BAB 095 Tuan Su, Malam Ini Aku Tidur di Sofa
"Sesosok payung hitam besar tiba-tiba menaungi kepala Wu Yuxuan. Ia menoleh dan melihat Su Nanfeng. Dengan gerakan tangan, ia menyibak lengan pria itu."
"Aku akan mengantarmu pulang."
"Tidak perlu!"
"Wu Yuxuan menangkupkan tas di atas kepala lalu menerobos hujan deras. Butiran hujan sebesar kacang menghujam tubuhnya. Baru beberapa langkah berlari, terngiang teriakan Su Nanfeng dari belakang, 'Perempuan sialan, berhenti kau!'"
"Su Nanfeng yang bertubuh tinggi dengan mudah menyusulnya. Lengan panjangnya menarik tubuh wanita itu ke pelukannya, "Kau tidak punya otak atau mata? Tidak lihat hujan segila ini?""
"Wu Yuxuan menggeliat lepas dari dekapan, 'Jangan ikut campur! Biar aku mati pun bukan urusanmu!'"
"'Kalau mau mati menjauhlah! Jangan mati di hadapanku!' Perempuan tak tahu terima kasih! Su Nanfeng menggigit bibir, ingin saja mencekiknya sekarang. Biar hilang rasa khawatirnya."
"Wu Yuxuan jengah dengan sikap sok tahu pria itu. Setiap hari berlagak 'Aku demi kebaikanmu, dengarkan aku'. Amarahnya memuncak, "Kau suruh mati aku mati? Siapa kau pikir dirimu?!""
"'Aku menyesal bukan siapa-siapa bagimu. Andai aku ayahmu, sudah kucekik kau sejak lahir. Biar beres!'"
"Su Nanfeng terlanjur emosi hingga bicara tanpa filter. Begitu melihat sorot mata redup wanita itu, dadanya langsung sesak, 'Bukan... maksudku...'"
“Tidak perlu penjelasan.” Sebenarnya Su Nanfeng juga tidak salah, dialah orang yang selalu dibenci, mungkin ayahnya yang tidak mengakuinya juga berpikir demikian...
Wu Yuxuan mendorong dengan sekuat tenaga menjauh dari jangkauan lengannya, "Aku peringatkan kau, jangan ikuti aku! Kalau tidak, kubunuh kau!"
Su Nanfeng memandang wanita kecil yang berdiri dalam hujan. Matanya menyiratkan kesepian, tegak sendirian di tengah rintik hujan yang menyayat hati. Entah mengapa, hatinya terasa seperti ditusuk ribuan jarum halus yang membuat napasnya sesak. Dengan gerakan cepat, ia melemparkan payungnya dan mendekat, membungkuk sedikit sebelum menggendongnya di pundak.
Wu Yuxuan berteriak kaget, kedua tangan memukul punggungnya sementara kaki menendang-nendang di udara, "Su Nanfeng, keparat! Turunkan aku! Cepat turunkan!"
"Diam kau!" Su Nanfeng mengabaikan perlawanannya, terus menggendongnya menuju mobil. Pintu belakang dibuka kasar sebelum wanita itu dilemparkan ke dalam. Saat mencoba merangkak keluar, bahunya ditekan kuat, "Perempuan sialan! Jangan bergerak! Kalau berani, kubikin kau mati di sini!"
Menangkap amarah mematikan di matanya, Wu Yuxuan tahu ini bukan saat yang tepat untuk melawan. Dengan geram, tubuhnya mengkerut kembali ke sudut jok.
Melihatnya akhirnya diam, Su Nanfeng mengunci pintu mobil, berputar ke kursi pengemudi, dan melajukan mobil menuju rumah.
Su Nanfeng membawa Wu Yuxuan kembali ke vila, langsung menyeretnya menuju kamar tidur di lantai dua. Sebelum sempat berdiri tegak, handuk dan piyama sudah beterbangan menutupi kepalanya. Dia memerintah: "Pergi mandi!"
Wu Yuxuan yang basah kuyup merasa pakaiannya melekat tidak nyaman. Dia meraih pakaian di kepalanya lalu masuk ke kamar mandi. Untuk mencegahnya masuk tiba-tiba, dia mengunci pintu kamar mandi dari dalam. Baru setelah yakin aman, dia mulai mandi.
Mandi air panas menghilangkan dingin di tubuh. Saat keluar, Wu Yuxuan kaget melihat Su Nanfeng berdiri di depan pintu kamar mandi. Dalam hati dia bersyukur sudah mengunci pintu - kalau tidak, mungkin dia sudah masuk paksa.
Wu Yuxuan mengeringkan rambut dengan handuk. Dengan wajah masam, Su Nanfeng menyenggol tubuhnya dan masuk ke kamar mandi. Suara air menyiram terdengar. Matanya tertarik ke arah pintu kamar mandi.
Awalnya tidak diperhatikan, tapi saat melihat benar-benar Wu Yuxuan terkejut bukan main - Kapan pintu kamar mandi ini diganti menjadi kaca buram?!
Siluet tubuh lebar Su Nanfeng terpantul di kaca buram. Bukankah ini berarti... saat tadi dia mandi, dia berdiri di luar...
Brengsek!! Bajingan!!
Suara Su Nanfeng terdengar dari kamar mandi, tertutup gemericik air. Wu Yuxuan mendekati pintu: "Apa katamu?"
“Bawakan aku celana dalam.”
“...”
Wajah Wu Yuxuan langsung memerah, tapi orang di kamar mandi terus mendesak. Mungkin kesal dengan desakan itu, dia langsung mengancam, "Kalau kamu tidak membawakanku, aku tidak akan memakainya sama sekali."
"Jangan, jangan... Aku akan ambil, kamu jangan keluar dulu."
Wu Yuxuan mengobrak-abrik lemari cukup lama sebelum menemukan celana dalamnya. Dia mengetuk pintu kamar mandi, "Sudah ketemu."
Pintu kamar mandi terbuka sedikit. Saat Wu Yuxuan hendak menyodorkan celana dalam itu, tangan Su Nanfeng bukannya mengambil celana, malah mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat dan menarik tubuhnya masuk.
"Su Nanfeng, kamu gila lagi ya!"
Tapi di detik berikutnya, matanya terbelalak.
Pria di depannya tidak mengenakan sehelai benang pun. Dada yang lebar memperlihatkan kekuatan pria dewasa. Butiran air mengalir di sepanjang lekuk tubuhnya yang sempurna, dari dada terus turun ke bawah...
Pandangan Wu Yuxuan mengikuti aliran air itu ke bawah...
"Aaa...!!!!"
Wu Yuxuan berteriak kencang, buru-buru menutup mata dengan kedua tangan sambil memunggungi, "Su Nanfeng, brengsek! Kenapa tidak pakai baju?!"
Su Nanfeng dengan santai bertanya, "Apa kamu mandi pakai baju?"
"..." Wu Yuxuan tercekat.
Su Nanfeng memutar tubuhnya dan mengurungnya dalam lengan besinya, tersenyum menggoda dengan suara serak penuh nafsu, "Bagaimana kalau mandi bersama?"
Wu Yuxuan mendorongnya, "Jangan... Aku sudah mandi... Lepaskan aku dulu."
Setelah berhasil menangkap wanita kecil ini, mana mungkin Su Nanfeng melepaskannya begitu saja. Ia memandangi wajah Yu Xuan yang memerah karena marah, api nafsu dalam hatinya langsung menyala. Saat gadis itu meronta, tangannya tiba-tiba meraih pangkal paha sang gadis, telapak tangan menekan erat sambil mencubit keras.
Pangkal paha merupakan area sensitif Wu Yuxuan. Serangan Su Nanfeng membuatnya semakin geram, "Su Nanfeng, apa lagi yang kau inginkan? Aku tidak mau!"
Wu Yuxuan panik, tangan kanannya berusaha melepaskan cengkeraman pria itu dari pangkal pahanya, "Dasar mesum! Lepaskan aku sekarang!"
Su Nanfeng memperhatikan ekspresi marahnya. Jari-jarinya menggesek lebih kuat di kulit lembut pangkal paha, merasakan tonjolan seperti kacang empuk di antara lipatan, elastis dan menggoda.
Gesekan tangan Su Nanfeng terus menerus memicu sensasi aneh. Di balik rintihan, Yu Xuan merasakan cairan hangat merembes dari lubang intimnya. Untungnya tidak terlalu banyak hingga belum membasahi.
Rangsangan lembut itu semakin menjadi. Wu Yuxuan menggigit bibir menahan gejolak terlarang, matanya berkaca-kaca, "Su Nanfeng... hentikan. Malam ini aku benar-benar tidak mau."
"Wu Yuxuan menolak, menolak kenikmatan besar yang didapat dari gosokan kuat di tangannya," Jangan seperti ini!"
Tiba-tiba, tangan besar yang menekan pangkal paha Wu Yuxuan ditarik, lengan besi yang melingkarinya pun terlepas. Tanpa tekanan di tubuhnya, dia terkejut. Kenapa Su Nanfeng hari ini begitu mudah diatur? Saat masih bengong, dia berkata: "Segera pergi dari sini, jangan paksa aku mengubah keputusan."
Wu Yuxuan hampir kabur pontang-panting.
Su Nanfeng keluar tanpa baju, hanya mengenakan handuk di pinggang. Wu Yuxuan bersikukuh tidak mau melihatnya agar tidak tergoda oleh godaan 1. Dia meraih selimut di tempat tidur dan memeluknya, "Tuan Su, malam ini aku tidur di sofa."
"Kembali!"
Wu Yuxuan tidak berani bergerak sedikitpun, takut memancing kemarahannya. Dengan kasar Su Nanfeng merebut selimut dari tangannya, lalu menganggukkan dagunya ke arah tempat tidur, "Kau tidur di kasur, aku di sofa."
"Apa?" Wu Yuxuan benar-benar tidak menyangka.
"Bagaimana? Mau tidur sekasur denganku?"
"Tidak-tidak-tidak... Aku tidur di kasur."
Saat Su Nanfeng membawa selimut keluar kamar, dia masih sempat mendengus keras ke arahnya. Asalkan malam ini dia dilepaskan, didengus pun tak apa.
