"Bab 126 Cintai Aku, Ya?"
"Su Nanfeng tersenyum, 'Anak baik, kau terlalu sensitif.'"
"Sambil berkata demikian, tangannya menekan kuat ke dalam. Wu Yuxuan berteriak 'Ah', lalu marah, 'Su Nanfeng!'"
"'Aku di sini.'"
"Su Nanfeng sama sekali tidak sadar, tangannya menekan dan memijat daging lembut di celah Wu Yuxuan dengan gerakan melingkar yang cepat, terkadang lembut terkadang keras. Pinggangnya bergoyang menanggapinya, matanya berkaca-kaca, gigi mutiaranya menggigit bibir bawah, erangan yang keluar samar namun sangat menggoda."
"Su Nanfeng kembali mencengkeram dagu Wu Yuxuan, lidahnya yang panas dengan lincah menyusup ke mulut mungilnya, bermain-main di ujung lidahnya dengan gerakan masuk-keluar yang ringan, sementara jari-jarinya di gerbang rahasia tetap bekerja tanpa henti."
"Serangan ganda ini membuat Wu Yuxuan tak kuasa menahan. Terengah-engah, mata berkabut menanggapi ciumannya, pipi pucatnya memerah bagai bunga persik mekar, menggoda hati dengan pesona yang tak tertahankan."
"Sayang." Mata dalam Su Nanfeng dipenuhi kelembutan yang seakan bisa menetes, tatapannya tak berkedip, "Wu Yuxuan, aku menyukaimu!"
Ya, menyukai dia!
Mungkin awalnya Su Nanfeng hanya memiliki ketertarikan yang besar pada tubuh Wu Yuxuan, namun seiring hari-hari yang dihabiskan bersamanya, perlahan ia mulai tertarik pada hal-hal lain di luar fisiknya. Terutama selama malam ini ketika mereka kehilangan kontak, ia merasa dunianya runtuh seketika, hanya menyisakannya seorang diri menanggung kesepian yang menggulung.
Suara Su Nanfeng yang mengungkapkan perasaan bagai air mengalir lembut, nada berat dan menggairahkannya menyusup ke telinga Wu Yuxuan. Ia larut sepenuhnya dalam kelembutan yang diberikan pria itu. Bukankah hatinya juga telah lama dipenuhi cinta? Namun... bisakah ia benar-benar meraih cinta ini?
Kelembutan di sorot mata Su Nanfeng hampir membuat Wu Yuxuan tenggelam. Tatapan tajamnya penuh kerinduan, hasrat, harapan... Tiba-tiba, sebuah ciuman yang membara namun penuh kehangatan mendarat lembut di dahinya. "Berjanjilah, mulai sekarang jangan pernah menghilang tiba-tiba lagi. Jangan tinggalkan aku, ya?"
Tanpa menunggu jawaban Wu Yuxuan, Su Nanfeng segera menyegel bibirnya. Ujung lidahnya dengan gesit menyusup ke mulut wanita itu, menjilati gigi mutiaranya dalam belitan yang tak terpisahkan.
Daripada mendengar penolakannya yang menyakitkan hati, lebih baik menyegel semua ketidakberdayaannya dalam mulutnya. Apapun yang sengaja disembunyikannya, beban apapun yang dipikulnya, suatu hari ia harus membuatnya rela menjadi pacarnya, istrinya, ibu anak-anaknya...
Lidah panjang Su Nanfeng terus-menerus menyerbu rongga mulut Wu Yuxuan, menarik-narik lidah kecilnya, seolah ingin menjilat masuk ke bilik hatinya, meluluhkan luka-luka di hatinya.
"Mmm..."
Ciuman Su Nanfeng ini terlalu panjang, sampai napasnya hampir habis. Tangan Yu Xuan menahan dada pria itu berusaha mendorong, tapi justru dipeluk semakin erat hingga tak bisa bergerak.
Ia selalu otoriter, tak mau berhenti separuh jalan.
……
Entah berapa lama, Su Nanfeng akhirnya melepas Wu Yuxuan. Ia memandangi kecil manis di hadapannya yang matanya berkabut, bibir merah muda yang bengkak, dengan kepuasan tak terkira.
"Sayang." Su Nanfeng berbisik lembut, sorot mata yang berkilauan itu memancarkan ketulusan tak terbantahkan, "Cintai aku, ya?"
Su Nanfeng awalnya berencana mengeksplorasi tubuh Wu Yuxuan dengan perlahan, namun reaksi fisiknya tak memungkinkan bermain lama. Dengan gerakan cepat ia menanggalkan semua pakaian, Xiao Susu di selangkangannya telah tegak berdiri siap bertempur tiga ratus ronde. Kedua tangannya menahan kaki gadis yang meronta-renta itu hingga terbuka lebar, satu tangan memegang kepala Xiao Susu lalu menusukkannya ke lubang intimnya yang sudah basah kuyup.
Saat tiba-tiba terisi penuh, tubuh Wu Yuxuan melengkung bagai busur, kepalanya terlempar ke belakang menikmati kepuasan yang meluap ini.
Liang madu Yu Xuan yang sempit dan mengerut tak membuat Nanfeng terburu-buru. Dengan pinggul yang bergerak ritmis ia menggesek-gesek sambil berputar perlahan, membuka celah ketat itu sedikit demi sedikit. Xiao Susu bagai bor intan menembus masuk ke dalam tubuh moleknya, menikmati kesempitan, kehangatan, dan kepenuhan dari liang madu itu... Nanfeng memandang dalam-dalam gadis yang terjepit bagai anak domba ini, menahan tubuhnya yang meronta, lalu dengan kekuatan penuh menusukkan batang besinya hingga tembus.
Batang besi Nanfeng yang bagai bambu terbelah itu menyelusup sempurna ke dalam kehangatan tubuh Yuxuan, membanjiri otaknya dengan kepuasan tak tertahankan. Tanpa jeda, ia mulai menghujamkan tubuhnya dengan pukulan-pukulan berirama, bolak-balik menyerbu masuk, sensasi tulang meleleh yang menusuk jantung itu menyebar ke seluruh tubuhnya.
Tubuh lembut Wu Yuxuan berguncang hebat oleh tusukan kuat Su Nanfeng, sensasi terbakar dari gesekan keras menyebar ke setiap inci kulitnya.
Jari-jari Su Nanfeng mencengkeram puncak bola salju yang bergoyang, putik merah muda segera memerah dan tegak dibawah gosokannya. Tubuhnya bergetar halus sambil mengeluarkan erotan: "Hmm... Tolong, jangan..."
Terjebak dalam lautan hasrat, suara merdunya seperti kicauan burung bulbul yang menyelipkan permohonan, membuatnya semakin bergairah. Ia ingin menyantap si manis ini seutuhnya.
Su Nanfeng tak sabar meningkatkan ritme tusukan, setiap gerakan penetrasi dalam-dalam bagai badai, membanjiri Wu Yuxuan dengan gelombang kenikmatan. Suara basah berdesah memenuhi ruangan.
Perut Wu Yuxuan mengencang, paha gemetar mengucurkan cairan manis yang mengalir di sprei. Pemandangan mesum ini memicu gairah pria itu, mendorongnya ke ambang kehancuran ujung saraf.
Teriakan Wu Yuxuan yang penuh kemanjaan membuatnya sendiri terkejut. Dengan tanpa rasa malu, jeritannya memberitahu Su Nanfeng betapa dahsyatnya gelombang kenikmatan yang sedang dirasakannya.
Su Nanfeng menggenggam pinggang Wu Yuxuan dan mendorongnya hingga tubuhnya terangkat, ia langsung memeluk punggung bawahnya. Seluruh puncak pantatnya menggantung di udara, digoyang-goyangkan maju mundur olehnya dengan tusukan dalam dan kuat.
Wu Yuxuan menengadahkan kepala, "Su Nanfeng, brengsek! Bajingan! Terlalu dalam... pelan-pelan..." Semua sumpah serapahnya dilontarkan pada Su Nanfeng, tapi ia sama sekali tidak menghiraukan makian itu. Su Nanfeng hanya asyik menikmati kekencangan dalam tubuhnya, bersama-sama tenggelam dalam kekacauan, memejamkan mata menikmati sensasi puncak kenikmatan yang memabukkan ini.
Posisi menggantung ini sepenuhnya mengandalkan tenaga Su Nanfeng. Setelah lama, ia mulai kelelahan. Tangannya melepas pelukan di pinggang Wu Yuxuan, mengangkat tubuhnya untuk duduk di atasnya. Ia tetap lebih menyukai posisi "pria di bawah wanita di atas" ini, yang memungkinkannya menikmati pesona erotisnya dengan jelas.
Wu Yuxuan terus menggeliatkan pinggulnya maju mundur, puncak pantatnya bergesekan di paha Su Nanfeng. Tangan Su Nanfeng tak tinggal diam, memberi penghargaan dengan menepuk, meremas, dan memeluk puncak pantatnya yang bergerak tak kenal lelah, sesekali mendorongnya naik turun.
Tubuh Wu Yuxuan terlempar naik turun. Gerakan ekstrem ini menyiksanya, pinggangnya terasa seperti mau patah, tapi keinginan untuk berhenti tak juga muncul...
