Bab 106 Masuk atau Tidak Masuk, Itu Pertanyaannya
Su Nanfeng menanamkan seluruh kepalanya di dada Wu Yuxuan, menghirup aroma harum yang menyebar dari tubuhnya.
Rasionalitas Wu Yuxuan mulai tarik-menarik dengan insting alami tubuhnya. Dua kesadaran ini bergolak dalam pikiran - akal menolaknya, tapi tubuh tak bisa dikendalikan untuk menanggapi hasrat itu.
Wu Yuxuan merasa akan hancur oleh gairah gila yang ditimbulkannya, "Jangan... hentikan... ugh..."
"Wu Yuxuan" di belakang mengeluarkan beberapa erangan "en...en" yang jelas merangsang Su Nanfeng. Seketika dia merangkul tubuh gadis itu membuatnya menempel erat di pelukannya, kulit bersentuhan dengan kulit terasa begitu membara. Otot-otot kekarnya memperlihatkan warna kulit gandum yang sehat dengan sedikit nuansa perunggu, sementara kulit gadis kecil itu putih bersih. Keduanya menempel erat, kontras warna kulit yang mencolok justru menciptakan pesona erotis yang tak terkira.
Karena pelukan Su Nanfeng, kedua "buah putih" di dadanya menempel erat di dada kekar pria itu. Dia bisa melihat bentuk bulatnya menjadi gepeng akibat tekanan dada keras bagai batu itu.
Dada Su Nanfeng terus-menerus menekan dua gundukan salju mutiaranya, terutama terhadap putik merah muda yang tegak itu, menciptakan bencana kenikmatan yang tak terbendung, membuatnya hanya merasakan gelombang kepuasan.
Tangan Su Nanfeng yang semula di pinggangnya merayap turun, mencengkeram lekuk pantatnya dan membuat perut gadis itu terus-menerus menempel pada 'tugu' tegaknya. Ujung 'tugu' yang berdiri kokoh itu menyentuh bagian bawah perutnya, dan dengan setiap gerakan halus, bagian paling sensitif mereka saling bergesekan melalui lapisan pakaian.
"Gadis baik, aku menginginkanmu..." Su Nanfeng berbisik di telinganya, sesekali menggigit lembut cuping telinga sensitifnya. Di bawah stimulasi ganda dari kata-kata dan nafas menggoda itu, tiba-tiba cairan giok mengalir dari perutnya. Rasanya sangat banyak, seakan telah membasahi celananya.
“Jangan begini...” Wu Yuxuan mendorong bahu Su Nanfeng dengan kedua tangannya, mengencangkan pahanya untuk mencegah "benda perkasa yang tegak"-nya masuk lebih dalam.
Su Nanfeng seolah membaca niatnya, mengangkat kedua kaki wanita itu dan meletakkannya di sisi pinggangnya. Posisi ini membuat area intimnya terbuka lebar. Sambil memegangi pantatnya yang mulus, dia menggerakkan pinggulnya dengan agresif memperdalam gesekan tubuh mereka.
“Ah... Mm...”
Sedetik sebelumnya Wu Yuxuan masih berusaha melawan desakan pria itu, namun kini jemarinya sudah menjelajahi perut berbulu halusnya. Sentuhan jari yang mengusik "padang rumput" itu menimbulkan rasa gatal dan asam yang membuatnya hampir gila.
Jari Su Nanfeng terus merambat ke bawah, terkejut menemukan kelembaban yang sudah menggenang. "Sayang, kamu luar biasa!" Tak disangka tubuhnya bisa sepeka ini hanya dengan belaian, masih saja berpura-pura menolak, sungguh penipu kecil!
Jari Su Nanfeng mendorong bibir intimnya yang tertutup, menusuk masuk ke tempat yang hangat dan basah. Lubang intim yang tertembus itu segera menggigit jari penjelajahnya, seolah ada kekuatan hisap yang ingin menelan jarinya ke dalam liang mungil nan lembut itu.
“Hmm... jangan... ah... gatal sekali, jangan masuk lagi......” Wu Yuxuan menjerit manja di bawah gerakan jari pria yang terus menerus menusuk dalam dan keluar, tangannya mencakar-cakar punggung pria hingga meninggalkan garis merah.
Jari yang sudah lama menyerbu itu masuk lebih dalam lagi, mengaduk-aduk perlahan di lorong madunya. Suara cipratan cairan terdengar jelas, sementara dia merasakan ritme jari pria itu memohon panik: "...lepaskan aku... hmm... kumohon... mmph..."
Bagian paling sensitif Wu Yuxuan kini berada dalam kendali Su Nanfeng. Matanya berkaca-kaca, kesadarannya buyar, reaksi naluriah tubuhnya mulai membuka paha untuk menyambut penetrasi, mengikuti irama jari yang keluar-masuk.
Merasa respon gadis itu, Su Nanfeng menambah tekanan. Jarinya membengkok menggaruk Giok-nya, memancing lebih banyak madu yang membasahi seluruh lorong sekaligus membangkitkan hasrat terpendamnya.
Meski Wu Yuxuan menyukai sentuhan Su Nanfeng dan mendambakan kasih sayangnya, sisa akal sehatnya terus menggempur pertahanan mental. Kakinya menekuk ke atas mencoba menghalangi penetrasi jari lebih lanjut, berusaha mempertahankan sikap sopan kewanitaannya.
Namun, penolakan Wu Yuxuan justru membuat Su Nanfeng menurunkan celananya hingga ke lutut mengikuti gerakan kaki yang bergoyang. Jarinya langsung menyibak sepotong kain yang menutupi bagian paling memalukan, lalu menusuk lagi ke dalam saluran madunya, menggosok dan menekan-nekan hingga cairan licin terus mengalir deras.
Jari-jari Su Nanfeng merasakan kelembutan dan kehangatan di dalamnya. Sensasi mematikan itu membuatnya tak bisa berhenti. Di bawah rangsangannya, hasratnya mulai membesar dan ingin mendapatkan lebih banyak kenikmatan.
Tiba-tiba pinggang Su Nanfeng melengkung, menindih wanita kecil di pelukannya ke tempat tidur. Ia menarik jari dari saluran madu itu, lalu dengan cepat melepas celana bagian bawah berikut celana dalamnya hingga bersih.
Saat ini, yang terbentang di matanya adalah sosok jelita yang telanjang bulat. Kulitnya sudah memerah muda, sepasang kaki panjangnya berusaha keras menutup rapat, ditambah tubuhnya yang terus menggeliat - memancarkan daya tarik yang tak terkatakan.
Su Nanfeng tidak bisa menahan diri lagi. Dia melepas celana dalam kotak-kotaknya dan membebaskan Xiao Susu yang telah membengkak di tengah bulan. Xiao Susu yang tegak berdiri penuh semangat, bergerak-gerak di selangkangannya seolah mencari tempat berpijak. Kedua tangannya memaksa membuka kedua kaki perempuan itu sambil berlutut di antara pahanya, mengatur posisi kakinya membentuk huruf M besar. Satu tangan mencengkeram pinggang rampingnya, sementara tangan lain menuntun Xiao Susu yang tegak ke pintu basahnya.
Kepala naga yang berlendir menempel di gerbang rahasia. Dengan usaha kerasnya, benda itu bersiap menyusup ke tempat yang hangat. Wu Yuxuan hanya merasakan sesuatu seperti besi panas membelah kedua bibir intimnya yang lembut. Rasa nyeri yang mengembang menyapu seluruh tubuhnya.
"Su Nanfeng, jangan... jangan masuk... Sakit..."
Sebenarnya setelah foreplay tadi, vaginanya sudah cukup basah dan mencapai masa paling optimal untuk menerima. Namun sayangnya liang madunya terlalu sempit. Keperkasaan besar yang mulai masuk itu tetap meregangkan dagingnya hingga menimbulkan nyeri.
Begitu Wu Yuxuan menjerit kesakitan, Su Nanfeng langsung membeku. Melihat hidangan lezat di bawah tubuhnya, tiba-tiba ia memahami arti "bisa melihat tapi tak bisa menikmati". Tapi gadis di bawahnya adalah orang yang ingin ia sayangi seumur hidup. Jika hanya untuk memuaskan nafsunya sesaat dengan mengabaikan rasa sakitnya, ia benar-benar tak sanggup melakukannya.
Maju, menyakitkan baginya.
Tidak maju, menyiksa dirinya.
Di antara masuk atau tidak, Su Nanfeng dengan tegas memilih untuk tidak masuk. Dia lebih memilih menahan sakit sendiri daripada membiarkan wanita kesayangannya menanggung penderitaan ini.
Saat Su Nanfeng menarik diri, Wu Yuxuan langsung merasakan tekanan di sekujur tubuhnya hilang. Dia membuka mata berkaca-kaca yang masih berkabut, dalam samar-samar melihat sosok pria yang sedang menahan diri. Hatinya tiba-tiba hanyut...
