Bab 131 Banyak Orang di Dalam Mobil
Setelah gagal merayu Su Nanfeng, target kedua Jiajia bukan Lin Ci melainkan Lin Dong. Bagaimanapun pada masa itu, Lin Er Shao masih sering ditekan oleh kakaknya sehingga tak punya pengaruh. Tentu dia tak mau menaruh taruhan pada orang yang tak berdaya.
Dibandingkan dengan Su Nanfeng yang sulit ditaklukkan, Lin Dong jauh lebih mudah diatur. Meskipun harus menjadi wanita yang tak boleh terang-terangan di samping Lin Da Shao, secara keseluruhan dia mendapatkan banyak keuntungan, termasuk perkembangan yang mulus di lingkaran pergaulan.
Kemudian, Lin Ci-lah yang mendekatinya terlebih dahulu, memintanya untuk melaporkan semua perkembangan terbaru Lin Dong. Saat itulah dia menyadari bahwa Lin Er Shao yang terlihat polos ternyata tidak sesederhana itu. Pria ini memiliki ambisi besar, ingin berpura-pura lemah untuk menaklukkan kakaknya dari posisi tertinggi Keluarga Lin dan merebut tahtanya.
Ma Jiajia bukanlah orang bodoh. Dia tahu bagaimana cara memperoleh keuntungan lebih. Yang menyebalkan adalah hatinya yang lemah justru takluk oleh pesona pria Lin Ci. Karena mencintainya, dia rela diperas habis-habisan, melakukan segala hal yang tak ingin dilakukannya, termasuk tidur dengan para pemegang saji tua Keluarga Lin, hanya untuk membantunya meraih lebih banyak dukungan...
Dia telah membuang nurani dan prinsip demi Lin Ci... Namun yang didapat hanyalah tatapan dingin pria ini. Terutama saat dia diusir dari mobil karena seorang Wu Yuxuan, dia sepenuhnya menyadari bahwa pria di hadapannya ini tak berperasaan. Matanya hanya terpana pada kekuasaan dan uang, tanpa sedikitpun perasaan untuknya.
Dalam penantian yang tak berujung, cinta mendalamnya pada Lin Ci berubah menjadi kebencian membara! Dia membenci pria tak berperasaan ini, dan lebih membenci semua wanita yang muncul di sekitarnya!
Pengalaman pahit mengajarkannya bahwa selain uang, tidak ada yang bisa diandalkan. Itulah mengapa meski membenci pria itu, dia tetap harus bersukaria di bawahnya.
Lin Ci bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan segalanya yang ia inginkan, mengapa dia tidak bisa membalas memanfaatkannya untuk meraih segala yang didambakannya? Ini hanya soal saling memanfaatkan!
Hati Jiajia membeku sepenuhnya di bawah sikap tak berperasaan Lin Ci. Saat ini dia bagai mayat hidup tanpa daging darah maupun perasaan. Senyum tipisnya menanggapi ekspresi jijik Lin Ci, "Lin Er Shao sudah lama tidak mencariku. Tentu saja, sebagai orang sibuk yang mengurus sebagian besar bisnis Keluarga Lin, padatnya jadwal membuatmu repot."
Lin Ci mengintip dengan tatapan berbahaya ke arah Jiajia, "Apa maksudmu?!"
"Lin Er Shao terlalu curiga. Apa maksudku? Baru-baru ini tak sengaja kubaca buku dengan artikel bagus: 'Jangan lupa pada orang yang menggali sumur saat menikmati airnya'. Apa pendapat Lin Er Shao tentang ini?"
Makna tersirat dalam perkataan Jiajia jelas: mengingatkannya bahwa posisinya sekarang ada andil jasanya. Jika ia berkhianat, jangan salahkan dia jika tidak menunjukkan belas kasihan.
“Lin Ci bisa merebut sebagian besar bisnis Keluarga Lin dari tangan Lin Dong, selain karena usahanya yang diam-diam, Jiajia memang sangat membantunya. Jika dia berbalik tidak mengakui dan membongkar semua fakta, mungkin akan sulit menjelaskan pada sang kepala keluarga. Semua upayanya selama ini akan sia-sia, pengorbanannya selama ini demi hari ini. Sekarang setelah susah payah mencapai setengah ketinggian, mana mungkin membiarkan wanita ini merusak rencananya!
Sudut bibir Lin Ci yang tegang mulai meregang dalam senyuman, “Kabar saya, di studio An Yan ada seorang desainer yang sedang mempersiapkan draft untuk ikut kompetisi pernikahan. Kebetulan butuh duta, mengingat hubungan An Yan dengan keluarga saya, seharusnya dia tidak akan menolak.”
“Benarkah?” Ekspresi Jiajia berseri-seri. Reputasi An Yan terkenal di dalam dan luar negeri. Meskipun ini bukan partisipasi langsungnya, kesempatan terhubung dengan nama An Yan adalah peluang emas membangun reputasi. Menggunakan nama An Yan untuk go internasional dan mantap di lingkaran fashion sudah di depan mata.
“An Yan adalah bibi dari istri kakak sulungku. Jika aku yang mengajukan, seharusnya tidak akan menolak permintaanku.”
Diingatkan oleh Lin Ci, Jiajia baru teringat hubungan ini. Hatinya semakin yakin, tampaknya menjadi duta studio An Yan sudah 80-90% pasti.
Jiajia adalah wanita yang tahu batas. Setelah mendapatkan yang diinginkan, tentu tidak akan terus berurusan dengan Lin Ci. Ia tersenyum manis: “Dengan bantuan Lin Er Shao, saya yakin semuanya akan lebih mudah. Saya tunggu kabar baiknya.”
“Tentu!”
“Jiajia berbalik hendak pergi, namun tiba-tiba ditarik oleh Lin Ci hingga terjatuh ke pelukannya. Sebagian besar tubuhnya tergantung di dada pria itu, terlihat sangat mesra. Yang lebih penting, ini terjadi di tempat umum. Apakah dia tidak takut hal ini akan berdampak buruk baginya?”
Jiajia tak bisa menebak maksud Lin Ci yang sebenarnya. Di telinganya sudah menggema suaranya: “Kita, pergi bersama... sekarang!”
Perkataan Lin Ci ditujukan pada Jiajia, namun pikirannya melayang ke tempat lain. Arah pandangannya bertemu dengan sepasang mata yang sedang mengawasinya - mata An Ruoqin, kakak iparnya.
Jiajia mendongak dari pelukan Lin Ci, matanya berkedip menggoda: “Bukannya kau takut orang tahu hubungan kita?”
“Yang penting sudah terlalu lama tidak mencintaimu. Takut kau tidak sabar menunggu. Bagaimana kalau malam ini kau datang ke tempatku?”
Sejak Lin Dong menikahi An Ruoqin, ia jarang bercinta dengan Jiajia. Perempuan yang pernah merasakan kenikmatan seksual ini sulit menahan dinginnya malam-malam panjang. Di saat seperti ini, sikap Lin Ci yang kadang dekat kadang menjauh justru membuatnya gatal. Meski tak punya ilusi cinta pada pria di hadapannya, menggunakan dia untuk mengisi kekosongan dirinya bukanlah ide buruk.
Setelah berpikir begitu, Jiajia merasa menjadi sepasang kekasih sementara dengan Lin Ci juga tak masalah. Ia pun menyetujui permintaan pria itu, meninggalkan acara lebih awal dan pergi bersamanya.
"Tangan Lin Ci menggandeng tangan Jiajia keluar, di belakangnya ada tatapan An Ruoqin yang mengikuti, tatapan itu bercampur dengan terlalu banyak emosi yang sulit dibedakan."
****
Wu Yuxuan menyaksikan karya-karya maestro dari berbagai aliran dalam acara Perkumpulan Maestro kali ini, bagi dia ini merupakan kesempatan belajar yang langka. Apalagi dia beruntung diundang oleh An Yan ke studio, mendapatkan bimbingan dari An Yan adalah anugerah tambahan.
Wu Yuxuan sudah tidak sabar untuk menuangkan semua pemikiran dan imajinasinya ke dalam kuas lukis.
Acara Perkumpulan Maestro berlangsung hampir lebih dari tiga jam, Wu Yuxuan hadir dari awal sampai akhir dan enggan pergi meski sudah waktunya pulang.
"Gadis!"
Suara Xu Yu terdengar dari belakang Wu Yuxuan, dia menoleh dan tersenyum, "Paman Xu, Anda juga mau pulang?"
Panggilan "Paman Xu" ini dipaksakan oleh Wu Yuxuan, Xu Yu pun mengalah. Mendengar dia dipanggil paman, hatinya merasa sangat senang.
"Aku antar kamu pulang, gadis."
"Saya naik bus saja, tidak perlu merepotkan Paman Xu."
"Anak perempuan pulang sendiri tidak aman."
"Di bus banyak orang."
"..." Xu Yu menyadari logika berpikir generasi muda sangat aneh, loncatan pikirannya terlalu cepat sampai-sampai orang seusianya tidak bisa mengikuti.
Ah, tua sudah!
