BAB 123 Hubungannya dengan Gu Qinglian
Karena ide ini, wajah Wu Yuxuan memerah membara, hampir-hampir ingin langsung menghilang, benar-benar tak punya muka untuk bertemu orang...
Dibandingkan dengan kepanikannya, Su Nanfeng justru terlihat tenang, dengan ekspresi santai seolah tak ada masalah...
Dia benar-benar ingin menggigit mati pria tak tahu malu ini!!
Setelah membeli pakaian di toko ini, mereka melihat beberapa toko lain. Desainnya memang terbaru, tapi karena pakaiannya terlalu terbuka, semua ditolak oleh Su Nanfeng. Wu Yuxuan akhirnya malas melihat lagi dan tak ingin melanjutkan belanja.
Su Nanfeng menuruti keinginannya, tapi di sudut paling dalam malah menariknya masuk ke sebuah toko. Setelah masuk, barulah dia sadar ini ternyata toko dewasa.
Wu Yuxuan!!!
Pemilik toko dengan gencar merekomendasikan berbagai alat kepada Su Nanfeng, membuat Wu Yuxuan malu sampai tak berani mengangkat kepala. Meski pemilik toko begitu bersemangat, Su Nanfeng tak berniat membeli.
Saat Wu Yuxuan mengira Su Nanfeng akan berubah pikiran, pria itu berkata dengan nada datar: "Hal seperti ini harus dilakukan secara langsung, tidak perlu yang palsu-palsu."
Wu Yuxuan: "..."
Su Nanfeng berjalan santai ke area pakaian, matanya menyapu semua model dengan sekilas, lalu menoleh ke pemilik toko: "Ukuran M, ambilkan semua model masing-masing satu."
Wu Yuxuan: "..."
Wu Yuxuan sama sekali tidak bisa menghentikan niat Su Nanfeng untuk membeli. Dia hanya bisa pasrah menatap kosong saat pria itu pergi ke kasir tanpa bisa melawan.
Saat ini, luas bayangan psikologisnya adalah ".............." besar!!
Mall tempat membeli baju agak jauh dari tempat parkir, Wu Yuxuan terlalu lelah berjalan sehingga malas bergerak. Su Nanfeng menyuruhnya menunggu di pintu garasi, sementara ia pergi mengambil mobil.
Wu Yuxuan bersenandung kecil sambil menunggu di pinggir jalan, samar-samar mendengar rintihan dari kejauhan yang ternyata diselipi kesakitan setelah ia menyimak lebih seksama.
Setelah ragu sebentar, ia tetap mengikuti arah sumber suara, "Siapa di sana?"
Wu Yuxuan yang tidak mendapat jawaban terus melangkah, melewati persimpangan dan melihat wanita muda berbaring di tanah. Gaun hamil putih polos yang dikenakannya membuat darah yang menggenangi pakaiannya terlihat jelas seperti warna merah menyala, memekakkan mata!
Wu Yuxuan segera berlari mendekat dengan panik, "Kamu... kamu bagaimana? Aku akan antarmu ke rumah sakit!"
Wanita hamil itu membuka matanya lemah, menggenggam lengan Wu Yuxuan tiba-tiba, "Tolong... selamatkan aku... selamatkan bayiku..."
Wu Yuxuan yang belum pernah mengalami situasi seperti ini gemetar ketakutan, wajahnya pucat pasi. Tangannya bergetar saat menggapai ponsel, "Tahan ya... aku akan telepon 120."
"Ja... jangan telepon..." Wanita itu menahan tangan Wu Yuxuan yang hendak memencet nomor, menyodorkan tas kain ke arahnya, "Bantu... di dalam ada alamat... antarkan ke sini..." Sebelum pingsan, ia berbisik, "Terima kasih..."
"Aduh aduh! Bangun, jangan tidur!" Wu Yuxuan berusaha membangunkan wanita hamil itu namun tak mendapat respon. Ia membuka tas kain wanita tersebut dan menemukan secarik kertas bertuliskan alamat. Alamat itu dikenalnya, tapi jika ingatannya tidak salah, tempat itu adalah daerah tak berpenghuni.
Tak ada pilihan lain, dia tidak bisa membiarkan orang mati begitu saja!
Wu Yuxuan pergi ke persimpangan jalan dan memanggil taksi. Dengan bantuan sopir, mereka mengangkat wanita hamil itu ke mobil. Di dalam taksi, Yu Xuan hendak menelepon Su Nanfeng, tapi takut ditentang. Akhirnya dia hanya mengirim pesan singkat.
Tak lama setelah pesan terkirim, telepon Su Nanfeng langsung berdering. Dia tidak berani mengangkat, mematikan panggilan. Telepon berdering lagi, dimatikan lagi... Berulang kali sampai akhirnya dia mematikan ponsel.
Sopir taksi terus melaju mengikuti alamat yang diberikan Wu Yuxuan. Semakin jauh jalannya semakin sepi. Sopir mulai ragu, "Nona, apakah Anda yakin alamatnya di sini? Semakin ke depan sudah tidak ada pemukiman lagi."
"Yakin, terus saja!" Sebenarnya Wu Yuxuan juga ragu, tapi mengingat alamat di kertas wanita hamil itu memang tertulis demikian, dia pun memaksakan diri.
Saat hampir tiba di tujuan, Wu Yuxuan menghubungi nomor di kertas tersebut. Penerima telepon langsung mengangkat. Dengan gugup dia berkata, "Ada wanita hamil di sini, banyak mengeluarkan darah dan pingsan. Katanya harus menghubungi nomor ini..."
Mobil baru saja berhenti, tiba-tiba muncul kerumunan orang entah dari mana. Dokter dan perawat dengan tertib menurunkan ibu hamil dari mobil ke tandu lalu mengangkatnya masuk ke sebuah vila. Di antara kerumunan, terlihat seorang pria berwajah muram berusia sekitar 40-an tahun dengan aura kematangan yang memancarkan pesona, namun terkesan sangat dingin.
Wu Yuxuan berlari mendekati pria itu, bertanya: "Apakah Anda yang menelepon tadi? Saya menemukannya di sebuah jalan..."
Saat Wu Yuxuan sedang melaporkan kondisi ibu hamil, pria itu menoleh. Tatapannya tertumbuk pada wajah Yuxuan, "Jing An, kamu masih hidup!!" serunya gemetar sambil mencengkeram bahu gadis itu.
"Apa?" Wu Yuxuan kebingungan. Pria ini sangat aneh, dan siapakah Jing An yang dia sebut-sebut?
Yuxuan melepaskan genggaman pria itu dan mundur beberapa langkah, "Maaf, saya bukan Jing An. Nama saya Wu Yuxuan."
Pria itu perlahan mereda emosinya, tetap bergumam: "Mirip... Sungguh sangat mirip!"
Sungguh tidak masuk akal! - Ini satu-satunya kesan Yuxuan terhadap pria ini.
Yuxuan tak tahan bertanya: "Siapakah Jing An yang Anda maksud?"
Ekspresi pria itu kembali dingin, "Teman saya. Kalian sangat mirip."
"Oh ya? Suatu saat saya ingin bertemu dengannya."
"Sorot mata pria itu menjadi suram, "Benar, dua orang yang sangat mirip memang seharusnya bertemu. Sayang... tidak ada kesempatan lagi, temanku sudah meninggal."
"Maaf, saya tidak tahu."
"Tidak apa-apa." Pria itu mengeluarkan kartu nama dari saku dan menyodorkannya ke Wu Yuxuan, "Hubungi saya kapan pun jika perlu."
Wu Yuxuan ragu sejenak sebelum akhirnya menerima kartu nama itu. Matanya menatap nama yang tercetak, bergumam pelan, "Xu Yu, kenapa mirip nama perempuan."
Gumaman Wu Yuxuan terdengar oleh Xu Yu, membuatnya tersenyum, "Temanku juga bilang begitu, katanya namaku kemayu."
"Bukan, sebenarnya saya..."
"Tak perlu menjelaskan, saya tidak marah. Hanya merasa ada banyak kemiripan antara kamu dengan temanku, jadi tak sengaja teringat dia saat melihatmu."
"Oh... boleh saya pergi sekarang?"
Xu Yu mengangguk, kilatan tajam di balik matanya yang dingin segera menghilang, "Saya akan menyuruh sopir mengantarmu pulang."
"Jangan, jangan..." Wu Yuxuan menggelengkan tangan, "Saya pulang sendiri saja."
"Daerah sini sepi, susah cari taksi."
Iya juga... Wu Yuxuan tidak lagi sungkan dan menerima tawarannya.
Baru setelah mobil yang ditugaskan Xu Yu membawa Wu Yuxuan pergi, pria itu menarik pandangannya. Segera ia menelepon, "Selidiki seorang gadis untukku. Cari tahu hubungannya dengan Gu Qinglian, ya... sampai detail terkecil!"
