BAB 099 HAK PACAR YANG DIAMBIL SEBELUM WAKTUNYA
Pagi hari berikutnya, kesadaran Wu Yuxuan sudah pulih meski kelopak matanya masih terasa berat. Setelah beberapa kali berusaha, akhirnya dia bisa membuka mata. Sinar matahari pagi menari-nari di lantai kamar melalui celah tirai.
“Dia ingin menekuk kedua kakinya untuk bangun, namun begitu bergerak, kakinya terasa sakit dan kaku, sama sekali tidak mau menurut, lemas seperti patah tulang. Belum lagi lengan kuat Su Nanfeng masih melilit di pinggangnya.”
Wu Yuxuan berusaha keras membuka tangan pria itu. Baru setengah duduk, tangannya mendorongnya kembali. Lengan itu mengencangkan cengkeraman di pinggangnya, tidak mengizinkannya pergi.
“Su Nanfeng, lepaskan! Aku akan terlambat kerja.”
Tangan besar Su Nanfeng mengencangkan pelukan pada tubuh mungilnya. Tangan satunya meraih ponsel di meja samping tempat tidur. Di bawah tatapan bingungnya, dia menelepon dengan nada bak kaisar: “Umumkan, hari ini seluruh perusahaan MiYan libur sehari, cuti berbayar... Pemilik punya acara bahagia.”
Usai menutup telepon, Su Nanfeng melemparkan ponsel ke kasur. Memandangi wanita kecil yang masih bengong itu, dia tersenyum tipis, “Sekarang, tak perlu khawatir.”
Wu Yuxuan mengedipkan mata memandanginya, belum bisa lepas dari keterkejutan.
Su Nanfeng menempelkan ciuman ringan di rambut panjangnya. Tak lama, ujarnya: “Wu Yuxuan, jadilah pacarku.”
“Hah?” Belum pulih dari kejutan sebelumnya, Wu Yuxuan kembali terperosok dalam gelombang kejutannya yang baru. Ekspresi beku-nya bagai tersambar petir.
Su Nanfeng tiba-tiba bersikap serius, “Jadilah pacarku.”
Su Nanfeng mengakui dirinya bukan pria yang suka bermain-main dengan bunga. Sejak kecil memiliki ikatan pertunangan dengan Gu Jingwei - meskipun perjodohan ini tanpa persetujuannya murni keinginan orang tua kedua keluarga - ia tetap mematuhinya. Di usia dimana para pemuda biasa menjalin asmara, ia selalu disiplin. Tak pernah sekali pun ia menggoda wanita, apalagi merespon mereka yang mendekatinya.
Sebagai calon penerus keluarga Su yang terpilih, ayahnya hanya mengajarkannya untuk mengutamakan keuntungan. Demi keuntungan, ia rela mengorbankan segalanya.
Selama ini ia mengira itu adalah cara hidupnya. Namun tadi malam, saat menyaksikan gadis yang menangis pilu karena dirinya, tiba-tiba ia merasa keliru. Rupanya hidup tak hanya berisi kekayaan yang dingin, tapi juga kehangatan antar manusia. Dalam diri Wu Yuxuan, ia merasakan kehangatan yang tak pernah dialaminya.
Perasaan keterikatan ini bagai kecanduan narkoba, sekali tersentuh tak bisa lepas lagi. Perasaannya padanya tumbuh liar. Karena peduli, ia cemburu pada Lin Ci, cemburu pada setiap pria yang mendekatinya.
Wu Yuxuan mengangkat kepala dari pelukannya, terkejut melihat ekspresi seriusnya. "Su Nanfeng, apa kau demam sampai bicara ngawur? Kok tiba-tiba begini..." Tangannya meraba dahi pria itu.
Su Nanfeng menggenggam tangannya. "Ini bukan keputusan impulsif. Aku sudah berpikir, aku ingin memelukmu, melindungimu, merawatmu di sisimu."
Wu Yuxuan tidak pernah menyangka dia akan mengucapkan kata-kata ini, terutama dengan nada yang sama sekali tidak bercanda. Jantungnya berdegup kencang, cintanya padanya sudah meresap sampai ke sumsum tulang dan tak bisa dilupakan. Berapa malam dia menangis karena merindukannya hingga gila, berapa kali kalimat "Aku menyukaimu" yang hampir meluncur dari bibirnya tapi ditelan kembali. Dalam perasaannya padanya, dia selalu menjadi pihak yang pengecut - tidak cukup berani, tidak cukup kuat, hanya bisa menyembunyikan cintanya di kedalaman hati.
Saat ini, pengakuan hatinya mengguncang perasaan Wu Yuxuan yang telah lama beku. Jika dia menerimanya, akankah hubungan ini berbuah? Bagaimanapun ayahnya... dan pertunangannya dengan Gu Jingwei...
Mengingat Gu Jingwei, hati Wu Yuxuan kembali tersayat-sayat. Mengapa, sungguh mengapa... Takdir terlalu kejam. Untuk melindungi reputasi ibunya, dia rela melepaskan status sebagai putri Keluarga Gu dan mengikuti neneknya mengembara, tak berani menyebut sedikitpun hubungannya dengan Keluarga Gu. Dia pikir rahasia ibunya ini akan tenggelam dalam jurang seiring kepergian mereka, tapi takdir malah mempertemukannya dengan Su Nanfeng, bahkan membuatnya jatuh cinta.
Di satu sisi ada ibunya, di sisi lain ada Su Nanfeng. Wu Yuxuan terjepit dalam pilihan yang sulit.
Tiba-tiba, dia tidak tahu harus berbuat apa menghadapi pengakuan cinta mendalam Su Nanfeng. Dia telah mengorbankan segalanya untuk membela nama baik ibunya, apakah sekarang harus menggulingkan semua keputusan sebelumnya dengan cintanya?
Tidak, dia tidak sanggup...
Wu Yuxuan menutup matanya, air mata mengalir dari sudut matanya. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia menekan semua perasaan cinta yang mendalam padanya di dalam hati. Ketika membuka mata kembali, sorot mata jernihnya tak lagi menyisakan sedikitpun kerinduan padanya. "Su Nanfeng, aku tidak akan menerimamu. Karena... aku sama sekali tidak mencintaimu."
Begitu kata Wu Yuxuan selesai, dia merasakan tubuh Su Nanfeng yang memeluknya menjadi kaku. Wajahnya dipenuhi keheranan: "Kamu bilang... kamu tidak mencintaiku?"
"Ya!" Wu Yuxuan bersikap tegas dengan pura-pura. Hatinya seolah ditusuk pisau tajam, rasa sakit itu hampir merenggut nyawanya. Dia ingin mendapatkan kelembutan Su Nanfeng, merasakan kasih sayangnya. Tapi... dia benar-benar tidak pantas. Di hatinya tersimpan terlalu banyak rahasia dan beban. Dia tidak bisa melepaskan semua ini dan bersamanya tanpa tekanan.
Su Nanfeng tiba-tiba merasa dirinya sangat konyol. Baik dalam bisnis maupun hal lain, dia selalu tak terkalahkan. Tak disangka justru jatuh tersungkur dalam urusan cinta. Namun meski begitu, dia tetap tidak akan menyerah. Dia yakin suatu hari nanti gadis ini akan mencintainya dan menerima pinangannya.
“Su Nanfeng membalikkan badan dan menindih Wu Yuxuan di bawahnya, matanya menyala-nyala menatapnya dengan kelembutan yang belum pernah terlihat sebelumnya, "Wu Yuxuan, dengarlah, dalam hidup ini kamu sudah ditakdirkan menjadi milikku, tidak bisa lari."”
“Su Nanfeng, jangan kamu jadi gila.”
Tangan besar Su Nanfeng merangkul pinggangnya, mengunci tubuhnya, "Bagaimana jika aku memang mau memaksa?"
Kedua tangan Wu Yuxuan menahan dada pria itu, wajahnya memerah membara, "Cepat bangun dariku, hmm..."
Napas hangat Su Nanfeng menyapu wajahnya, bibirnya menyergap bibir merah yang sedikit terbuka itu, menelan semua kemarahan gadis itu.
Wu Yuxuan langsung panik, bibirnya perlahan mati rasa. Desakan bibir pria itu membuatnya hanya bisa mengeluarkan suara "hmm" sebagai protes.
Tangan Su Nanfeng menggenggam buah dada putihnya yang montok, meremas kuat hingga daging lembut itu menyembul di sela jemarinya. Pucuk merah muda di ujungnya perlahan mengeras karena gosokan jarinya, menonjol di telapak tangannya.
Wu Yuxuan berjuang keras, tapi tak sadar perjuangannya justru memberi celah. Kepala naga sekeras baja itu sudah menyentuh lubang intimnya, membuatnya membeku ketakutan.
Setelah selesai mencium bibirnya, Su Nanfeng beralih ke leher putih gadis itu. Wu Yuxuan yang mendapat kesempatan bernapas langsung menghirup udara dalam-dalam, "Su Nanfeng, bangun! Apa yang mau kamu lakukan?"
"Menjalankan hakku sebagai pacarmu." Katanya penuh keyakinan.
“Su Nanfeng, aku tidak pernah setuju, kamu bukan pacarku.”
Su Nanfeng yang sedang giat menggigit leher putihnya mengangkat kepala, memandangnya dengan tatapan membara, tersenyum manis, "Mempercepat eksekusi."
"..." Wu Yuxuan benar-benar kalah dengan ide gila ini, mana bisa seperti ini... "Su Nanfeng, cepat berhenti, aku tidak akan setuju!"
"Aku akan terus lanjut sampai kau setuju."
Naga perkasa Su Nanfeng yang telah terbangunkan kini mengancam di gerbang rahasianya, tinggal sedikit dorongan dari pinggulnya untuk masuk ke liang penuh kenikmatan.
"Hmm!... Su Nanfeng, jangan, cepat hentikan..."
