Bab 112 Begitu Asyik...
Su Nanfeng mengangkat alis, membalas: “Aku mengganggumu bagaimana?” Sambil berkata demikian, jarinya yang tak patuh mulai melakukan gerakan masuk-keluar di sumber peach blossom-nya, menggosok-gosok Giok-nya dengan lembut.
“Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!”
Su Nanfeng tersenyum menggoda, sorot matanya yang dalam bagai jurang mulai dipenuhi gemerlap bintang. Tatapan penuh nafsunya menyapu tubuh mungilnya yang proporsional. Jari yang sebelumnya menggoda di liang madunya bergesak ke gerbang rahasia, ibu jari dan telunjuknya menjepit Mutiara giok di selangkangannya, mengusiknya dengan tekanan lembut dan keras secara bergantian.
"Ah! Jangan..." Wu Yuxuan merintih perlawanan.
"Jangan?" Tiba-tiba, Su Nanfeng mencubit keras Mutiara giok-nya, lalu menarik jarinya dari liang madu dan menyodorkannya di depan matanya. Dengan suara menggoda ia berbisik, "Lihat, basah..."
Pipi Wu Yuxuan memerah padam. Dengan suara gemetar ia membantah, "Omong kosong, itu cuma air."
"Benar, ini memang air!"
Wu Yuxuan menepis tangan pria itu. "Air mandi, air mandi!!"
"Aku juga bilang air mandi." Su Nanfeng menatapnya dengan sorot mata ambigu. "Air apa yang kamu maksud?"
Wu Yuxuan menyadari, dalam duel kata-kata dengannya, dirinya selalu kalah telak!
"Kecil manis, aku suka semangatmu..." Sebelum kalimatnya tuntas, Su Nanfeng sudah menindih bibirnya dengan ciuman kasar. Lidahnya yang lihai menjilat lembut cuping bibirnya, terkadang mengisap dengan lembut lalu menggigit perlahan, sensasi geli yang memabukkan mulai menyebar dari bibirnya.
“Anak baik, buka mulut...” Su Nanfeng membujuk dengan suara rendah yang seksi, bibir Wu Yuxuan secara refleks sedikit terbuka. Lidahnya menyelinap cepat masuk, langsung mengait lidahnya yang harum dalam gelutan sengit. Di bawah jilatan, ciuman, dan usikan lidahnya yang tak henti, gelombang kenikmatan bergetar menyapu rongga mulutnya.
Ciuman yang terlalu lama akhirnya dilepaskan. Wu Yuxuan memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik napas dalam-dalam. Tapi Su Nanfeng tak memberinya waktu, lidah panjangnya seperti ular naga kembali menyergap, menutupi mulut mungilnya. Di dalam rongga mulut, gelombang cinta berkecamuk dengan dahsyat seolah ingin menelannya bulat-bulat.
"Hmm..." Semua erangan Wu Yuxuan ditelan mentah-mentah olehnya. Satu tangan menopang kepala perempuan itu, tangan satunya merayap turun mengikuti lekuk leher, akhirnya mendarat di bola salju montok di dadanya. Remasan tanpa henti mempercepat napasnya. Jemari pria itu menyentuh Puncak Merah Mudanya, membuat kedua permata itu segera mengeras menyambut rangsangan.
Wu Yuxuan telah tenggelam dalam ciuman panasnya, sampai tangan kecilnya ditarik untuk menggenggam hasrat membara di antara pahanya. Barulah kesadarannya kembali. Di genggamannya terasa kekerasan yang mengembang penuh, kekakuan itu benar-benar membuatnya terkejut. Dia... dia... dia benar-benar bukan manusia! Tadi sebelum masuk bak mandi, benda berbahaya di selangkangannya jelas-jelas masih lemas. Baru sebentar saja sudah bangkit seperti harimau yang terbangun.
"Sayang, puas dengan milikku?" tanyanya penuh kesombongan.
Wu Yuxuan mengedipkan mata berkaca-kaca. Meski berusaha pura-pura "aku masih bayi, aku tak tahu apa-apa", namun gerakan membuka-menutup lubang intimnya yang mengisyaratkan rasa hampa tak bisa menyembunyikan perasaan sebenarnya.
Su Nanfeng mengalihkan ciumannya ke leher putih salju. Gigitan dan hisapan kuatnya meninggalkan jejak buah merah kecil di kulitnya. Tatapannya membara melihat bekas merah di kulitnya. Mulutnya menyambar tulang selangka indahnya, menggerogoti dengan tekanan bervariasi. Telapak tangannya meluncur ke bawah, menggenggam seluruh area lunak pangkal pahanya dan menggosok beberapa kali. Jari tengahnya membengkok, menusuk masuk mengikuti lekungan celah intim.
"Hmm..."
Sensasi menggelitik menyebar ke seluruh tubuh seiring masuknya jari tengah Su Nanfeng. Keasyikan tersalurinya jalan sempit itu tak terucapkan dengan kata.
"Banyak sekali air..."
"Wu... pelan-pelan..." Sumber Peach Blossom Wu Yuxuan yang masih perawan tiba-tiba dimasuki jari. Jari itu dalam sekejap menembus lapisan daging lembut di Giok, menimbulkan sensasi panas membara. Tubuhnya yang hipersensitif tak kuasa menahan jari nakal itu. Alisnya berkerut lemah, matanya yang berkaca-kaca memandang dingin ke Su Nanfeng seakan mengecam tindakannya.
Su Nanfeng tak peduli. Jarinya menarik sedikit lalu menusuk lagi, mengocok bagian tergelap Giok-nya yang paling lembut. Bolak-balik ia menggempur dengan kencang, setiap gerakan menyapu dinding Giok-nya yang penuh benjolan daging.
"Ah... jangan..."
Wu Yuxuan mengerutkan alis halusnya. Rintihan tak terbendung meluber dari bibir mungilnya. Tangan mungilnya menahan pergelangan tangan sang penyerbu, "Sakit... jangan..."
"Benar tidak mau?" Su Nanfeng perlahan menarik jarinya dari lorong madunya.
Lorong madu yang tiba-tiba kosong justru terasa gatal dan hampa. Wu Yuxuan menggeliatkan bibirnya. Meski ingin menolak, tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Dirinya pun tak sanggup meminta lebih.
Dalam kebingungannya, jari Su Nanfeng tiba-tiba menggesek celah pahanya. Di antara rerumputan basah, ia menemukan Mutiara Giok yang tersembunyi. Jarinya menekan kuat butiran itu, sensasi lemas tak terlukiskan menjalar dari Mutiara Giok ke seluruh tubuhnya.
Wu Yuxuan mengerang lembut, tubuhnya lunglai di atas dada pria itu.
"Dasar rubah munafik, lihat bagaimana aku menghukummu!" Su Nanfeng meningkatkan intensitas serangannya pada Mutiara Giok, menekan dan menggesek tanpa henti.
"Hmm... Su Nanfeng... Aduh... begitu menggigit..."
Jari-jari Su Nanfeng dengan leluasa mempermainkan Mutiara Giok, melakukan pijatan 360° tanpa celah dari segala arah, sensasi geli yang memabukkan semakin menumpuk tanpa henti.
Saat kenikmatan yang berasal dari Mutiara Giok menjalar ke seluruh tubuh, Wu Yuxuan merasa dua gumpalan lembut di dadanya mulai terasa hampa dan kesepian, seolah... seolah sedang dihisap dengan kasar olehnya...
Wu Yuxuan tiba-tiba merasa malu dengan pikiran sendiri itu, tubuhnya gemetar. Bagaimana mungkin dia memiliki pikiran jahat seperti ini...
"Rubah berapi-api, hari ini aku akan menaklukkanmu!" Sudut bibir Su Nanfeng sedikit terangkat, mempercepat ritme gesekan pada Mutiara Giok.
“Wu Yuxuan yang masih muda dengan Mutiara Giok-nya yang lembut mana mampu menahan permainan kasar darinya. Sensasi menggigil yang memabukkan menyapu seluruh tubuhnya, rasa gatal yang tak tertahankan membuatnya sedikit mengangkat panggulnya seolah ingin menelan jari-jarinya ke dalam tubuh. Tapi jari-jari itu terus mengincar Mutiara Giok-nya dengan serangan monoton. Nafsu wanita itu seketika melambung tinggi, kehausan yang tak terpuaskan membuatnya hampir gila, hanya bisa menggeliat tak karuan sambil menutupi wajahnya.
Di ambang keputusasaan Wu Yuxuan, jarinya tiba-tiba menusuk masuk dengan kasar, menembus jauh ke dalam saluran madunya yang gatal tak tertahankan, memicu kenikmatan ekstrem yang tak terucapkan.
"Hmm..."
Wu Yuxuan mencengkeram lengan pria itu. Di bawah rangsangan dangkal jari-jarinya, dia tiba-tiba merasa ini tidak cukup, sama sekali tidak cukup. Kerinduannya untuk sesuatu yang lebih dalam membuat kesadarannya meredup. Dalam kabut pikiran itu, dia merasa jari-jari itu mulai menarik diri dari saluran madunya.
