BAB 094 Kamu Juga Bukan Orang Baik
"Tubuh Wu Yuxuan menempel di mobil van, kedua tangannya terus mengetuk kaca jendela. Sudah lama diketuknya tapi tak ada yang membukakan pintu. Pria di belakangnya sudah menyusul, menekannya ke bodi mobil dengan kasar, "Pelacur sialan, berani kabur! Coba lari lagi!" Sambil berkata demikian, pria itu membuka pintu dan melemparkannya masuk."
"Setelah dilempar kasar ke dalam mobil, Wu Yuxuan baru menyadari tak ada seorang pun di dalam. Mobil van ini ternyata milik pria itu. Kedua kakinya menendang-nendang, "Lepaskan gua! Lepaskan!""
"Pisau pria itu menyandar di bahu Wu Yuxuan. Tangannya dengan cepat mencengkeram baju sang gadis, sorot mata mesumnya menyala, "Pelacur brengsek, enggak mau dihormati malah minta diperkosa. Memaksa gua pakai kekerasan.""
"Wu Yuxuan membelalakkan mata, memandang ketakutan pada pria itu, "Apa yang kau inginkan?""
"Tentu saja mau ngewe ni."
"Jangan!" Kedua tangan Wu Yuxuan mengepal tak henti memukul pria itu. Kesakitan, pria itu sedikit mengendurkan cengkeraman. Memanfaatkan kesempatan ini, dia merangkak keluar mobil. Mengira bisa melarikan diri, tapi tak menyangka sebuah tendangan mendarat di punggungnya."
"Tubuhnya terjungkal ke depan, hampir terjatuh ke tanah, tapi tiba-tiba terhimpit dalam pelukan hangat yang keras di detik berikutnya."
"Wu Yuxuan baru saja mantap berdiri, orang yang memeluknya menyepak pria itu dengan tendangan lateral, "Enyahlah kau!""
"Wu Yuxuan mendongak. Saat melihat wajah orang itu, dia membeku."
"Lin Ci?"
"Lin Ci menstabilkan posisi Wu Yuxuan, bertanya penuh perhatian, "Kamu tidak apa-apa?""
“Tidak apa-apa.” Wu Yuxuan baru saja selesai bicara, pandangannya melihat darah mengalir dari kaki Lin Ci. Dia panik, “Kakimu kenapa?”
“Luka kecil.”
“Mana mungkin luka kecil? Sudah berdarah begini.”
Luka Lin Ci disebabkan oleh pisau yang dipegang pria itu saat berhadapan dengannya tadi.
Wu Yuxuan menarik lengan Lin Ci, “Ke rumah sakit, lukamu perlu dibalut.”
“Benar-benar tidak apa-apa, hanya luka kecil.”
Lin Ci bersikeras menolak pergi. Wu Yuxuan yang tidak bisa melawannya akhirnya membeli desinfektan dan plester luka di apotek terdekat, lalu merawat lukanya.
Luka itu tidak dalam, hanya mengeluarkan sedikit darah. Tapi karena Lin Ci terluka karenanya, Wu Yuxuan merasa sangat bersalah.
Lin Ci menghiburnya, “Aku benar-benar baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir. Pria mana yang tidak pernah berdarah?”
Hati Wu Yuxuan terasa hangat. Dia tahu pria di hadapannya ini selalu menyembunyikan wajah aslinya demi mendapatkan Keluarga Lin, juga tahu dia adalah orang yang misterius. Tapi pada dirinya, dia hanya menunjukkan perhatian tulus tanpa perhitungan.
Agar tidak mengganggu pekerjaan Wu Yuxuan, Lin Ci menolak permintaannya untuk cuti menemaninya. Dengan tatapan elang yang penuh kerumitan tak terbaca, dia menyaksikannya masuk ke gedung kantor Mi Yin.
Tak lama kemudian, di belakang Lin Ci muncul pria bertopi baseball—orang yang tadi mencoba merampok Wu Yuxuan dengan pisau. Pria itu memanggil Lin Ci dengan sebutan Lin Er Shao.
Lin Ci berkata: “Yang ku janjikan untukmu, tidak akan dikurangi.”
“Terima kasih Lin Er Shao.”
Lin Ci melihat kaki yang terluka dan berdarahnya, berharap darahnya tidak sia-sia mengalir.
......
Wu Yuxuan baru saja kembali ke perusahaan langsung diberitahu bahwa Su Nanfeng menunggunya di kantor. Hatinya berdebar kencang, tapi langkahnya tetap bergerak memasuki kantornya.
Saat Wu Yuxuan masuk ke kantornya, dia berdiri di depan jendela lantai-ke-langit. Matanya menatap keluar jendela dengan ekspresi tengah berpikir yang terlihat sangat berbahaya. Bahkan sinar matahari hangat yang menembus kaca pun tak mampu mencairkan sikap dinginnya.
Wu Yuxuan menundukkan pandangannya, "Tuan Su, Anda mencari saya?"
Su Nanfeng berbalik. Sorot mata sedingin es itu menyapu tubuhnya. Dia mengangkat kepala secara refleks, saat pandangan mereka bertemu, Wu Yuxuan langsung membeku seperti es. Dia tahu pasti Su Nanfeng melihatnya bersama Lin Ci, dan dia sedang marah.
Su Nanfeng menghampiri dengan langkah besar, tangan mencengkeram dagunya dengan kekuatan hampir mematahkannya, "Wu Yuxuan, apakah kau menganggap perkataanku sebagai angin lalu?"
Menghadapi kemarahan hebat Su Nanfeng, Wu Yuxuan tetap tenang menjawab datar: "Tidak."
"Lalu kenapa kau masih dekat dengan Lin Ci?!"
"Tuan Su, ini di perusahaan. Mohon Tuan Su perhatikan image." Saat masuk tadi Wu Yuxuan tidak menutup pintu kantor, setiap gerak-gerik di dalam kantor mudah terlihat oleh karyawan di luar.
Su Nanfeng menahan amarah yang hampir meledak, namun masih tersisa akal sehat. Ia melepaskan dagu wanita itu, "Berapa kali lagi aku harus mengatakannya agar kamu ingat ucapanku?"
"Tuan Su, apakah aku tidak boleh memiliki teman sendiri?"
"Lin Ci tidak boleh. Dia bukan orang baik."
Wu Yuxuan selalu tahu Lin Ci bukan orang sederhana, tapi mendengar pernyataan ini dari mulut Su Nanfeng justru membuatnya ingin tertawa. Ia menyindir balik, "Kamu juga bukan orang baik."
Su Nanfeng memukul meja kantornya dengan keras: "Wu Yuxuan, apa maksudmu dengan sikap seperti ini?!"
Wu Yuxuan tak ingin melanjutkan perdebatan tentang Lin Ci. Akhirnya ia berkata, "Tuan Su, jika tidak ada urusan lain, saya akan kembali bekerja." Tanpa menunggu jawaban, ia langsung berbalik keluar.
"Apa kamu benar-benar mau marah padaku karena Lin Ci?" Membelakangi Su Nanfeng, Wu Yuxuan tak bisa melihat ekspresinya, tapi dari nada suaranya jelas sedang tidak baik.
Langkah Wu Yuxuan terhenti. "Apa kamu yakin ingin marah padaku karena Lin Ci?"
Setelah sekitar satu menit tidak mendapat tanggapan dari Su Nanfeng, Wu Yuxuan keluar dari kantornya. Saat kembali ke meja kerja, ia menemukan setumpuk dokumen berisi data pernikahan dari tahun-tahun sebelumnya. Setelah bertanya pada rekan sebelah, baru tahu ini pemberian Han Lin untuk referensi studi kasus sukses.
Bagaimana mungkin Wu Yuxuan tidak tersentuh dengan perlakuan Han Lin padanya.
Menjelang jam pulang kerja, cuaca tiba-tiba berubah menjadi badai. Angin kencang menerbangkan dokumen di meja. Dengan cepat menutup jendela untuk menghentikan terpaan angin. Setelah angin reda, terdengar gemuruh disusul hujan lebat sebesar kacang yang menghujam dari langit, berdebam-debam di kaca jendela.
"Aduh, cuaca apa ini? Benar-benar menyebalkan. Aku sudah janji makan malam dengan pacar lho." Keluh Karyawan A.
"Entah kapan hujan ini berhenti. Aku masih harus jemput anak pulang les." Kekhawatiran terdengar dari Rekan Kerja B.
"Eh, aku ada payung. Ada yang mau pulang bareng?"
......
Satu per satu karyawan perusahaan mulai pulang. Wu Yuxuan selesai mempelajari kasus-kasus yang diberikan Han Lin, baru menyadari waktu di sudut kanan bawah komputer sudah menunjukkan pukul sembilan setengah malam.
Wu Yuxuan tak menyangka sudah semalam ini. Ia harus buru-buru pulang untuk belanja dan masak bagi neneknya. Dengan tergesa membersihkan meja, memastikan kantor sudah kosong lalu mengunci pintu.
Saat sampai di lantai dasar, Wu Yuxuan bingung melihat hujan deras di luar. Hujan datang tiba-tiba, sejak berangkat ia tak membawa payung. Sekarang hujan terus-menerus, bahkan susah mencari taksi.
Tiba-tiba payung hitam besar menaungi kepala Wu Yuxuan. Ia menoleh dan melihat Su Nanfeng. Tangannya mengibas lengan pria itu...
