku..."
Su Nanfeng tersenyum angkuh, "Kamu pasti bisa."
Dia mengangkat tubuhnya dan berbalik, menekan tubuhnya di tepi bangku panjang, berlutut di atas bangku dengan kedua kaki terbuka lebar, menahan pinggangnya sambil mengarahkan "senjata"-nya ke Lubang intimnya.
Dengan dorongan pinggang ke depan, masuk dengan bantuan cairan licin. Sensasi terbungkus seketika membuatnya mengerang rendah, berdiri tegak di belakangnya dan mengguncangnya dengan ganas.
Wu Yuxuan berlutut di bawah bangku, tangan kecilnya mencengkeram sandaran kursi, menahan tusukan dari belakang sambil merintih, "Jangan... ugh..."
Su Nanfeng menggerakkan pinggangnya seperti harimau, menghantam Jalan intimnya dengan dominan, menerobos dinding giok yang berkontraksi. Teriakan perempuan itu memecah ruangan, tubuh rampingnya melengkung dan gemetar hebat di bawah serangan bertubi-tubi.
Setiap tusukan dalamnya begitu kejam, seolah ingin mendorongnya bersama bangku hingga terlempar.
Tangan Su Nanfeng meraih payudara putih yang bergoyang liar di depan dada, jemarinya memelintir putik merah muda hingga napasnya tersengal, "Su Nanfeng, terlalu sakit, sungguh sakit..."
Bukan hanya dalamnya yang sakit, putiknya perih, bahkan tulang lututnya pun nyeri.
"Siluman kecil, gigit lebih kencang..." Pantat berototnya bergerak cepat, berusaha menembus palung terdalam, hampir ingin menusuknya tembus belakang. Tenggorokannya menggeliat dengan geraman birahi.
“Ah…” Wu Yuxuan hampir gila，“Pelankan… kumohon, aku tidak tahan lagi…” Tubuhnya bergoyang tak terkendali mengikuti dorongan kasar pria itu meski ingin menolak.
Tembok giok Wu Yuxuan terus dihantam kejam, membuat seluruh tubuhnya kejang-kejang. Suara cipratan air bergema di taman, menggetarkan malam yang lembut.
Su Nanfeng membalikkan tubuhnya setelah lama menyerang dari belakang, membuka kedua pahanya dan memasukkan benda besarnya ke dalam Jalan sempit yang menghancurkan tulang itu.
“Jangan… jangan terlalu cepat, ah…” Meski Jalan-nya telah basah kuyup, setiap penetrasi tetap terasa ketat. Lapisan daging giok lembut itu mengerut memeras benda besarnya hingga membuatnya semakin liar.
Su Nanfeng menekan ujung merah muda sensitif di antara jempol dan telunjuknya, mendengar nafas wanita di bawahnya semakin kacau. Bibir merahnya yang terbuka tak sadar mengeluarkan rintihan memabukkan.
Su Nanfeng tahu dia kembali merasakan gairah. Ia mengangkat salah satu kaki panjangnya ke bahu, satu tangan mencengkeram pinggangnya, tangan lain menopang tengkuknya. Dengan sadar ia memaksanya menyaksikan bagaimana 'senjata' besarnya hilir-mudik dalam raganya. Tatapannya terpaku pada gambaran vulgar di persatuan mereka, rangsangan visual yang intens. Ia menyaksikan naga ungu yang mengamuk itu tercabut dari Jalan-nya, membawa serta cairan panasnya, sebelum menghunjam kembali dengan dahsyat di gerbang rahasia. Otot perutnya yang kekar bergerak ritmis, berat namun liar. Dalam keganasan itu dia gemetar, menjerit... tak mampu menahan diri.
Su Nanfeng mengunci pinggangnya, mulai menyerbu dengan intensitas brutal, menusuk-nusuk hingga membuatnya menjerit-jerit.
Jarinya menyusup ke mulutnya mengaduk-aduk lidah. Liur basahnya segera membasahi jemari, sementara pinggangnya terus bergoyang dalam raga, menikmati sensasi kepungan yang menyempit. "Kau benar-benar siluman kecil pembawa maut." Terlalu sempit, seakan hendak menyedot nyawanya. Ia mendesah tertekan, lalu menghujam lebih dalam dengan hentakan keras.
Wu Yuxuan merekah menggairahkan di bawah tubuhnya, menikmati berbagai kenikmatan namun khawatir tiba-tiba ada yang melihat, seolah sedang berzinah dengannya. Pikiran ini membuatnya tegang sekaligus bersemangat, namun tak kuasa menahan diri untuk terus meresponsnya. Begitu terpikir, dinding vaginanya kembali mengencang, membuatnya mendesis, "Gadis baik, kamu!!"
Baru saja jalan rahimnya tiba-tiba mengerut kencang, hampir saja ia tak bisa mengendalikan diri. Meski tahu hantaman kerasnya akan mempercepat klimaks, ia tetap menginginkan sensasi tercekik itu. Dengan garang ia terus membenturkan tubuhnya, keluar-masuk dengan kasar. Cairan pelumas dari tubuhnya semakin deras mengalir di bawah kekasaran pria itu, gerakan maju-mundurnya semakin lancar, sensasi tak terbendung yang nyaris membuatnya meledak.
Tiba-tiba punggung Su Nanfeng menjadi kaku bagai disambar kenikmatan sakaratul maut. Ia tahu klimaksnya hampir tiba, tapi tak ingin mengakhiri pesta ini. Dengan tergesa ia menarik diri untuk meredakan.
Cairan panas dalam tubuh Wu Yuxuan terbawa keluar lebih banyak saat penisnya tercabut, mengalir melalui bangku menetes ke rumput. Tubuhnya tiba-tiba terasa kehilangan sesuatu, kekosongan besar menyergap seketika. Ia mengerang pelan, seakan memprotes tarikan mendadaknya.
Su Nanfeng melihat ekspresi ketidakpuasan yang jelas di wajahnya, tak tahan ingin segera masuk ke dalamnya. Ia menundukkan kepala dan menciumnya dalam-dalam, menjilit biji telinganya, suara serak menggairahkannya bergema di telinganya: "Apa kamu ingin aku masuk? Katakan padaku."
"...Mmm..."
