Bab 085 Tolong Jangan Melihat
"Su Nanfeng, bisakah kau geser...mmm..." Ucapan Wu Yuxuan terpotong ketika tubuh tinggi pria itu berbalik dan menindihnya, bibir mawar itu tergigit kasar oleh desakan ciumannya.
Ciuman perlahan Su Nanfeng berubah makin dalam, lidahnya yang lihai menyelinap di antara gigi mutiaranya, menjerat lidah kecilnya dalam tarian panas yang menyedot seluruh manisnya rongga mulut.
Wu Yuxuan menerima ciumannya tanpa perlawanan, terhanyut dalam buaian ciuman yang membuatnya mabuk kepayang.
Telapak tangan Su Nanfeng merayap ke lekuk tubuhnya, remasan lembutnya menciptakan riak rasa geli dan lemas di sekujur tubuhnya, membakar nafsu dalam dirinya bagai kobaran api.
“Su Nanfeng...”
Tangan Su Nanfeng yang meremas semakin menguat, sensasi nikmatnya membuatnya bahkan tak punya tenaga untuk berbicara melawan. Ia memanfaatkan momentum ini untuk mengganti posisi, menggunakan kakinya untuk menindih kaki perempuan itu, membuat bagian yang menonjol darinya semakin mendekati celah pangkal paha wanita tersebut.
Dengan sikap otoriter, ia membetulkan posisi tubuhnya agar tidak bergerak. Namun wanita itu pun tak melawan, tubuhnya justru merindukan kedekatan pria tersebut.
Tangan Su Nanfeng menyusup ke hutan hitamnya, saat ujung jarinya menekan kuncup kecil yang sensitif, seluruh tubuh wanita itu tersengat listrik. Ia menggeliat mendekatkan diri ke tubuh pria itu.
Melihat gerakan seperti gadis kecil ini, bibirnya melengkung dengan pesona jahat. "Si kecil manis ini mulutnya memang tak pernah jujur, yang paling jujur selalu tubuhnya – yang terus menerus merindukanku."
Di bawah rangsangan Su Nanfeng, kesadaran Wu Yuxuan sudah kabur. Hanya ada api panas yang membakar tubuhnya. Tanpa sadar ia mengangkat pinggulnya hingga gerbang rahasianya yang lembut menyentuh benda keras panas milik pria itu. Tapi masih terasa kurang, ia tak bisa mengendalikan tubuhnya yang terus menggesek-gesek batang keras itu.
Di bawah pendekatan aktifnya, naga ungu yang tegak berdiri itu dengan panasnya mondar-mandir di gerbang rahasianya, ingin segera masuk ke celah pangkal paha. Sayangnya kaki wanita itu tak terbuka cukup lebar, hanya bisa menekan-nekan bagian luarnya.
Su Nanfeng kembali dibuat gila oleh wanita ini, dia berbisik di telinganya: "Gadis baik, buka kakimu lebih lebar, biarkan aku masuk."
Wu Yuxuan mendengar perkataannya, tanpa sadar sedikit membuka kakinya. Meskipun telah mengalami eksploitasi tak terhitung darinya, jarang sekali dia yang meminta hubungan intim. Pada dasarnya dia masih kurang pengalaman di bidang ini. Meski kakinya sudah terbuka cukup lebar, setelah beberapa kali mencoba, tetap saja dia tidak bisa menusuknya.
Su Nanfeng benar-benar tidak tahan lagi. Kedua tangannya membuka lebar-lebar kakinya, mengangkat kedua kaki itu dan melilitkannya di pinggangnya yang kekar. Tangannya memainkan payudaranya yang putih bersinar, batang kerasnya menekan erat di gerbang rahasia yang sudah basah. Jarinya menggesek daging lembut di kedua sisi celah, membuatnya terengah-engah tak terkendali. Tanpa sadar kakinya mengencang, perutnya naik turun berirama.
Dia tahu dia sangat menginginkannya. Tapi keras kepala seperti dirinya, meski sudah di ambang klimaks, tak pernah mau memintanya masuk. Setiap kali selalu dia yang tak tahan lebih dulu menusuknya dalam-dalam. Setiap kali melihat tubuhnya yang menginginkan tapi mulut yang keras, selalu membangkitkan keinginannya untuk menaklukkan. Dia menghembuskan hawa panas di telinganya, "Gadis baik, kali ini mohon padaku. Kalau kau mohon, aku akan memberimu. Mohon sekali saja, setuju?"
Tubuh Wu Yuxuan terasa panas tak tertahankan, payudara putih salju-nya bergelombang penuh seiring napas yang semakin berat, putik merah muda di bola salju itu perlahan membengkak dan tegak berdiri, puncak kecil kemerahan yang menggoda jiwa. Tubuhnya terbakar luar biasa, terutama rasa hampa tak berujung di bawah sana yang begitu mendesak ingin dihibur.
"Mmm... hnn..." Tubuh Wu Yuxuan semakin hebat menggeliat.
Su Nanfeng memandangi wanita yang memancarkan pesona ribuan pesona ini. Ia menyerah, melengkungkan tubuh atasnya hingga batang tegaknya yang membatu menyasar pintu giok sang perawan. Pinggangnya menikam ke bawah, membenamkan panjang perkasanya ke dalam jalan lembab yang basah.
Panjang perkasanya menyibak lapisan demi lapisan daging lembut di dinding giok. Kehangatan kesempitan itu membuatnya ingin gila menikmati keindahannya.
"Ah...nnn...ahh..." Rintihan sakit Wu Yuxuan pecah. Su Nanfeng tak tahu apakah ini sakit karena jalan yang kurang licin atau kenikmatan yang berlebihan. Tapi ia sendiri jelas merasakan hatinya: batang membara itu tertanam dalam di raganya, mengisi setiap celah kehampaan, kepuasan yang tak terucapkan...
Su Nanfeng telah menahan diri lama demi mendengar rayuannya. Maka ketika telah masuk, kesempitan basah yang membungkusnya menghancurkan sisa akal sehat. Yang tersisa hanya keinginan untuk menembusnya lebih dalam, menghancurkannya, menguasai wanita ini dengan garang.
Su Nanfeng mengangkat paha wanita itu lebih tinggi agar lebih dekat dengannya, memudahkan kekuatan penusukannya menembusnya. Tangannya mencengkeram pinggangnya, tubuhnya bergerak ritmis di antara kedua pakaiannya, dari gerakan lambat di awal hingga dorongan cepat yang tak henti. Rintihan wanita dan dengusan nafas berat pria memenuhi seluruh ruangan.
"Sayang, enak tidak?"
Wu Yuxuan tak mengucapkan sepatah kata, matanya terpejam mengikuti irama gerakannya. Alis halusnya berkerut antara kesakitan dan kenikmatan. Karena tak mendengar jawaban, pria itu tiba-tiba meningkatkan intensitas hantamannya, setiap tusukan lebih dalam dari sebelumnya. Dari posisinya, ia bisa melihat 'naga ungu' yang tegak berdiri masuk-keluar dari gerbang rahasianya, mencintainya dengan tempo cepat.
"Su Nanfeng, pelan-pelan... pelan sedikit..."
Tatapan memohon Wu Yuxuan tertuju padanya. Gerakan masuk-keluar yang lembut sebelumnya begitu pas, membuat jiwa dan raganya nyaman. Tapi kenapa tiba-tiba berubah? Pria itu menghantam seperti orang gila, setiap kali menyentuh bagian terdalamnya.
"Lambatkan, terlalu cepat... terlalu dalam... Aku sakit..."
Kedua tangan Su Nanfeng merangkul punggungnya, membalikkan posisi hingga kini wanita itu berada di atasnya. Dengan bingung ia duduk tak bergerak, sampai terdengar suara pria itu: "Sayang, kamu yang gerakkan sendiri. Mau pelan seberapa pun boleh."
Dia menggunakan kekuatan pinggulnya untuk duduk, begitu bangun mulutnya tepat menghadap dua gundukan salju di dadanya. Satu tangan menggenggam masing-masing, lidah dan ujung jarinya menyiksa putik merah muda kecilnya, sengaja menggerakkan pinggul sesekali menekan jalan rahasianya.
Wu Yuxuan dibuat linglung olehnya, tangannya merangkul bahunya, kuku menancap di ototnya. Dengan kekuatan pinggang, tubuhnya berputar dalam dekapan. Kekerasannya menikmati gesekan selimutnya, terpuaskan tak terhingga oleh irama pinggangnya yang terus bergoyang. Erangan "ahh..." di telinganya membuat kekerasannya membengkak lebih besar.
Wu Yuxuan merasakan keperkasaan di jalan rahasianya, berteriak pelan: "Besar sekali... Panas sekali..."
Tak sampai lima menit, irama gerakannya melambat. Su Nanfeng mengangkat kepala dari lembah tubuhnya, jejak air liur masih tersisa di salju putihnya. Putik merah muda yang basah berkilauan seperti ingin mekar.
Su Nanfeng membaringkannya di atas ranjang yang lembut, menarik penisnya yang keras dari Jalan-nya. Ia merapatkan kedua kaki perempuan itu dan mengangkat pinggulnya, membuat Lubang intim-nya terbuka lebar di hadapan matanya. Dengan jari-jarinya, ia membuka kedua bibir kemaluan berwarna merah muda itu, memperlihatkan celah kemerahan yang masih diselimuti cairan putih kental. Saat lidahnya menyentuh Mutiara giok-nya, seluruh tubuh perempuan itu gemetar disertai erangan mesra. Pipinya memerah antara malu dan bergairah: "Jangan lihat... Kumohon jangan dilihat..."
