Bab 103 Sudah Kenyang?
Salju madu Wu Yuxuan masih basah licin. Su Nanfeng tidak perlu banyak foreplay. Mengabaikan penolakannya, dia mendorong pinggulnya perlahan. Ujung Xiao Susu langsung membuka bibir vaginanya. “Lihat, katanya tidak mau,” godanya.
Pinggang Wu Yuxuan menarik tubuhnya mundur hingga kepala menempel di kepala tempat tidur. Tubuhnya terdesak maju saat Su Nanfeng menindih. Sang raksasa dengan mahir menemukan pintu masuk, lalu menusuk setengah inci.
“Ah!... Jangan, cepat keluar... keluarlah...”
“Sayang, dia membutuhkanmu. Jangan usir dia, ya?”
“Hmm, aku tidak mau... jangan masuk... ah!” Di tengah rengekan Wu Yuxuan, Su Nanfeng mendorong habis-habisan hingga seluruhnya masuk ke liang sempitnya.
Wu Yuxuan segera menjerit dengan suara melengking yang bercampur kegembiraan menggoda, tubuh putih salaknya memerah, sementara biang keladi semua ini adalah benda panas yang terus bergerak maju di liang madunya.
Liang madu Wu Yuxuan sangat licin, saat dia masuk terasa sangat mulus, gerakan dorong dan tariknya semakin cepat dan ganas, setiap kali menarik dan menusuk seolah ingin mengantarnya ke puncak surga.
Lelaki di atasnya masih terus bertarung tak kenal lelah, mendorong dengan keras, sang gadis yang kelelahan hanya bisa pasrah menerima serangannya, tapi gelombang kenikmatan yang menggelora ini bisa menipu semua orang kecuali dirinya sendiri.
Seperti kata Su Nanfeng, dia memang membutuhkannya.
Setelah menahan terlalu lama, Wu Yuxuan berseru, "Su Nanfeng, sudah cukup belum? Kau terlalu lama..."
Ucapannya membuat gerakan sang lelaki semakin ganas, seluruh tubuhnya kejang-kejang, "Su Nanfeng, aku benar-benar tidak kuat lagi, tidak kuat..."
"Penipu kecil, aku tidak percaya kau.."
Sungguh...
Su Nanfeng membelah kedua kaki Wu Yuxuan selebar mungkin, gadis yang semula linglung itu langsung tersentak sadar oleh rangsangannya, mulai kembali menerima hantaman-hantaman beruntunnya dengan kekuatan, kedalaman, dan frekuensi yang seolah ingin menghancurkannya tiap kali.
"Wu Yuxuan ingin lari tapi tak ada tempat untuk melarikan diri, dia bagaikan kelinci putih yang hanya bisa menunggu serigala besar melahapnya, tanpa kesempatan untuk melawan!"
"Kecil manis, masih mau?" Su Nanfeng menatapnya dengan sorot mata tajam, raut wajah penuh aura jahat.
Wu Yuxuan yang sudah mengalami berbagai siksaan ini sama sekali tak bisa menjawab, kedua matanya yang berkaca-kaca terlihat kosong dan tak fokus.
"Diam berarti tidak puas? Kalau begitu aku lanjutkan!"
"Ah——"
Gerakan liar Su Nanfeng di dalam tubuhnya membuat gairahnya semakin memuncak, gelombang kenikmatan kuat menyebar ke seluruh tubuh, tapi dia menginginkan lebih.
Melihat ini, senyum jahat dan puas muncul di bibir Su Nanfeng, "Sudah kukatakan kau ini penipu kecil!"
Dia... semakin menggila...
Wu Yuxuan meraih puncak kenikmatan di setiap dorongan kerasnya, bersama-sama mencapai klimaks.
Tubuh Wu Yuxuan terus bergetar dalam ekstase, setiap sel dipenuhi kegembiraan, gelombang aftershock memaksanya mengeluarkan erangan lembut.
"Su Nanfeng, aku akan mati..."
"Tenang, selama aku di sini, takkan kubiarkan kau mati."
Wu Yuxuan tertidur dalam dekapan lembut sang pria. Setelah tenang, Su Nanfeng menggendong tubuh lembutnya ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya dengan hati-hati sebelum mengembalikannya ke ranjang. Ia berbaring di sampingnya, lengan kekarnya erat merangkul. Memandangi sosok mungil dalam pelukannya, mendengar napas teraturnya, untuk pertama kalinya ia merasakan kepuasan dan kebahagiaan yang tak tertandingi...
Su Nanfeng mencium lembut dahinya, berbisik pelan: "Gadis baik, seumur hidupku hanya kamu yang kunikahi!"
Dingin dan otoriter seperti dirinya, berhati baja yang tak mudah luluh. Tapi begitu jatuh cinta, ia akan setia seumur hidup. Biarpun laut mengering dan batu retak, cintanya takkan pernah berubah.
Wu Yuxuan terlalu lelah, ingin terus tertidur. Tapi suara Su Nanfeng terus bergema di telinganya. Dengan lembut ia menepuk pipinya: "Sayang, jangan malas bangun. Cepat sadar."
Wu Yuxuan benar-benar tak terbiasa dengan perubahan drastis Su Nanfeng. Ia tak mengerti alasan pria ini tiba-tiba memutuskan menjadikannya pacar sekaligus calon ibu anaknya. Suara di telinganya terlalu mengganggu, dengan kesal ia menepis tangan sang pria.
Su Nanfeng tetap tenang, kedua tangan menadah wajahnya: "Sayang, kalau belum juga bangun, aku akan menciummu."
Seketika, Wu Yuxuan membuka matanya.
Karena tidur terlalu lama dan lampu kamar yang terlalu terang, Wu Yuxuan merasa matanya perih. Baru saja dia mengangkat tangan untuk menutupi mata, telapak tangan besar Su Nanfeng sudah lebih dulu menutupi cahaya menyilaukan untuknya.
"Su Nanfeng, jangan aneh-aneh dong, aku tidak bisa menyesuaikan diri."
Alis Su Nanfeng berkerut. Masih tidak suka diperlakukan lembut? Harus diperlakukan kasar? Benar-benar wanita yang tidak romantis. Dia menahan dorongan untuk menyobek-nyobeknya, "Kamu tidak lapar? Aku ajakmu makan di luar."
Jika Su Nanfeng tidak mengingatkan, Wu Yuxuan hampir lupa tentang urusan makan. Sepertinya seharian ini dia belum makan sama sekali. Tapi sebelum diingatkan sama sekali tidak merasa lapar, sekarang setelah disebutkan, perutnya langsung keroncongan.
Wu Yuxuan melepaskan tangan Su Nanfeng dan bangkit. Saat dia duduk, seprai yang menutupi dadanya melorot ke pinggang. Pandangan Su Nanfeng langsung tertarik pada keindahan di dadanya. Mengikuti arah pandangannya, Wu Yuxuan menyadari payudaranya yang terbuka tanpa penutup. Cepat-cepat dia menarik seprai untuk menutupi 'pemandangan indah' yang terbuka, "Bajingan tak tahu malu!"
Sudut bibir Su Nanfeng melengkung menggoda, senyum penuh arti mengembang, "Kalau aku tidak 'berbajingan', apakah kamu bisa sebahagia itu?"
Sruuuk...
“...” Wu Yuxuan merasa wajahnya memerah sampai seperti bisa meneteskan darah, dia marah tak karuan, “Su Nanfeng, jangan mengada-ada! Kapan aku merasa senang?”
Su Nanfeng sedikit mengerutkan kening, “Jadi kamu menyalahkan teknikku yang buruk?” Tiba-tiba alisnya kembali melandai, “Berikan aku kesempatan lagi, pasti akan kukerahkan tenaga.”
“...” Wu Yuxuan hampir gila, kenapa pria brengosan ini selalu memelintir maksudnya? “Aku tidak mau bicara denganmu, keluar!”
Su Nanfeng menggeleng.
“Aku mau ganti baju!”
“Sudah kulihat seluruh tubuhmu, aku tidak jijik.”
Wu Yuxuan nyaris histeris, benar-benar ingin menendang pria bejat ini. Belum sempat dia menendang, Su Nanfeng sudah meletakkan bajunya di samping tangan perempuan itu, “Cepat pakai, aku menunggumu. Aku kelaparan.”
“...”
Wu Yuxuan tak bisa berbuat apa-apa, terpaksa memakai baju sehelai demi sehelai di hadapannya. Pria terkutuk itu menyentuh-nyentuhnya saat dia berpakaian, sorot matanya yang serakah seolah ingin menguliti kembali baju yang susah payah dipakainya.
Kebiasaan buruk Su Nanfeng masih bisa ditahan, tapi ketika melihat kemejanya berkerah tinggi, dia benar-benar tak tahan, “Su Nanfeng, kamu ini sakit jiwa! Musim panas begini dikasih baju kerah tinggi, mau membuatku mati kepanasan?”
Su Nanfeng berdiri di depan Wu Yuxuan, memandanginya kiri-kanan lalu tersenyum puas, “Cantik kok, tidak ada masalah.”
“Bukan soal cantik, tapi seksi...”
Su Nanfeng mengabaikan permintaan Wu Yuxuan. Ia menggenggam tangannya erat-erat sambil membawanya makan. Perempuannya tak boleh dilihat banyak pria. Tak cukup hanya memakaikan sweater berleher tinggi, ia bahkan ingin menyembunyikan siluman kecil yang menggoda jiwanya ini.
Restoran yang dikunjungi Su Nanfeng hari ini baru dibuka. Katanya ini bentuk dukungan untuk mitra bisnisnya.
Mereka memilih ruang VIP mewah dengan pencahayaan gemerlap dan nuansa romantis. Musik lembut mengalun di ruangan. Su Nanfeng memesan menu andalan restoran yang disajikan cepat. Wu Yuxuan yang kelaparan melahap makanannya dengan rakus. Ia justru menemukan pesona dalam kebiasaannya ini, semakin dilihat semakin memikat.
Cinta membuat segala kekurangan menjadi kelebihan, begitulah adanya.
Setelah 30 menit 'berperang', akhirnya perut Wu Yuxuan terisi penuh. Ia meletakkan sendok garpu dengan wajah puas.
"Kenyang?"
Wu Yuxuan menjawab dengan sendawa. Yakin pasangannya sudah kenyang, Su Nanfeng mengangkat tangan dan menyentuh bibirnya.
