Bab 133 Pameran Karya Gaun Pengantin
Sikap nenek justru memicu rasa penasaran Wu Yuxuan, “Nenek, benar tidak kenal? Lalu kenapa nenek gugup begini?”
“Aku...” Nenek menghindari tatapannya, “Nenek lihat dia sudah cukup berumur, kukira itu pacarmu. Cucu kesayangan nenek bersama pria tua begitu, mana mungkin nenek tidak khawatir?”
Wu Yuxuan tiba-tiba tertawa, “Nenek jangan khawatir, tidak mungkin ada hubungan antara kami. Usianya sudah setingkat paman, mana mungkin jadi pacarku.”
Nenek mencubit lembut hidungnya, “Dasar kamu, selalu bikin nenek khawatir. Hati orang sulit ditebak, jangan sering-sering dekat dengannya. Kalau sampai dia menculikmu, nenek mau menangis ke siapa?”
Wu Yuxuan memeluk lengan nenek sambil merajuk, “Mana mungkin~ Yang paling kusayang kan nenek. Daripada kehilangan nenek, lebih baik kulepaskan semua pria di dunia ini... Nenek beli apa di supermarket? Aku laper banget, mau makan!”
"Nenek menepuk punggung tangan Wu Yuxuan, 「Pergi mandi dulu, habis mandi baru bisa makan.」"
"Oke, aku mau makan dua mangkok!"
"Doyan makan banget, hati-hati gendut nanti nggak ada yang mau."
"Waduh-waduh, sekarang khawatir aku nggak laku. Tadi siapa yang takut aku diculik pria liar?"
"Nggak mau ngobrol sama kamu, selalu bikin kesal. Cepat mandi!" Nenek membawa tas berisi bahan makanan ke dapur. Karena membelakangi cucunya, Wu Yuxuan tidak melihat kekhawatiran yang tergambar di wajah nenek.
Wu Yuxuan sangat mensyukuri kehidupan saat ini. Meski tanpa kemewahan atau pelayan yang siap melayani, dia tetap bersyukur pada Tuhan. Selama nenek masih ada di sisinya, dia merasa hidupnya tidak seburuk yang dikira orang.
Setelah Wu Yuxuan selesai mandi, makanan malam buatan nenek sudah terhidang. Setelah makan, dia menemani nenek nonton TV sampai sekitar jam sebelas, lalu mematikan telepon dan menyuruh nenek tidur.
Wu Yuxuan kembali ke kamarnya. Baru saja merebahkan diri, ponselnya berdering. Peneleponnya adalah Su Nanfeng.
Ini adalah telepon pertama Su Nanfeng kepada Wu Yuxuan sejak tugas ke Beijing. Saat melihat nomernya, jantungnya berdebar kencang.
Sepanjang perkenalan mereka, Wu Yuxuan jarang menerima telepon dari Su Nanfeng. Biasanya komunikasi mereka lebih banyak terjadi melalui... interaksi fisik di ranjang.
“Wu Yuxuan menekan tombol penerimaan, suara bass sensual Su Nanfeng langsung menggema di telinganya, menggoda: "Sudah pulang?"”
“Hm, sudah lama pulang.”
“Rindu aku?”
Wu Yuxuan tertegun oleh pertanyaan Su Nanfeng ini, apa harus langsung membahas topik semacam ini setiap kali bicara? Dia menggigit ujung jarinya sambil berpikir, "Hari ini aku sangat sibuk."”
Maksud tersirat: tidak sempat untuk merindu.
“Rindu aku?” Su Nanfeng mendesak.
“Rindu, rindu.” Puas sekarang? Sebenarnya Wu Yuxuan benar-benar merindukannya, mulai dari hari pertama Su Nanfeng berangkat ke Beijing. Tapi dia tak berani menunjukkan kerinduannya, pria ini jelas bukan jodohnya, tak pantas dia berkhayal.
“Manis sekali, nanti aku beri hadiah spesial.”
“Hadiah apa?”
“Aku.”
“...” Bisakah dia menolak?
“Tidak senang menerima hadiahku?”
“Tidak, sangat senang.” Berani bilang tidak senang? Kecuali dia ingin mati. Mengenal karakter Su Nanfeng, jika sekarang dia berani menolak, pria itu pasti langsung beli tiket pesawat pulang!
“Sayang, nanti kubalas kebaikanmu.”
“...” Wu Yuxuan canggung, "Kalimat itu sudah kau ucapkan tadi."
“Hadiah kedua, ada masalah? Tidak senang?”
“Tidak, sangat senang.” Haruskah obrolan begini terus? Wu Yuxuan sadar tak ada bahan pembicaraan dengan Su Nanfeng, tapi tidak sopan membiarkan telepon mengambang begini.
Wu Yuxuan mencari topik, “Urusan di Beijing bagaimana?”
“Baru tiga hari aku pergi sudah tidak tahan?”
Aduh! Wu Yuxuan benar-benar ingin melempar ponselnya sampai hancur, kenapa dia selalu bisa mengalihkan topik ke situ, tidak bisakah ngobrol dengan normal?! Tidak bisakah!!...
Wu Yuxuan menarik napas dalam-dalam dan menggenggam erat ponselnya, berkata dengan nada hampir datar: "Aku cuma ingin tahu perkembangan masalah ini. Aku yang akan ikut kompetisi, pasti perlu informasi terkini."
“Rapat yang membosankan.”
Wu Yuxuan mendengus pelan, rapat membosankan kok masih kamu hadiri?!
Su Nanfeng tiba-tiba berkata: "Kamu lebih menarik."
“...”
“Kamu masih punya waktu empat hari. Selesaikan karya kompetisimu dalam empat hari ini.”
“Hah?” Wu Yuxuan kembali bingung dengan perubahan topik mendadaknya, maksudnya cuma empat hari? Bukannya masih ada dua minggu sebelum batas pengumpulan? Harus terburu-buru begini?
“Empat hari lagi, aku harus pulang.”
“Hah?...”
“Setelah aku pulang, kamu tidak akan punya waktu lagi.”
Brak!!
Kepala Wu Yuxuan mendengung, wajahnya memerah seketika. “Su Nanfeng, kamu bajingan!”
“Aku cuma bajingan untukmu.”
“Aku tidak mau bicara lagi denganmu.”
“Hubungan kita memang selalu langsung ke tindakan.”
“...”
Wu Yuxuan tergesa-gesa mematikan telepon, kedua tangan menutupi pipinya yang terasa panas membara. Jantungnya berdebar kencang seolah ingin keluar dari dada.
Ya Tuhan!!!
Jantung Wu Yuxuan yang masih kacau dibuat Su Nanfeng belum tenang ketika ponselnya berdering menerima SMS. Ia membuka pesan itu - dikirim oleh pria brengsek itu.
Isi pesan: Jangan berani bermain mata dengan pria liar, kalau tidak patuh, kakimu akan kupatahkan!
......Hmph! Pria itu terlalu otoriter, menjengkelkan!......
Tapi entah mengapa, hatinya justru terasa manis.
***
Baru setelah datang ke studio An Yan, Wu Yuxuan menyadari ternyata di kota ini ada kantor yang begitu mewah, megah, berkelas, sekaligus elegan.
Studio An Yan terdiri dari dua lantai dengan luas hampir 800 meter persegi. Dekorasi interiornya sangat mewah, memadukan unsur klasik bernuansa kuno dengan elemen Barat yang menghasilkan harmoni unik. Lantai dasar merupakan ruang pamer karya-karya berkualitas tinggi dari desainer yang bekerja sama dengan Studio An Yan, banyak diantaranya telah memenangkan berbagai penghargaan bergengsi. Sedangkan lantai atas adalah area kerja karyawan perusahaan.
Studio An Yan fokus pada desain gaun pengantin dan pembinaan desainer baru, belum merambah ke bidang pernikahan. Keikutsertaan seorang desainer gaun pengantin dalam kompetisi pernikahan tahun ini menandai rencana ekspansi studio ke bidang jasa pernikahan.
Kedatangan Wu Yuxuan kebetulan bertepatan dengan pameran gaun pengantin Studio An Yan. Lantai dasar telah disulap menjadi galeri gaun pengantin. Karpet merah membentang dari pintu masuk studio hingga ujung paling dalam galeri, diapit rangkaian bunga berbagai jenis yang hampir memenuhi seluruh jalan setapak. Tamu undangan tidak hanya terdiri dari pengusaha ternama, tapi juga legenda-legenda senior di industri ini, membuat kualitas acara ini bahkan lebih tinggi daripada pameran bergengsi yang pernah dihadirinya beberapa malam sebelumnya.
